Share

92. Memancing

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2025-04-05 17:04:33

"Tunggu dulu, Al." Anna mendorong bahu suaminya dengan cukup keras, sambil berusaha merangkak mundur di atas ranjang. "Aku ini sedang hamil muda loh."

"Lalu memangnya kenapa kalau sedang hamil muda?" tanya Alaric dengan tatapan menerawang. "Kita masih bisa bercinta kan?"

"Menurut yang pernah kupelajari dan yang baru saja kubaca di internet, trisemester awal sangat rentan dan tidak disarankan untuk bercinta. Apalagi dengan keadaanmu yang seperti sekarang."

"Kenapa denganku?" Alih-alih mendengarkan, Alaric malah melepas kancing kemejanya satu per satu.

"Kau dipengaruhi obat, jadi tidak mungkin bisa melakukannya pelan-pelan." Anna memekik cukup keras.

"Aku akan pelan."

"Tidak mungkin kau bisa pelan dalam keadaan seperti ini." Tidak tahan lagi, Anna memilih berteriak. Dia makin panik karena kini sang suami mulai membuka celana.

"Tuan aku minta maaf."

Padahal Alaric sudah setengah jalan membuka celananya, tapi tiba-tiba saja terdengar suara di belakangnya. Setelah itu, dia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pesona Sang Penguasa   93. Go Public

    "Biarkan aku menyentuhmu, Anna," bisik Alaric, tepat di telinga sang istri. "Sebentar saja dan aku akan melakukannya dengan pelan tanpa menyakitimu dan anak kita." "Tapi tidak bisa begitu, Al." Anna melenguh pelan, karena merasakan tangan sang suami mulai merajalela. "Kau masih dipengaruhi obat dan mungkin tidak bisa mengendalikan diri." "Aku tahu, tapi aku yakin bisa mengendalikan diri." Sayangnya, Alaric tidak mengindahkan sang istri. "Aku menginginkanmu." Kedua mata Anna yang tadi terpejam, kini membuka. Dia yang baru saja terbangun dari mimpi nakalnya, kemudian melihat ke sisi ranjang yang lain. Di sana, dia bisa melihat sang suami yang tertidur pulas tanpa mengenakan busana. "Oh, sialan!" Anna menyugar rambut panjangnya secara asal. "Padahal aku pikir itu hanya mimpi basah, tapi ternyata sungguhan." Padahal Anna hanya bicara pelan, tapi sang suami menggeliat pelan dan membuka matanya dengan perlahan. Lelaki itu bahkan bangun dari posisi tidurnya, menatap sang istri deng

    Last Updated : 2025-04-06
  • Pesona Sang Penguasa   94. Kakak Ipar

    "Kenapa harus pada saat Anna sedang hamil muda?" tanya Elizabeth dengan mata melotot. "Kenapa tidak sebelumnya atau selepas trisemester pertama?" "Aku ingin melindungi Anna dari dekat," balas Alaric dengan tegas. "Dia memang bisa dilindungi dari dunia politik jika terus di dalam rumah, tapi tidak dalam kehidupan sosial dan sehari-hari. Contoh kecilnya saja pada saat Anna bekerja di butik tempo hari." "Itu benar, tapi ...." "Tolong jangan katakan kalau itu bukan hal yang besar." Alaric memotong ucapan sang ibu. "Sekarang mungkin tidak masalah, tapi bukan berarti suatu hari nanti hal ini tidak akan menjadi besar." Padahal Anna baru saja ingin mengatakan kalau kejadian dulu itu bukan apa-apa, tapi dia batal mengatakannya. Apalagi, sang ibu mertua juga tidak lagi bisa berkata apa-apa. Sepertinya, keputusan Alaric sudah bulat. "Kalau begitu, tolong setidaknya kau perhatikan Anna." Pada akhirnya, Elizabeth memilih untuk menyerah saja. "Jaga dia dengan baik, kalau perlu tambah pen

    Last Updated : 2025-04-06
  • Pesona Sang Penguasa   95. Perempuan Berdosa

    "Bagaimana kalau kita mendengar sepatah atau dua kata dari Nyonya Muda Crawford?" "Ya?" Anna melotot mendengar pertanyaan yang dilemparkan padanya itu. Padahal tadi Alaric bilang dia hanya perlu duduk cantik di studio, bersama dengan ipar dan mertuanya. Katanya paling hanya perlu sedikit menyapa, tapi kenapa sekarang dia ditanyai begini. "Ambil saja mic-nya." Astrid berbisik pada sang ipar, agar tidak terlalu lama terdiam. "Tidak masalah kan kalau kami menanyai istri Pak Alaric yang baru terlihat ini?" Pembawa acara debatnya bertanya. "Untuk yang satu itu, tanyakan saja langsung pada istriku. Dia yang akan kalian tanyai bukan?" Alaric memilih jawaban yang paling aman. "Jika dia tidak mau, tentu saja kau tidak boleh bertanya." "Jadi bagaimana?" Pembawa acara kembali bertanya pada Anna. "Tentu saja bisa." Mau tidak mau, Anna mengangguk. "Tapi aku jadi takut dengan pertanyaannya." "Tenang saja, kami hanya ingin tahu tentang dirimu." Anna menaikkan kedua alis mendengar u

    Last Updated : 2025-04-07
  • Pesona Sang Penguasa   96. Perempuan Bayaran

    "Calon perdana menteri Alaric Bastian Crawford akhirnya memperkenalkan istrinya pada khalayak umum." Anna membaca judul berita yang ada pada layar ponselnya. "Siapakah sebenarnya Nyonya muda Crawford yang terlihat polos bak malaikat." "Oh, yang benar saja." Anna memekik dan nyaris saja melempar ponselnya. "Kenapa bahasanya menjijikkan begini?" "Kata siapa menjijikkan?" Elizabeth langsung melotot ketika mendengar ucapan menantunya. "Lagi pula, kenapa lompat-lompat? Kau menakuti bayinya." "Mom, bayi di dalam dilindungi plasenta." Astrid memberitahu. "Dia tidak akan takut." "Tapi bukan berarti Anna tidak bisa jatuh kan?" hardik Elizabeth dengan mata melotot. "Kalau dia jatuh dengan keras, bayinya bisa kenapa-kenapa." Mendengar ucapan orang tua itu, Anna dan Astrid langsung terdiam. Mereka dengan cepat memperbaiki duduknya, tidak ingin diceramahi lagi. "Tapi kenapa kalian berdua ada di sini?" Anna kembali bersuara, dengan kening berkerut dan melihat dua orang yang duduk di ki

    Last Updated : 2025-04-07
  • Pesona Sang Penguasa   97. Rencana

    "Apa maksud berita ini Alaric?" Seseorang memukul meja. "Aku sama sekali tidak mengerti." Sayangnya, Alaric harus menggeleng. Bukan tidak tahu apa-apa, tapi dia sedang berusaha menghindar. "Ini berita tentang istrimu, bagaimana mungkin kau tidak tahu apa-apa?" hardik orang yang lain dan membuat Alaric menghela napas. Pagi ini, Alaric memang buru-buru ke kantor karena menerima tentang berita sang istri. Dia bahkan nyaris saja melewatkan sapaan selamat pagi sang istri yang hari ini bangun sedikit lebih terlambat. Jujur, ini membuatnya sakit kepala. "Dengar." Setelah cukup lama terdiam, Alaric akhirnya berbicara juga. "Apa pun yang kalian baca itu tidak benar. Sekali pun itu benar, aku yakin istriku adalah korbannya. Bahkan selama ini pun dia adalah korban grooming." "Kalau begitu berikan bukti dan cepat klarifikasi." Seseorang memberitahu. "Tidak semua orang bisa menerima kenyataan itu." "Sekarang perempuan akan lebih banyak mendukung sesama perempuan." Levi yang biasanya

    Last Updated : 2025-04-08
  • Pesona Sang Penguasa   98. Mimpi Buruk

    "Eh, ketemu dengan teman Papa?" tanya Anna yang kala itu baru menginjak usia delapan belas tahun. "Untuk apa?" "Mereka penasaran denganmu, sekalian saja temani Papa ke tempat pertemuan." Sang ayah berbicara dengan lembut. "Lagi pula, sekarang kau kan sudah lulus." "Benar." Anna mengangguk pelan. "Aku lulus tepat saat baru berumur delapan belas." "Jadi tentu tidak masalah bukan?" tanya sang ayah dengan lembut. "Maksud Papa, kau tidak sedang belajar dan tidak masalah kalau harus begadang selama beberapa hari bukan?" "Tidak masalah sih." Anna kembali mengangguk. "Aku akan pergi menemani Papa." "Anak baik." Sang ayah mengelus pelan kepala sang putri yang kini tersenyum cerah. Anna tentu saja akan senang jika ayahnya senang. Biar bagaimana, sekarang hanya ada mereka berdua saja. Anna pasti akan berusaha untuk melakukan apa pun yang terbaik untuk menyenangkan lelaki yang sudah bersamanya sejak lahir. Kecuali mungkin satu hal. "Maaf, tapi tolong sedikit menjauh." Anna memberitah

    Last Updated : 2025-04-08
  • Pesona Sang Penguasa   99. Yang Terlupakan

    "Ada apa dengan Anna?" Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Alaric, ketika lelaki itu membuka pintu ruang rawat inap sang istri. "Oh, akhirnya kau datang juga." Elizabeth benar-benar terlihat lega melihat putranya. "Bagaimana Anna?" Alaric kembali bertanya. "Mungkin lebih baik kau lihat saja sendiri." Kali ini Astrid yang berbicara. Kening Alaric berkerut mendengar ucapan sang kakak. Dari tempatnya berdiri, memang Alaric belum bisa melihat ke arah ranjang pasien. Dia harus melewati koridor super pendek, sebelum bisa mencapai ruangan luas dengan ranjang pasien, ranjang penjaga dan ruang tamu lengkap dengan isinya. "Anna?" gumam Alaric ketika melihat buntalan di atas ranjang pasien. "Oh, jangan membuat dia takut." Elizabeth memukuli lengan putranya, ketika melihat sang menantu berjengit dari balik selimut. "Tapi aku hanya memanggil namanya." Alaric tentu saja akan bingung. "Sangat aneh kalau dia merasa kaget." Levi yang mengikuti sepupu sekaligus sahabatnya

    Last Updated : 2025-04-09
  • Pesona Sang Penguasa   100. Impas

    "Tuan, kau tidak bisa seenaknya saja membatalkan kampanye." Caspian dengan cepat menghadang sang tuan yang berjalan cepat di sepanjang koridor rumah sakit. "Lalu apa aku harus membiarkan pria tua kurang ajar itu?" hardik Alaric dengan mata melotot. "Menurutmu, aku akan membiarkan pria itu bersenang-senang di dalam penjara saja?" "Aku mengerti kemarahanmu, Tuan." Caspian pun sedang manahan amarah. "Tapi kita juga perlu mengutamakan kampanye. Ini bukan tentang Tuan dan keluarga saja, tapi tentang ribuan pendukung yang sudah menunggu." "Tapi aku tidak bisa membiarkannya begitu saja, Ian," desis Alaric masih saja melotot. "Karena itu, aku akan mengurusnya. Aku akan mengurus agar pria itu diterbangkan ke sini dan kita akan membereskannya dengan lebih baik." Kening Alaric berkerut mendengar ucapan sang asisten. Dia terlalu marah, sampai tidak memikirkan ide cemerlang yang baru saja disebutkan oleh Caspian. "Lakukan dengan rapi dan tanpa ketahuan," bisik Alaric, kini menatap ke

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Pesona Sang Penguasa   143. Merelakan

    "Al, ada apa denganmu?" Elizabeth bertanya ketika mendapati putranya melamun di meja makan, saat makan pagi.Saat selesai hari pemilu, memang mereka memilih menginap di rumah Elizabeth. Selain karena lebih dekat, Alaric merasa lebih mudah untuk menghindari sang istri di rumah itu. Banyak orang di sana yang bisa dijadikan alasan."Mungkin ....""Tidak ada apa-apa, Mom." Alaric memotong kalimat sang istri. "Aku hanya kurang tidur saja.""Oh, tolonglah." Astrid memutar bola matanya, ketika mengatakan hal itu. "Tolong jangan pamer kemesraan di sini.""Siapa yang pamer kemesraan?" Anna yang menjawab dengan kening berkerut."Memangnya apa lagi yang bisa dilakukan sepasang suami istri, sampai kurang tidur?" tanya Astrid dengan mata melotot. "Dan tolong jangan memasang ekspresi tak berdosa seperti itu, mentang-mentang kami tidak mendengar apa-apa.""Lantas, apa ada masalah dengan itu?" Melihat istrinya yang masih bingung, Alaric memilih untuk menjawab sang kakak. "Lagi pula kami pasan

  • Pesona Sang Penguasa   142. Pulang

    "Tuan, kau mendapatkan kabar yang sangat baik." Seseorang berbicara dari sambungan telepon dengan Alaric. "Apa keluargaku bebas dari status terduga?" tanya Alaric dengan sebelah alis terangkat. "Rasanya hanya hal itu kabar baik yang bisa disampaikan oleh seorang polisi padaku bukan? Apalagi hari ini akhirnya pemilu dilaksanakan." Si polisi yang menelepon tidak langsung menjawab, tapi malah mengembuskan napas. Entah apa yang ingin dia katakan, tapi sepertinya itu tidak membuat sang polisi cukup senang atau mungkin cukup tega? "Selamat, penjahat aslinya sudah tertangkap." Setelah terdiam agak lama, si polisi akhirnya bersuara juga. "Kami menemukan rekaman dari mobil korban, yang kebetulan saja diparkir menghadap pintu masuk." "Kalian sangat tidak kompeten." Alaric berdecak pelan. "Seharusnya kalian memeriksakan hal itu lebih dulu, sebelum mencariku." "Masalahnya, tersangka ini adalah orangmu juga. Tentu saja aku harus tetap memanggilmu bukan? Yah, walau kami menemukan bukti ka

  • Pesona Sang Penguasa   141. Liburan

    "Aku tidak tahu apakah masih ada foto itu, tapi biar coba kulihat." Elizabeth mengatakannya, sambil melihat ke rak penuh buku tebal."Tapi aku tidak menyangka kalau di sini ada perpustakaan seperti ini." Anna menatap ke sekelilingnya dengan takjub."Yang benar saja, Anna." Elizabeth sempat menoleh menatap menantunya dengan tatapan tidak percaya. "Kau sudah sering datang dan beberapa kali menginap, tapi tidak tahu ada perpustakaan kecil di sini?""Aku tidak pernah benar-benar mengelilingi rumah ini, Mom." Anna datang mendekati sang mertua. "Bukankah wajar kalau aku tidak tahu banyak hal?""Kalau begitu, setelah ini kita keliling rumah." Elizabeth memberi ide, setelah dia berhasil mengeluarkan sebuah album foto yang cukup tebal. "Walau mungkin nanti kau tidak akan tinggal di sini saat Alaric pensiun, tapi kau harus tahu."Anna tidak memberikan tanggapan, selain tersenyum tipis. Entah kenapa, dia malah terlihat sedikit sedih dan untungnya bisa menutupi hal itu dengan cukup baik. Se

  • Pesona Sang Penguasa   140. Sibuk

    "Darcy, apakah hasil pemeriksaannya sudah keluar?" Fiona bertanya dengan senyum yang sangat cerah. "Belum." Sayangnya, Darcy harus menggeleng. "Karena ada terlalu banyak orang yang diperiksa, maka hasilnya agak terlambat. Maklumlah, para dokter harus bekerja keras agar datanya tidak tertukar." "Oh, tentu saja." Fiona mengangguk pelan. "Anggota kita memang banyak." "Karena itulah aku merasa lelah." Kini Darcy malah mengeluh. "Apalagi aku harus mengurusi Nyonya dan urusan rumah tangga di rumah ini." "Mungkin kau perlu mengambil cuti?" ucap Fiona dengan nada tanya. "Kau bisa sedikit bersantai bukan?" "Bisa, tapi tidak pada waktu sekarang." Darcy kembali menggeleng. "Pemilihan hanya tinggal menghitung hari, jadi kita semua tidak boleh bersantai. Termasuk juga kau." Tentu saja Fiona hanya bisa mengangguk, walau dia sama sekali tidak senang. Padahal dia sedang risau, tapi sekarang harus mengurusi banyak hal. Kini dia jadi sedikit menyesal karena harus menjadi agen ganda. ***

  • Pesona Sang Penguasa   139. Gagal Move On

    "Kenapa Tuan tidak memberitahuku kalau Marjorie terkena penyakit menular yang mematikan?" Fiona mencoba untuk tidak mendesis marah saat menelepon. "Oh, benarkah?" Orang yang ditelepon malah balas bertanya. "Ini hal baru dan aku rasa kau bisa menggunakan alasan itu sebagai salah satu penyebab kematian bukan?" "Tuan Fritz, tolong jangan berlagak menjadi orang bodoh," ucap Fiona dengan lebih berani. "Hasil autopsinya sudah keluar dan itu jelas tidak mencantumkan penyakit." "Ya lalu kau mau apa?" tanya Fritz terdengar kesal. "Untuk apa kau malah memberitahukan berita itu padaku? Aku tidak ada hubungannya." "Kau ada hubungannya, karena kau yang memintaku untuk membunuh dia." Fiona nyaris saja memekik. "Tapi itu tidak ada hubungannya dengan penyakit menular bukan?" Tentu saja Fritz akan menjadi bingung dan itu membuat Fiona ikut bingung. Yang dikatakan Fritz itu sebenarnya sangat benar, tapi pria tua itu tidak tahu masalah yang Fiona alami. Lagi pula, Fiona tidak mungkin menceri

  • Pesona Sang Penguasa   138. Berhenti Berharap

    Anna membuka matanya dengan perlahan dan merasakan rasa sesak. Bukan sesak karena tidak bisa bernapas, tapi sesak karena ada yang mengurung dirinya. Lebih tepatnya, karena ada seseorang yang memeluknya dan orang itu adalah Alaric. "Dasar mesum gila," bisik Anna sepelan mungkin. "Bagaimana mungkin kau bisa tergoda hanya dengan bisikan dan tubuh atletisnya." Pikiran Anna secara refleks berkelana pada malam panas yang dia lalui kemarin. Berawal dari kamar mandi, tapi malah berakhir di ranjang. Bahkan mereka sempat saling mencumbu di atas wastafel, sebelum berpindah ke kamar karena lantai yang licin. "Aku mungkin akan selalu teringat hal mesum itu setiap kali masuk ke dalam kamar mandi," gumam Anna disertai dengan geraman kesal. "Apa kau ingin buang air?" Suara yang tiba-tiba saja terdengar di telinga dan embusan napas yang terasa di tengkuk, membuat Anna bergidik. Belum lagi ditambah dengan remasan pelan sang suami di tempat yang ... sangat tepat. "Al." Anna nyaris saja mende

  • Pesona Sang Penguasa   137. Basah

    "Astaga Anna!" Yang empunya nama, memukul kepalanya sendiri. "Bagaimana kau bisa membayangkan hal mesum, setelah mendengar ucapan Alaric? Sadarlah, Anna." Sesungguhnya, Anna tadi mendengarkan ucapan Alaric tentang mandi bersama dengan sangat jelas. Dia hanya berpura-pura tidak mendengar karena merasa malu. "Tenang Anna," ucapnya menarik napas dan mengembuskan dengan pelan dan suara air mengalir yang menjadi latar belakang. "Kau harus tenang dan jalankan saja tugasmu sebagai seorang istri, setidaknya sampai kau muak." "Tapi, kenapa rasanya rokku basah ya?" tanya Anna dengan kening berkerut, sebelum akhirnya dia sedikit menunduk. Tanpa Anna sadari, air di bathtub rupanya sudah meluap. Padahal, rasanya dia hanya menyalakan air dengan aliran kecil saja. Siapa yang sangka kalau sekarang isi bathtub-nya sudah meluap sampai ke lantai. "Astaga, Anna." Yang empunya nama berteriak cukup keras. "Apa yang kau lakukan?" Tentu saja Anna segera mengulurkan tangan untuk mematikan kran air

  • Pesona Sang Penguasa   136. Membuangmu

    "Pemeriksaan kesehatan?" tanya Fiona dengan sebelah alis yang terangkat. "Ya." Darcy mengangguk pelan. "Semua orang akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Ini untuk kebaikan bersama juga, apalagi ada kejadian yang tidak mengenakkan terjadi baru-baru ini." "Kejadian apa?" Seorang rekan pengawal perempuan yang lain bertanya. "Apa tentang kasus Marjorie itu? Tapi apa hubungannya?" "Marjorie ternyata penderita AIDS," jawab Darcy dengan tenang. "Jadi Tuan ingin kita semua memeriksakan diri, karena siapa tahu saja ada yang tidak sengaja tertular. Berhubung kita juga pernah memantau dia cukup lama, jadi siapa tahu kan?" "Tuan, Nyonya dan keluarga lainnya pun sudah memeriksakan diri," lanjut Darcy menatap satu per satu rekannya. "Aku dan Caspian juga sudah, jadi sekarang giliran kalian." Semua orang saling menatap dengan ekspresi beragam. Ada yang terlihat kaget dan ada juga yang terlihat cemas. Yang jelas mereka semua terlihat tidak nyaman dengan berita yang bar

  • Pesona Sang Penguasa   135. Teman Semua Orang (3)

    "Bagaimana dia bisa tahu kalau ada pembunuh di rumahku?" ucap Elizabeth dengan mata melotot. "Mom, st." Anna menempelkan jari telunjuk di bibirnya. "Jangan terlalu keras, siapa tahu ada yang menguping di depan pintu. Atau mungkin ada yang memasang alat penyadap." "Oh, aku rasa aku harus memeriksa ruangan ini terlebih dulu." Caspian langsung bergerak, diikuti dengan Darcy. Semua orang yang sedang berada di dalam ruang baca itu menatap dua orang asisten sekaligus pengawal pribadi yang menggeledah ruangan dengan seksama. Mereka jelas saja akan merasa cemas, karena bisa saja mereka ketahuan. "Tidak ada penyadap atau kamera yang ditemukan." Untungnya Darcy menggeleng. "Ruangan ini juga dilapisi karpet, jadi seharusnya akan lebih kedap suara," lanjut Caspian menjelaskan. "Maaf harus menanyakan ini, tapi kalian berdua bisa dipercaya kan?" Tiba-tiba saja Astrid bertanya. "Mereka aman." Anna dengan tenangnya memberitahu. "Soalnya, Bastian mengatakan akan bertemu teman di rumah, p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status