Beranda / Romansa / Pesona Sang Penguasa / 139. Gagal Move On

Share

139. Gagal Move On

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-29 17:55:32

"Kenapa Tuan tidak memberitahuku kalau Marjorie terkena penyakit menular yang mematikan?" Fiona mencoba untuk tidak mendesis marah saat menelepon.

"Oh, benarkah?" Orang yang ditelepon malah balas bertanya. "Ini hal baru dan aku rasa kau bisa menggunakan alasan itu sebagai salah satu penyebab kematian bukan?"

"Tuan Fritz, tolong jangan berlagak menjadi orang bodoh," ucap Fiona dengan lebih berani. "Hasil autopsinya sudah keluar dan itu jelas tidak mencantumkan penyakit."

"Ya lalu kau mau apa?" tanya Fritz terdengar kesal. "Untuk apa kau malah memberitahukan berita itu padaku? Aku tidak ada hubungannya."

"Kau ada hubungannya, karena kau yang memintaku untuk membunuh dia." Fiona nyaris saja memekik.

"Tapi itu tidak ada hubungannya dengan penyakit menular bukan?" Tentu saja Fritz akan menjadi bingung dan itu membuat Fiona ikut bingung.

Yang dikatakan Fritz itu sebenarnya sangat benar, tapi pria tua itu tidak tahu masalah yang Fiona alami. Lagi pula, Fiona tidak mungkin menceri
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Pesona Sang Penguasa   140. Sibuk

    "Darcy, apakah hasil pemeriksaannya sudah keluar?" Fiona bertanya dengan senyum yang sangat cerah. "Belum." Sayangnya, Darcy harus menggeleng. "Karena ada terlalu banyak orang yang diperiksa, maka hasilnya agak terlambat. Maklumlah, para dokter harus bekerja keras agar datanya tidak tertukar." "Oh, tentu saja." Fiona mengangguk pelan. "Anggota kita memang banyak." "Karena itulah aku merasa lelah." Kini Darcy malah mengeluh. "Apalagi aku harus mengurusi Nyonya dan urusan rumah tangga di rumah ini." "Mungkin kau perlu mengambil cuti?" ucap Fiona dengan nada tanya. "Kau bisa sedikit bersantai bukan?" "Bisa, tapi tidak pada waktu sekarang." Darcy kembali menggeleng. "Pemilihan hanya tinggal menghitung hari, jadi kita semua tidak boleh bersantai. Termasuk juga kau." Tentu saja Fiona hanya bisa mengangguk, walau dia sama sekali tidak senang. Padahal dia sedang risau, tapi sekarang harus mengurusi banyak hal. Kini dia jadi sedikit menyesal karena harus menjadi agen ganda. ***

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Pesona Sang Penguasa   141. Liburan

    "Aku tidak tahu apakah masih ada foto itu, tapi biar coba kulihat." Elizabeth mengatakannya, sambil melihat ke rak penuh buku tebal."Tapi aku tidak menyangka kalau di sini ada perpustakaan seperti ini." Anna menatap ke sekelilingnya dengan takjub."Yang benar saja, Anna." Elizabeth sempat menoleh menatap menantunya dengan tatapan tidak percaya. "Kau sudah sering datang dan beberapa kali menginap, tapi tidak tahu ada perpustakaan kecil di sini?""Aku tidak pernah benar-benar mengelilingi rumah ini, Mom." Anna datang mendekati sang mertua. "Bukankah wajar kalau aku tidak tahu banyak hal?""Kalau begitu, setelah ini kita keliling rumah." Elizabeth memberi ide, setelah dia berhasil mengeluarkan sebuah album foto yang cukup tebal. "Walau mungkin nanti kau tidak akan tinggal di sini saat Alaric pensiun, tapi kau harus tahu."Anna tidak memberikan tanggapan, selain tersenyum tipis. Entah kenapa, dia malah terlihat sedikit sedih dan untungnya bisa menutupi hal itu dengan cukup baik. Se

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-30
  • Pesona Sang Penguasa   142. Pulang

    "Tuan, kau mendapatkan kabar yang sangat baik." Seseorang berbicara dari sambungan telepon dengan Alaric. "Apa keluargaku bebas dari status terduga?" tanya Alaric dengan sebelah alis terangkat. "Rasanya hanya hal itu kabar baik yang bisa disampaikan oleh seorang polisi padaku bukan? Apalagi hari ini akhirnya pemilu dilaksanakan." Si polisi yang menelepon tidak langsung menjawab, tapi malah mengembuskan napas. Entah apa yang ingin dia katakan, tapi sepertinya itu tidak membuat sang polisi cukup senang atau mungkin cukup tega? "Selamat, penjahat aslinya sudah tertangkap." Setelah terdiam agak lama, si polisi akhirnya bersuara juga. "Kami menemukan rekaman dari mobil korban, yang kebetulan saja diparkir menghadap pintu masuk." "Kalian sangat tidak kompeten." Alaric berdecak pelan. "Seharusnya kalian memeriksakan hal itu lebih dulu, sebelum mencariku." "Masalahnya, tersangka ini adalah orangmu juga. Tentu saja aku harus tetap memanggilmu bukan? Yah, walau kami menemukan bukti ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01
  • Pesona Sang Penguasa   143. Merelakan

    "Al, ada apa denganmu?" Elizabeth bertanya ketika mendapati putranya melamun di meja makan, saat makan pagi.Saat selesai hari pemilu, memang mereka memilih menginap di rumah Elizabeth. Selain karena lebih dekat, Alaric merasa lebih mudah untuk menghindari sang istri di rumah itu. Banyak orang di sana yang bisa dijadikan alasan."Mungkin ....""Tidak ada apa-apa, Mom." Alaric memotong kalimat sang istri. "Aku hanya kurang tidur saja.""Oh, tolonglah." Astrid memutar bola matanya, ketika mengatakan hal itu. "Tolong jangan pamer kemesraan di sini.""Siapa yang pamer kemesraan?" Anna yang menjawab dengan kening berkerut."Memangnya apa lagi yang bisa dilakukan sepasang suami istri, sampai kurang tidur?" tanya Astrid dengan mata melotot. "Dan tolong jangan memasang ekspresi tak berdosa seperti itu, mentang-mentang kami tidak mendengar apa-apa.""Lantas, apa ada masalah dengan itu?" Melihat istrinya yang masih bingung, Alaric memilih untuk menjawab sang kakak. "Lagi pula kami pasan

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-01
  • Pesona Sang Penguasa   1. Perjodohan Bisnis

    "Bagaimana mungkin aku bisa menikahi pria yang hanya lebih muda dua tahun dari papaku sendiri. Ini gila dan AKU TIDAK MAU!""Ini sama sekali tidak gila, Anna. Ini demi kita semua. Kau anak berbakti yang mau membantu keuangan keluarga kan?" Suara terdengar dari ponsel yang tertempel di telinga Anna."Waktu Papa bilang usia Pak Fritz itu berbeda jauh, Anna pikir itu cuma berbeda paling banyak lima belas tahun. Aku berpikir dia itu lelaki akhir tiga puluhan atau awal empat puluh, bukan akhir lima puluh, Pa.""Sayang, usia itu hanyalah angka dan sama sekali tidak penting." Tentu saja sang papa berusaha untuk merayu putrinya. "Lagi pula, Pak Fritz itu lelaki dewasa, kaya raya dan baik. Dia pasti bisa mengayomi dan membimbingmu dengan baik. Kau satu-satunya harapan kami."Anna yang mengurung diri di dalam bilik toilet, memijat pangkal hidungnya dengan keras. Jujur saja, dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dikatakan sang ayah. Tapi, Anna juga tidak bisa jika pria yang akan dia teman

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Pesona Sang Penguasa   2. Alaric

    Anna mengangkat kedua tangan, dengan tatapan cemas tertuju ke depan. Dia bergantian menatap lelaki yang terbaring di atas ranjang dan pistol yang terarah padanya. Ya. Pistol."Maaf, Pak." Perawat yang berdiri di sebelah Anna mencoba untuk berdiskusi. "Kami di sini hanya untuk menyelamatkan nyawa seseorang, tapi kenapa malah ditodong dengan senjata?""You'd better keep quiet or you'll regret it." Lelaki yang memegang pistol itu mendesis pelan. "Bawa Pak Alaric pergi dari sini," lanjutnya, memberi perintah pada dua orang lelaki yang lain."Kau tidak bisa membawa dia pergi." Tentu saja Anna akan melarang dan dia mengatakan itu dalam bahasa Inggris. "Biar bagaimana, dia baru saja dioperasi.""Justru karena kau melakukan operasi tanpa izin, kami bisa menuntut. Siapa yang tahu kalau kalian malah mengambil organ atasan kami.""Hei, aku ini dokter." Dengan raut wajah kesal, Anna menghardik. "Bagaimana mungkin aku melakukan hal seperti itu? Apalagi ini adalah rumah sakit besar. Sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Pesona Sang Penguasa   3. Negosiasi

    "Bisakah kau menjauh?" tanya Anna dengan napas yang memburu karena merasa terkejut, sekaligus terancam. "Tidak akan, sebelum kau mengatakan siapa yang menyuruhmu untuk menyerangku," desis Alaric dengan rahang yang mengetat. Sayang sekali, Anna tidak bisa menjawab. Seumur hidup, dia sama sekali tidak pernah diancam dan ditindas seperti sekarang ini. Hal yang membuat Anna jadi ketakutan, bahkan kesulitan untuk bernapas. "Tuan." Pengawal perempuan memanggil. "Nona ini adalah dokter yang membawa Anda ke rumah sakit untuk menjalani operasi usus buntu." "Dokter?" Alaric kembali bertanya dengan sebelah alis yang terangkat. "Aku dokter." Anna refleks mengangguk. Tentu saja Alaric tidak langsung percaya. Dia terlebih dahulu menatap perempuan di bawahnya dengan lekat, sebelum akhirnya mengingat apa yang terjadi. Alaric ingat bagaimana dia menabrak seorang perempuan kecil. "Your scent." Alaric berdesis pelan, sembari menarik napas dalam-dalam di dekat leher Anna. "I smell it somewhe

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Pesona Sang Penguasa   4. Jangka Waktu

    "Dasar bajingan mesum," umpat Anna dengan tangan menyilang di depan dada. "Siapa yang kau bilang bajingan mesum?" Pengawal lelaki sudah melangkah maju, tapi kembali ditahan oleh Alaric."Aku mengerti jika kau berpikiran negatif." Alaric mengangguk pelan. "Kata-kata yang kugunakan mungkin salah, tapi yang aku maksud adalah pernikahan.""Pernikahan?" Tentu saja Anna akan bertanya."Ya." Alaric kembali mengangguk. "Lakukan pernikahan kontrak denganku dan aku akan membayarkan semua utang keluargamu. Itu tawaranku."Refleks, Anna memegang kepala dengan kedua tangan. Mendapat penawaran yang terdengar seperti dialog dalam film, membuatnya pusing tujuh keliling. Apalagi, dia ini baru dua puluh lima tahun dan tidak punya pengalaman dengan lelaki."Aku hanya bisa menyinggung perasaan para lelaki," gumam Anna masih tampak terkejut, bahkan tidak bisa menutup mulutnya dengan rapat. "Bagaimana bisa menikah? Yang ada aku akan disembelih.""Apa kau baru saja mengumpat?" tanya Alaric dengan k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Pesona Sang Penguasa   143. Merelakan

    "Al, ada apa denganmu?" Elizabeth bertanya ketika mendapati putranya melamun di meja makan, saat makan pagi.Saat selesai hari pemilu, memang mereka memilih menginap di rumah Elizabeth. Selain karena lebih dekat, Alaric merasa lebih mudah untuk menghindari sang istri di rumah itu. Banyak orang di sana yang bisa dijadikan alasan."Mungkin ....""Tidak ada apa-apa, Mom." Alaric memotong kalimat sang istri. "Aku hanya kurang tidur saja.""Oh, tolonglah." Astrid memutar bola matanya, ketika mengatakan hal itu. "Tolong jangan pamer kemesraan di sini.""Siapa yang pamer kemesraan?" Anna yang menjawab dengan kening berkerut."Memangnya apa lagi yang bisa dilakukan sepasang suami istri, sampai kurang tidur?" tanya Astrid dengan mata melotot. "Dan tolong jangan memasang ekspresi tak berdosa seperti itu, mentang-mentang kami tidak mendengar apa-apa.""Lantas, apa ada masalah dengan itu?" Melihat istrinya yang masih bingung, Alaric memilih untuk menjawab sang kakak. "Lagi pula kami pasan

  • Pesona Sang Penguasa   142. Pulang

    "Tuan, kau mendapatkan kabar yang sangat baik." Seseorang berbicara dari sambungan telepon dengan Alaric. "Apa keluargaku bebas dari status terduga?" tanya Alaric dengan sebelah alis terangkat. "Rasanya hanya hal itu kabar baik yang bisa disampaikan oleh seorang polisi padaku bukan? Apalagi hari ini akhirnya pemilu dilaksanakan." Si polisi yang menelepon tidak langsung menjawab, tapi malah mengembuskan napas. Entah apa yang ingin dia katakan, tapi sepertinya itu tidak membuat sang polisi cukup senang atau mungkin cukup tega? "Selamat, penjahat aslinya sudah tertangkap." Setelah terdiam agak lama, si polisi akhirnya bersuara juga. "Kami menemukan rekaman dari mobil korban, yang kebetulan saja diparkir menghadap pintu masuk." "Kalian sangat tidak kompeten." Alaric berdecak pelan. "Seharusnya kalian memeriksakan hal itu lebih dulu, sebelum mencariku." "Masalahnya, tersangka ini adalah orangmu juga. Tentu saja aku harus tetap memanggilmu bukan? Yah, walau kami menemukan bukti ka

  • Pesona Sang Penguasa   141. Liburan

    "Aku tidak tahu apakah masih ada foto itu, tapi biar coba kulihat." Elizabeth mengatakannya, sambil melihat ke rak penuh buku tebal."Tapi aku tidak menyangka kalau di sini ada perpustakaan seperti ini." Anna menatap ke sekelilingnya dengan takjub."Yang benar saja, Anna." Elizabeth sempat menoleh menatap menantunya dengan tatapan tidak percaya. "Kau sudah sering datang dan beberapa kali menginap, tapi tidak tahu ada perpustakaan kecil di sini?""Aku tidak pernah benar-benar mengelilingi rumah ini, Mom." Anna datang mendekati sang mertua. "Bukankah wajar kalau aku tidak tahu banyak hal?""Kalau begitu, setelah ini kita keliling rumah." Elizabeth memberi ide, setelah dia berhasil mengeluarkan sebuah album foto yang cukup tebal. "Walau mungkin nanti kau tidak akan tinggal di sini saat Alaric pensiun, tapi kau harus tahu."Anna tidak memberikan tanggapan, selain tersenyum tipis. Entah kenapa, dia malah terlihat sedikit sedih dan untungnya bisa menutupi hal itu dengan cukup baik. Se

  • Pesona Sang Penguasa   140. Sibuk

    "Darcy, apakah hasil pemeriksaannya sudah keluar?" Fiona bertanya dengan senyum yang sangat cerah. "Belum." Sayangnya, Darcy harus menggeleng. "Karena ada terlalu banyak orang yang diperiksa, maka hasilnya agak terlambat. Maklumlah, para dokter harus bekerja keras agar datanya tidak tertukar." "Oh, tentu saja." Fiona mengangguk pelan. "Anggota kita memang banyak." "Karena itulah aku merasa lelah." Kini Darcy malah mengeluh. "Apalagi aku harus mengurusi Nyonya dan urusan rumah tangga di rumah ini." "Mungkin kau perlu mengambil cuti?" ucap Fiona dengan nada tanya. "Kau bisa sedikit bersantai bukan?" "Bisa, tapi tidak pada waktu sekarang." Darcy kembali menggeleng. "Pemilihan hanya tinggal menghitung hari, jadi kita semua tidak boleh bersantai. Termasuk juga kau." Tentu saja Fiona hanya bisa mengangguk, walau dia sama sekali tidak senang. Padahal dia sedang risau, tapi sekarang harus mengurusi banyak hal. Kini dia jadi sedikit menyesal karena harus menjadi agen ganda. ***

  • Pesona Sang Penguasa   139. Gagal Move On

    "Kenapa Tuan tidak memberitahuku kalau Marjorie terkena penyakit menular yang mematikan?" Fiona mencoba untuk tidak mendesis marah saat menelepon. "Oh, benarkah?" Orang yang ditelepon malah balas bertanya. "Ini hal baru dan aku rasa kau bisa menggunakan alasan itu sebagai salah satu penyebab kematian bukan?" "Tuan Fritz, tolong jangan berlagak menjadi orang bodoh," ucap Fiona dengan lebih berani. "Hasil autopsinya sudah keluar dan itu jelas tidak mencantumkan penyakit." "Ya lalu kau mau apa?" tanya Fritz terdengar kesal. "Untuk apa kau malah memberitahukan berita itu padaku? Aku tidak ada hubungannya." "Kau ada hubungannya, karena kau yang memintaku untuk membunuh dia." Fiona nyaris saja memekik. "Tapi itu tidak ada hubungannya dengan penyakit menular bukan?" Tentu saja Fritz akan menjadi bingung dan itu membuat Fiona ikut bingung. Yang dikatakan Fritz itu sebenarnya sangat benar, tapi pria tua itu tidak tahu masalah yang Fiona alami. Lagi pula, Fiona tidak mungkin menceri

  • Pesona Sang Penguasa   138. Berhenti Berharap

    Anna membuka matanya dengan perlahan dan merasakan rasa sesak. Bukan sesak karena tidak bisa bernapas, tapi sesak karena ada yang mengurung dirinya. Lebih tepatnya, karena ada seseorang yang memeluknya dan orang itu adalah Alaric. "Dasar mesum gila," bisik Anna sepelan mungkin. "Bagaimana mungkin kau bisa tergoda hanya dengan bisikan dan tubuh atletisnya." Pikiran Anna secara refleks berkelana pada malam panas yang dia lalui kemarin. Berawal dari kamar mandi, tapi malah berakhir di ranjang. Bahkan mereka sempat saling mencumbu di atas wastafel, sebelum berpindah ke kamar karena lantai yang licin. "Aku mungkin akan selalu teringat hal mesum itu setiap kali masuk ke dalam kamar mandi," gumam Anna disertai dengan geraman kesal. "Apa kau ingin buang air?" Suara yang tiba-tiba saja terdengar di telinga dan embusan napas yang terasa di tengkuk, membuat Anna bergidik. Belum lagi ditambah dengan remasan pelan sang suami di tempat yang ... sangat tepat. "Al." Anna nyaris saja mende

  • Pesona Sang Penguasa   137. Basah

    "Astaga Anna!" Yang empunya nama, memukul kepalanya sendiri. "Bagaimana kau bisa membayangkan hal mesum, setelah mendengar ucapan Alaric? Sadarlah, Anna." Sesungguhnya, Anna tadi mendengarkan ucapan Alaric tentang mandi bersama dengan sangat jelas. Dia hanya berpura-pura tidak mendengar karena merasa malu. "Tenang Anna," ucapnya menarik napas dan mengembuskan dengan pelan dan suara air mengalir yang menjadi latar belakang. "Kau harus tenang dan jalankan saja tugasmu sebagai seorang istri, setidaknya sampai kau muak." "Tapi, kenapa rasanya rokku basah ya?" tanya Anna dengan kening berkerut, sebelum akhirnya dia sedikit menunduk. Tanpa Anna sadari, air di bathtub rupanya sudah meluap. Padahal, rasanya dia hanya menyalakan air dengan aliran kecil saja. Siapa yang sangka kalau sekarang isi bathtub-nya sudah meluap sampai ke lantai. "Astaga, Anna." Yang empunya nama berteriak cukup keras. "Apa yang kau lakukan?" Tentu saja Anna segera mengulurkan tangan untuk mematikan kran air

  • Pesona Sang Penguasa   136. Membuangmu

    "Pemeriksaan kesehatan?" tanya Fiona dengan sebelah alis yang terangkat. "Ya." Darcy mengangguk pelan. "Semua orang akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Ini untuk kebaikan bersama juga, apalagi ada kejadian yang tidak mengenakkan terjadi baru-baru ini." "Kejadian apa?" Seorang rekan pengawal perempuan yang lain bertanya. "Apa tentang kasus Marjorie itu? Tapi apa hubungannya?" "Marjorie ternyata penderita AIDS," jawab Darcy dengan tenang. "Jadi Tuan ingin kita semua memeriksakan diri, karena siapa tahu saja ada yang tidak sengaja tertular. Berhubung kita juga pernah memantau dia cukup lama, jadi siapa tahu kan?" "Tuan, Nyonya dan keluarga lainnya pun sudah memeriksakan diri," lanjut Darcy menatap satu per satu rekannya. "Aku dan Caspian juga sudah, jadi sekarang giliran kalian." Semua orang saling menatap dengan ekspresi beragam. Ada yang terlihat kaget dan ada juga yang terlihat cemas. Yang jelas mereka semua terlihat tidak nyaman dengan berita yang bar

  • Pesona Sang Penguasa   135. Teman Semua Orang (3)

    "Bagaimana dia bisa tahu kalau ada pembunuh di rumahku?" ucap Elizabeth dengan mata melotot. "Mom, st." Anna menempelkan jari telunjuk di bibirnya. "Jangan terlalu keras, siapa tahu ada yang menguping di depan pintu. Atau mungkin ada yang memasang alat penyadap." "Oh, aku rasa aku harus memeriksa ruangan ini terlebih dulu." Caspian langsung bergerak, diikuti dengan Darcy. Semua orang yang sedang berada di dalam ruang baca itu menatap dua orang asisten sekaligus pengawal pribadi yang menggeledah ruangan dengan seksama. Mereka jelas saja akan merasa cemas, karena bisa saja mereka ketahuan. "Tidak ada penyadap atau kamera yang ditemukan." Untungnya Darcy menggeleng. "Ruangan ini juga dilapisi karpet, jadi seharusnya akan lebih kedap suara," lanjut Caspian menjelaskan. "Maaf harus menanyakan ini, tapi kalian berdua bisa dipercaya kan?" Tiba-tiba saja Astrid bertanya. "Mereka aman." Anna dengan tenangnya memberitahu. "Soalnya, Bastian mengatakan akan bertemu teman di rumah, p

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status