Share

85. Terperangkap

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-01 17:31:28

Alaric menatap ke depan dengan kening bekerut. Dia melihat Marjorie yang sedang tertawa entah bersama dengan siapa di sana. Yang jelas, Alaric belum pernah melihat lelaki yang tertawa bersama dengan mantannya itu.

Rasanya ada yang aneh, tapi Alaric tidak tahu apa hal aneh yang dia rasakan. Yang jelas, ini berbeda dengan apa yang dulu dia rasakan.

"Al." Tiba-tiba saja terdengar suara yang begetar.

"Ada apa?" Alaric refleks menoleh dan menemukan istrinya yang sekarang ini gemetar.

"Kau kenapa?" Tentu saja Alaric akan bertanya dengan kening berkerut. "Kenapa gemetar?"

Sayangnya, Anna tidak bisa menjawab. Dia hanya menatap ke satu arah, kemudian tiba-tiba saja menutup matanya dengan sangat rapat.

"Ada apa di sana?" Penasaran, Alaric pun melihat ke arah yang dilihat istrinya. Tidak jauh di belakang Marjorie. "Aku tidak melihat apa pun di sana, apa ada seseorang yang aneh?"

"Tidak ada lelaki tua di sana?" tanya Anna masih dengan mata yang terpejam.

"Lelaki tua seperti apa?"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pesona Sang Penguasa   86. Hamil

    "Ada keributan apa itu di luar?" Alaric langsung menoleh ketika mendengar suara bernada tanya barusan. Dia yang entah bagaimana merasa penasaran, segera mengeringkan tangan dengan tisu dan keluar dengan langkah yang tidak buru-buru. "Anna?" Kening Alaric langsung berkerut, ketika dia melihat dan mendengar suara teriakan sang istri. "Ada apa ini?" Tentu saja Alaric segera mendekat. "Tidak tahu Tuan." Darcy menggeleng keras. "Nyonya tadi terjatuh dan menabrak seseorang, lalu tiba-tiba dia berteriak," lanjutnya menjelaskan dengan cepat. "Sialan," desis Alaric sangat pelan, kemudian menatap sekitarnya. "Maaf, tapi bisakah kalian menjauh?" lanjutnya pada semua orang. "Dia istriku dan aku bisa menangani ini." Alaric dengan cepat menahan kedua tangan sang istri yang memberontak dibantu oleh Darcy, kemudian meraih tubuh Anna ke dalam dekapannya. "Hei, Anna." Setelah semua orang agak menjauh, Alaric berusaha menyadarkan sang istri. "Ini aku, Alaric." "Tidak aku mohon." Bukannya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Pesona Sang Penguasa   87. Menggoda Suami Orang

    "Apakah Tuan mengkhawatirkan Nyonya Anna?" Caspian yang baru datang bertanya, ketika melihat tuannya yang terlihat cemas. "Tentu saja aku akan memikirkannya," jawab Alaric tanpa ragu. "Biar bagaimana, aku tidak merencanakan adanya anak." "Kehamilan Nyonya belum dipastikan." Caspian mengulurkan tangan yang membawa segelas kopi panas. "Jika sudah dikonfirmasi, baru kita bisa memikirkan jalan keluar yang baik." "Memangnya ada jalan keluar apa lagi?" Alaric bertanya dengan sebelah tangan memegang cangkir kertas dan tangan lainnya terulur mengambil sandwich yang diberikan sang asisten. "Aku tidak mungkin membuangnya bukan?" "Tentu saja tidak, tapi mungkin ada hal baik lain yang bisa kita lakukan." Sang asisten, kemudian duduk di samping sang tuan, sama-sama menatap keluar jendela besar yang memperlihatkan aktivitas bandara. Sesuai yang dikatakan Alaric semalam, pagi ini dia sudah harus berangkat lagi. Kali ini, Alaric memilih pesawat komersil dan tentu saja harus datang dan menung

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Pesona Sang Penguasa   88. Jebakan

    Alaric memijat pangkal hidungnya. Dia sudah mendapat kabar dari rumah tentang Anna, tapi itu malah membuatnya makin sakit kepala. Siapa yang menyangka kalau sekali kesalahan akan membuatnya sakit kepala seperti sekarang ini. "Apa istrimu membuat masalah?" tanya Marjorie yang mendatangi mantannya dengan senyum lebar dan segelas minuman dingin. "Ya." Alaric tidak ragu mengangguk. "Dia membuat masalah yang cukup membuatku sakit kepala," lanjutnya menerima minuman yang diberikan oleh sang mantan. Alaric merasa butuh sesuatu yang segar. Apalagi, dia baru saja menyampaikan pidato kampanye yang membuat tenggorokannya terasa kering. "Kali ini, apa lagi yang dia lakukan?" tanya Marjorie duduk di depan Alaric, sambil menopang dagu di meja. "Dia mengamuk di jalan?" "Anna hamil," jawab Alaric tanpa perlu berpikir panjang. "Padahal aku sedang sibuk kampanye dan mungkin tidak bisa terus menemaninya. Itu tentu saja membuatku sakit kepala." "Apa maksudmu?" Alih-alih mengerti, Marjorie m

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Pesona Sang Penguasa   89. Putri Tidur

    "Tuan?" Caspian memanggil, sembari menatap ke sekeliling ruangan. "Apakah kau pergi ke toilet?" Tidak mendapat jawaban, sang asisten langsung pergi mencari ke toilet. Dia bahkan sampai pergi mencari ke tempat yang memiliki mesin penjual otomatis, karena berpikir kalau Alaric akan pergi beli kopi atau camilan. Dia melakukan semua itu, sembari menelepon sang tuan. "Kenapa malah tidak diangkat?" gumam Caspian dengan kening berkerut. "Oh, Ian kebetulan kau muncul." Tiba-tiba saja, Marjorie muncul. "Apa kau melihat Alaric? Aku mencarinya sejak tadi, tapi dia tidak ditemukan." "Aku juga sedang mencari Tuan," jawab Caspian dengan kening berkerut. Entah kenapa dia merasa ada yang salah. "Loh, jadi kita harus bagaimana?" Marjorie malah terlihat sedikit terkejut. "Memang sudah tidak ada jadwal setelah ini, tapi nanti malam? Bukankah kita akan pergi makan malam bersama?" "Makan malam bersama bisa ditunda, Nyonya Jackson." Caspian makin mengerutkan kening. "Lagi pula tim kita tidak ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Pesona Sang Penguasa   90. Daftar Mantan

    "Ian? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Marjorie dengan bola mata yang membulat karena terkejut. "Bukankah harusnya itu pertanyaanku?" tanya Caspian dengan senyum lebar. "Kau seharusnya mencari di dalam gedung dan bukan di dalam kamar hotel seperti sekarang." "Oh, soal itu." Marjorie menyelipkan rambut di telinga, berusaha untuk tetap tenang. "Aku tiba-tiba saja merasa tidak enak badan dan perlu untuk segera pulang dan beristirahat." "Tapi kenapa kau tidak memberitahu?" tanya Caspian dengan kedua alis terangkat dan sebelah tangan menahan pintu, sementara yang lainnya bertengger di kusen pintu. "Padahal kita sedang mencari Tuan Alaric yang menghilang loh." "Aku tidak memberitahu?" tanya Marjorie pura-pura bodoh. "Rasanya tadi aku sudah mengirimkan pesan." Sayangnya, Caspian tidak terlihat ingin membalas ucapan perempuan di depannya. Dia justru melihat penampilan Marjorie yang sebenarnya sudah cukup berantakan. Hal yang membuatnya mendengus geli. "Apa kau habis bercinta? K

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Pesona Sang Penguasa   91. Gairah

    "Maafkan aku Nyonya." Tiba-tiba saja, Darcy datang dan membungkuk. "Aku melakukan kesalahan dan pantas dihukum." "Tunggu dulu." Anna yang sedang bersantai sambil mengunyah biskuit, langsung menghentikan aktifitasnya. "Memangnya kau melakukan kesalahan apa?" "Ini tentang pil pencegah kehamilan yang pernah Nyonya minum." Darcy tentu saja akan menjelaskan. "Rupanya itu bukan morning pill, tapi hanya pil KB biasa saja." "Ah, begitu toh." Anna mengangguk paham. "Pantas saja aku tetap hamil walau sudah minum pil, ternyata memang salah ya." "Ya." Darcy ikut mengangguk. "Seharusnya Nyonya meminum morning pill, yang memang diminum sekali saja setelah berhubungan. Kalau pil KB biasa, itu harus diminum rutin baru berfungsi." "Aku juga tahu itu Darcy, tapi terima kasih sudah menjelaskan." Untungnya, Anna sama sekali tidak marah atas keteledoran sang asisten. "Nyonya tidak marah?" "Lalu apa kau sengaja membeli pil yang salah?" Tentu saja Darcy akan menggeleng sebagai jawabannya. It

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Pesona Sang Penguasa   92. Memancing

    "Tunggu dulu, Al." Anna mendorong bahu suaminya dengan cukup keras, sambil berusaha merangkak mundur di atas ranjang. "Aku ini sedang hamil muda loh." "Lalu memangnya kenapa kalau sedang hamil muda?" tanya Alaric dengan tatapan menerawang. "Kita masih bisa bercinta kan?" "Menurut yang pernah kupelajari dan yang baru saja kubaca di internet, trisemester awal sangat rentan dan tidak disarankan untuk bercinta. Apalagi dengan keadaanmu yang seperti sekarang." "Kenapa denganku?" Alih-alih mendengarkan, Alaric malah melepas kancing kemejanya satu per satu. "Kau dipengaruhi obat, jadi tidak mungkin bisa melakukannya pelan-pelan." Anna memekik cukup keras. "Aku akan pelan." "Tidak mungkin kau bisa pelan dalam keadaan seperti ini." Tidak tahan lagi, Anna memilih berteriak. Dia makin panik karena kini sang suami mulai membuka celana. "Tuan aku minta maaf." Padahal Alaric sudah setengah jalan membuka celananya, tapi tiba-tiba saja terdengar suara di belakangnya. Setelah itu, dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Pesona Sang Penguasa   93. Go Public

    "Biarkan aku menyentuhmu, Anna," bisik Alaric, tepat di telinga sang istri. "Sebentar saja dan aku akan melakukannya dengan pelan tanpa menyakitimu dan anak kita." "Tapi tidak bisa begitu, Al." Anna melenguh pelan, karena merasakan tangan sang suami mulai merajalela. "Kau masih dipengaruhi obat dan mungkin tidak bisa mengendalikan diri." "Aku tahu, tapi aku yakin bisa mengendalikan diri." Sayangnya, Alaric tidak mengindahkan sang istri. "Aku menginginkanmu." Kedua mata Anna yang tadi terpejam, kini membuka. Dia yang baru saja terbangun dari mimpi nakalnya, kemudian melihat ke sisi ranjang yang lain. Di sana, dia bisa melihat sang suami yang tertidur pulas tanpa mengenakan busana. "Oh, sialan!" Anna menyugar rambut panjangnya secara asal. "Padahal aku pikir itu hanya mimpi basah, tapi ternyata sungguhan." Padahal Anna hanya bicara pelan, tapi sang suami menggeliat pelan dan membuka matanya dengan perlahan. Lelaki itu bahkan bangun dari posisi tidurnya, menatap sang istri deng

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06

Bab terbaru

  • Pesona Sang Penguasa   141. Liburan

    "Aku tidak tahu apakah masih ada foto itu, tapi biar coba kulihat." Elizabeth mengatakannya, sambil melihat ke rak penuh buku tebal."Tapi aku tidak menyangka kalau di sini ada perpustakaan seperti ini." Anna menatap ke sekelilingnya dengan takjub."Yang benar saja, Anna." Elizabeth sempat menoleh menatap menantunya dengan tatapan tidak percaya. "Kau sudah sering datang dan beberapa kali menginap, tapi tidak tahu ada perpustakaan kecil di sini?""Aku tidak pernah benar-benar mengelilingi rumah ini, Mom." Anna datang mendekati sang mertua. "Bukankah wajar kalau aku tidak tahu banyak hal?""Kalau begitu, setelah ini kita keliling rumah." Elizabeth memberi ide, setelah dia berhasil mengeluarkan sebuah album foto yang cukup tebal. "Walau mungkin nanti kau tidak akan tinggal di sini saat Alaric pensiun, tapi kau harus tahu."Anna tidak memberikan tanggapan, selain tersenyum tipis. Entah kenapa, dia malah terlihat sedikit sedih dan untungnya bisa menutupi hal itu dengan cukup baik. Se

  • Pesona Sang Penguasa   140. Sibuk

    "Darcy, apakah hasil pemeriksaannya sudah keluar?" Fiona bertanya dengan senyum yang sangat cerah. "Belum." Sayangnya, Darcy harus menggeleng. "Karena ada terlalu banyak orang yang diperiksa, maka hasilnya agak terlambat. Maklumlah, para dokter harus bekerja keras agar datanya tidak tertukar." "Oh, tentu saja." Fiona mengangguk pelan. "Anggota kita memang banyak." "Karena itulah aku merasa lelah." Kini Darcy malah mengeluh. "Apalagi aku harus mengurusi Nyonya dan urusan rumah tangga di rumah ini." "Mungkin kau perlu mengambil cuti?" ucap Fiona dengan nada tanya. "Kau bisa sedikit bersantai bukan?" "Bisa, tapi tidak pada waktu sekarang." Darcy kembali menggeleng. "Pemilihan hanya tinggal menghitung hari, jadi kita semua tidak boleh bersantai. Termasuk juga kau." Tentu saja Fiona hanya bisa mengangguk, walau dia sama sekali tidak senang. Padahal dia sedang risau, tapi sekarang harus mengurusi banyak hal. Kini dia jadi sedikit menyesal karena harus menjadi agen ganda. ***

  • Pesona Sang Penguasa   139. Gagal Move On

    "Kenapa Tuan tidak memberitahuku kalau Marjorie terkena penyakit menular yang mematikan?" Fiona mencoba untuk tidak mendesis marah saat menelepon. "Oh, benarkah?" Orang yang ditelepon malah balas bertanya. "Ini hal baru dan aku rasa kau bisa menggunakan alasan itu sebagai salah satu penyebab kematian bukan?" "Tuan Fritz, tolong jangan berlagak menjadi orang bodoh," ucap Fiona dengan lebih berani. "Hasil autopsinya sudah keluar dan itu jelas tidak mencantumkan penyakit." "Ya lalu kau mau apa?" tanya Fritz terdengar kesal. "Untuk apa kau malah memberitahukan berita itu padaku? Aku tidak ada hubungannya." "Kau ada hubungannya, karena kau yang memintaku untuk membunuh dia." Fiona nyaris saja memekik. "Tapi itu tidak ada hubungannya dengan penyakit menular bukan?" Tentu saja Fritz akan menjadi bingung dan itu membuat Fiona ikut bingung. Yang dikatakan Fritz itu sebenarnya sangat benar, tapi pria tua itu tidak tahu masalah yang Fiona alami. Lagi pula, Fiona tidak mungkin menceri

  • Pesona Sang Penguasa   138. Berhenti Berharap

    Anna membuka matanya dengan perlahan dan merasakan rasa sesak. Bukan sesak karena tidak bisa bernapas, tapi sesak karena ada yang mengurung dirinya. Lebih tepatnya, karena ada seseorang yang memeluknya dan orang itu adalah Alaric. "Dasar mesum gila," bisik Anna sepelan mungkin. "Bagaimana mungkin kau bisa tergoda hanya dengan bisikan dan tubuh atletisnya." Pikiran Anna secara refleks berkelana pada malam panas yang dia lalui kemarin. Berawal dari kamar mandi, tapi malah berakhir di ranjang. Bahkan mereka sempat saling mencumbu di atas wastafel, sebelum berpindah ke kamar karena lantai yang licin. "Aku mungkin akan selalu teringat hal mesum itu setiap kali masuk ke dalam kamar mandi," gumam Anna disertai dengan geraman kesal. "Apa kau ingin buang air?" Suara yang tiba-tiba saja terdengar di telinga dan embusan napas yang terasa di tengkuk, membuat Anna bergidik. Belum lagi ditambah dengan remasan pelan sang suami di tempat yang ... sangat tepat. "Al." Anna nyaris saja mende

  • Pesona Sang Penguasa   137. Basah

    "Astaga Anna!" Yang empunya nama, memukul kepalanya sendiri. "Bagaimana kau bisa membayangkan hal mesum, setelah mendengar ucapan Alaric? Sadarlah, Anna." Sesungguhnya, Anna tadi mendengarkan ucapan Alaric tentang mandi bersama dengan sangat jelas. Dia hanya berpura-pura tidak mendengar karena merasa malu. "Tenang Anna," ucapnya menarik napas dan mengembuskan dengan pelan dan suara air mengalir yang menjadi latar belakang. "Kau harus tenang dan jalankan saja tugasmu sebagai seorang istri, setidaknya sampai kau muak." "Tapi, kenapa rasanya rokku basah ya?" tanya Anna dengan kening berkerut, sebelum akhirnya dia sedikit menunduk. Tanpa Anna sadari, air di bathtub rupanya sudah meluap. Padahal, rasanya dia hanya menyalakan air dengan aliran kecil saja. Siapa yang sangka kalau sekarang isi bathtub-nya sudah meluap sampai ke lantai. "Astaga, Anna." Yang empunya nama berteriak cukup keras. "Apa yang kau lakukan?" Tentu saja Anna segera mengulurkan tangan untuk mematikan kran air

  • Pesona Sang Penguasa   136. Membuangmu

    "Pemeriksaan kesehatan?" tanya Fiona dengan sebelah alis yang terangkat. "Ya." Darcy mengangguk pelan. "Semua orang akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Ini untuk kebaikan bersama juga, apalagi ada kejadian yang tidak mengenakkan terjadi baru-baru ini." "Kejadian apa?" Seorang rekan pengawal perempuan yang lain bertanya. "Apa tentang kasus Marjorie itu? Tapi apa hubungannya?" "Marjorie ternyata penderita AIDS," jawab Darcy dengan tenang. "Jadi Tuan ingin kita semua memeriksakan diri, karena siapa tahu saja ada yang tidak sengaja tertular. Berhubung kita juga pernah memantau dia cukup lama, jadi siapa tahu kan?" "Tuan, Nyonya dan keluarga lainnya pun sudah memeriksakan diri," lanjut Darcy menatap satu per satu rekannya. "Aku dan Caspian juga sudah, jadi sekarang giliran kalian." Semua orang saling menatap dengan ekspresi beragam. Ada yang terlihat kaget dan ada juga yang terlihat cemas. Yang jelas mereka semua terlihat tidak nyaman dengan berita yang bar

  • Pesona Sang Penguasa   135. Teman Semua Orang (3)

    "Bagaimana dia bisa tahu kalau ada pembunuh di rumahku?" ucap Elizabeth dengan mata melotot. "Mom, st." Anna menempelkan jari telunjuk di bibirnya. "Jangan terlalu keras, siapa tahu ada yang menguping di depan pintu. Atau mungkin ada yang memasang alat penyadap." "Oh, aku rasa aku harus memeriksa ruangan ini terlebih dulu." Caspian langsung bergerak, diikuti dengan Darcy. Semua orang yang sedang berada di dalam ruang baca itu menatap dua orang asisten sekaligus pengawal pribadi yang menggeledah ruangan dengan seksama. Mereka jelas saja akan merasa cemas, karena bisa saja mereka ketahuan. "Tidak ada penyadap atau kamera yang ditemukan." Untungnya Darcy menggeleng. "Ruangan ini juga dilapisi karpet, jadi seharusnya akan lebih kedap suara," lanjut Caspian menjelaskan. "Maaf harus menanyakan ini, tapi kalian berdua bisa dipercaya kan?" Tiba-tiba saja Astrid bertanya. "Mereka aman." Anna dengan tenangnya memberitahu. "Soalnya, Bastian mengatakan akan bertemu teman di rumah, p

  • Pesona Sang Penguasa   134. Teman Semua Orang (2)

    "Kami akan menantikan teman yang dimaksud bocah itu." Polisi yang menangani kasus ini, tersenyum menatap pasangan di depannya. "Aku pasti akan mencari bedebah itu sampai ketemu dan mungkin bisa memotong lidahnya?" Alaric malah mengatakan hal yang tidak-tidak, bahkan sampai melotot. "Al." Sebagai istri yang baik, tentu saja Anna akan menegur sang suami. "Kau punya istri yang baik." Si polisi berdecak pelan. "Setidaknya dia tahu kapan harus bicara dan kapan harus diam saja." "Terima kasih karena sudah memuji istriku, tapi dia tidak akan melirikmu hanya karena itu," balas Alaric dengan senyum lebar. "Asal kau tahu, aku melihatmu menatap istriku terus-terusan dan jika kasus ini selesai dengan baik, kau akan tahu akibatnya." Si polisi langsung terdiam dan tiba-tiba saja menjadi gugup. Siapa yang sangka kalau dia ketahuan seperti itu, bahkan diancam dan dipermalukan di depan umum. Bahkan ada polisi lain yang mendengar hal itu. "Kau tidak perlu seperti itu," gumam Anna terlihat

  • Pesona Sang Penguasa   133. Teman Semua Orang

    "Jadi Bastian, maukah kau berbicara sedikit?" tanya seorang perempuan berwajah lembut, dengan suara yang sama lembutnya. Sayang sekali, Bastian malah menggeleng dengan keras. Dia bahkan membuang muka dan lebih memilih untuk memeluk boneka kelinci yang baru-baru ini menjadi mainan kesayangannya. "Bonekanya sangat menggemaskan, dari mana kau mendapatkannya?" Tidak berhasil saat bertanya secara langsung, perempuan paruh baya tadi memilih untuk bertanya hal lain lebih dulu. "Bibi," jawab Bastian tanpa ragu. "Hadiah." "Aku dengar baru-baru ini kau ulang tahu. Apa ini hadiah ulang tahunmu?" Bastian kali ini mengangguk dengan sangat antusias, dia bahkan tersenyum. Tentu saja ini hal yang bagus untuk semua orang. "Bibi yang mana yang memberimu ini?" Perempuan paruh baya tadi ingin menyentuh bonekanya, tapi si bocah langsung memeluknya dengan lebih erat lagi. "Aku tidak akan mengambil bonekamu." Perempuan yang sejak tadi bertanya, hanya bisa tertawa. "Apakah tidak boleh aku tahu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status