Semua Bab Pesona Sang Penguasa: Bab 61 - Bab 70

98 Bab

61. Korban Grooming

"Aku minta maaf." Baru saja turun dari mobil, Anna langsung membungkuk dalam pada sang suami. Hal yang tentu saja membuat Alaric menaikkan sebelah alisnya. "Boleh aku tahu kau minta maaf untuk apa?" Alih-alih meminta istrinya bangkit, Alaric malah terus berjalan masuk ke dalam rumah. "Oh, tunggu dulu." Anna dengan cepat menarik lengan sang suami, mencegahnya masuk. "Biar aku yang masuk duluan, karena aku harus menyambutmu dengan baik." "Untuk apa kau menyambutku?" Tentu saja Alaric akan mengerutkan keningnya. "Kita pulang bersama dan kau tidak wajib untuk melakukan itu." "Aku harus melakukan itu." Sayangnya, Anna menolak dan bahkan sudah membuka pintu dan melangkah masuk. "Masuklah ke dalam, setelah aku menutup pintunya." Kening Alaric langsung berkerut mendengar ucapan absurd sang istri. Saking bingungnya, dia bahkan menatap dua orang asisten yang berjalan di belakangnya. Sayangnya, dua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

62. Sebab Akibat

"Tentu saja tidak masalah." Anna mengangguk dengan tatapan yang sedikit menerawang, bercampur bingung. "Jika memang perlu, aku tidak masalah ke psikolog." "Tapi jika ini tidak berhasil, kau mungkin perlu ke psikiater dan meminum obat," ucap Darcy dengan penuh kehati-hatian. "Tidak masalah kan?" "Ya, aku sama sekali tidak masalah." Anna kini mengangguk disertai dengan senyuman. "Ini demi kebaikanku dan Alaric juga kan?" "Benar." Darcy mengangguk pelan. "Demi kebaikan kalian berdua." "Baiklah, selama tidak mengganggu pekerjaan aku tidak punya masalah apa pun." Darcy hanya bisa meringis mendengar ucapan sang nyonya yang kali ini terdengar begitu polos dan ceria. Jujur saja, itu tidak membuat sang asisten tersenyum. Sebaliknya, dia merasa sangat kasihan. Padahal Darcy hanya mendengar sedikit pembicaraan dua orang tuannya, tapi itu saja sudah cukup ingin membuatnya menangis. Bagaimana mungkin ada seorang ayah yang begitu jahat? "Nyonya, bolahkah aku bertanya?" Tiba-tiba saja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

63. Titik Jenuh

"Aku akan melaporkanmu pada polisi." Seorang lelaki yang kini terikat di kursi kayu dengan wajah babak belur, membentak dengan suara tercekat. Tentu saja itu adalah ayah kandung dari Anna dan mertua dari Alaric. "Laporkan saja." Alaric yang sedang duduk dengan kesepuluh jari tangan yang menempel, menjawab dengan tenang. "Aku ingin lihat, siapa yang akan ditangkap. Kau atau aku." "Tentu saja kau yang akan ditangkap." Sang ayah mertua kembali membentak. "Yang terluka di sini adalah aku." "Kau terluka karena aku hanya sedang membela istriku." Alaric kini berdiri, menatap lelaki yang lebih pendek posisinya itu. "Kau bahkan lebih rendah dari binatang." Bukannya merasa bersalah, ayah Anna malah tertawa. Tawa yang jelas-jelas saja mengejek menantunya. Hal yang membuat lelaki itu malah makin terlihat seperti psikopat. "Kenapa?" tanya sang ayah mertua dengan senyum miring. "Kau merasa tertipu karena Anna sudah tidak perawan atau apa? Padahal aku tidak pernah menidurinya loh, tapi t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

64. Psikolog

"Jadi, apa yang ayahmu ajarkan saat kecil?" tanya seorang perempuan dengan kacamata dan sedang menatap pasien muda di depannya. "Banyak hal," jawab Anna tanpa ragu. "Terutama setelah Mama meninggal, Papa banyak mengajariku tentang hubungan antara ayah dan anak." "Hubungan seperti apa itu?" Perempuan berkacamata yang ramah itu kembali bertanya. Sayangnya, Anna tidak bisa langsung menjawab. Dia merasa ragu untuk memberitahukan apa yang terjadi sejak dia kecil, terutama tentang hal yang berhubungan dengan papanya. Jujur saja, Anna takut dengan reaksi orang lain. Apalagi, Alaric sepertinya tidak begitu suka dengan apa yang pernah dia dengar tempo hari. "Tidak apa-apa Anna." Perempuan tadi tersenyum. "Aku hanya ingin mendengar dan mungkin memberi sedikit saran yang bisa membantumu. Lagi pula, kita teman kan?" "Teman?" Anna menaikkan sebelah alisnya. "Tapi bukankah kau psikolog yang dibayar suamiku? Itu artinya aku pasien bukan?" "Oh, ayolah." Perempuan yang dipanggil psikolog
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

65. Ujian Mertua

"Kau tidak menemukan apa pun tentang anak bernama Anna itu?" tanya Marjorie dengan mata melotot. "Sangat tidak masuk akal." "Maaf Nyonya, tapi kami tidak bisa mendapatkan apa pun." Seorang lelaki memberitahu. "Sepertinya ada yang membatasi akses untuk mencari tahu. Namun, kami berhasil menemukan satu hal." "Apa itu?" Marjorie yang sedang berbaring dengan malas, langsung bangun. "Cepat beritahu aku." "Kemarin, kami mendapati si Anna ini pergi ke psikolog." "Apa-apaan itu." Bukannya senang karena mendapat informasi, Marjorie malah marah. "Padahal aku pikir kau mendapat informasi yang berguna, tapi malah memberitahu hal bodoh." "Itu bisa saja menjadi informasi yang berguna." Si pembawa informasi memberitahu. "Mungkin si Anna ini punya masalah dengan mentalnya dan perlu pergi ke psikolog. Itu bisa membuatnya terlihat buruk bukan?" Marjorie menaikkan sebelah alisnya. Dia perlu sedikit memikirkan ucapan informannya, barulah mengangguk setuju. Informasi tadi rupanya tidak begitu j
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

66. Sakit Jiwa

"Salam kenal, namaku Anna." Elizabeth menatap menantunya yang sedang memperkenalkan diri di depan semua peserta arisan. Tidak terlalu banyak orang, tapi kejadian ini membuatnya merasa tidak senang. "Padahal aku tidak mengatakan kalau acaranya di hotel berbintang, tapi dia malah datang dengan busana semi formal, alih-alih pakaian santai. Aku kan jadi tidak bisa mencibir, apalagi dia datang dengan tema warna yang sesuai," cibir Elizabeth dalam hati. "Wah, aku tidak menyangka bisa melihat perempuan yang dekat dengan Alaric." Seseorang tidak segan berbicara. "Padahal aku pikir kau akan selamanya disembunyikan." "Calon menantumu juga cukup menggemaskan, walau dia sepertinya jauh lebih muda dari Alaric." Seorang perempuan lain memberitahu Elizabeth yang tentu saja akan makin cemberut. "Aku sudah dua puluh lima tahun." Anna merasa perlu untuk memberitahu. "Perbedaan usiaku dengan Alaric memang jauh, tapi aku tidak semuda itu dan sudah cukup umur." Mendengar ucapan Anna, sebagian b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

67. Prahara Arisan

"Jam berapa kita selesai?" Alaric bertanya pada sang asisten dengan suara kecil, disela waktu istirahatnya selama kampanye. "Kalau semua berjalan sesuai rencana, kita bisa selesai kurang dari satu jam lagi." Alaric menatap jam tangan mahal bergaya klasik yang dia pakai dengan kening berkerut. Dia kemudian menatap pesan yang tadi ditinggalkan oleh sang ibu, sembari berpikir keras. "Berapa lama perjalanan pulang menggunakan helikopter?" "Jika yang dimaksud itu adalah perjalanan pulang ke rumah, mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar dua puluh sampai dua puluh lima menit. Jarak dari sini masih dekat, walau sudah termasuk luar kota." Caspian menjawab tanpa ragu. "Kalau begitu, kau siapkan heli sekarang juga dan kita akan pergi ketika benda itu siap," bisik Alaric, tidak ingin didengar orang lain. "Ya?" Tentu saja Caspian akan melotot mendengar hal itu, apalagi karena jadwal mereka sedikit padat. "Ikuti saja perintahku dan aku yang akan mengurus sisanya." Kini, Alaric bahkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

68. Jujur

"Alaric, kau datang." Dengan cepat, Marjorie beranjak untuk mendekati lelaki yang baru datang itu. "Apa kau datang menjemput ibumu, atau kau datang menjemputku?" lanjutnya, sembari menggandeng lengan Alaric yang tertekuk karena kepalan tangannya dimasukkan ke saku celana. Bukannya menolak, Alaric malah menatap perempuan yang menatap dirinya dengan penuh binar itu. Rasanya sangat aneh, tapi dia pun tidak bisa menjelaskan perasaan aneh itu apa. "Sayangnya, aku datang untuk menjemput ibu dan istriku." Dengan pelan, Alaric menyingkirkan tangan yang menggandengnya. "Tapi aku justru melihat sesuatu yang menarik." Alaric melangkah mendekati sang istri, dengan kedua tangan tetap di dalam saku. "Apa ada masalah di sini?" tanyanya menatap sang istri. "Marjorie mengatakan ...." "Sebenarnya tidak ada masalah di sini." Anna menyela ibu mertuanya dengan senyuman lebar. "Ada sedikit salah paham, tapi aku rasa itu bukan hal yang besar. Apalagi kau sudah datang seperti ini." "Bagaimana mun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

69. Bajingan Mesum

"Aku hanya bisa bilang kalau Anna itu adalah korban grooming oleh ayahnya sendiri. Sebenarnya ada hal lain lagi, tapi aku rasa sementara ini hanya itu saja yang bisa kukatakan." Itu yang tadi dikatakan oleh Alaric pada keluarganya, tentu saja tanpa kehadiran Anna. Biar bagaimana, Anna mungkin akan merasa risih mendengar semua ini. Tentu saja hal itu membuat Astrid dan Elizabeth terkejut. "Apa yang dikatakan oleh keluargamu?" Anna memberanikan diri untuk menelepon sang suami, karena Alaric pada akhirnya pergi lagi. "Apa yang harus mereka katakan?" Alih-alih menjawab, Alaric malah balas bertanya dengan kening berkerut. "Kau memberitahu tentang kondisiku bukan?" tanya Anna mengigit bibir bawahnya. "Maksudku, apa tanggapan mereka setelah tahu kalau aku sakit jiwa." "Sakit jiwa yang ada dipikiranku adalah orang yang sudah kehilangan akal sehat atau bahasa kasarnya adalah gila." Sang calon perdana menteri menjelaskan. "Sakit jiwa sudah pasti sakit mental, tapi bukankah tidak berlak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

70. Lingerie

Anna yang sedang merapikan pakaian yang tersusun di gantungan, melirik ke sudut kirinya. Dia melakukan itu berulang kali, sampai Darcy yang selalu menempel pun menegur. "Apa ada pakaian yang ingin kau beli?" "Tidak ada." Anna menggeleng dengan cepat. "Lalu kenapa sejak tadi kau melirik ke arah sana?" Tentu saja Darcy akan bertanya lagi. "Hanya melihat saja." Tiba-tiba, Anna menjadi gugup. "Hanya melihat apakah sudah rapi atau tidak." "Oh, ada yang tidak rapi?" Darcy tentu saja akan segera beranjak, untuk memperbaiki apa yang salah. "Eh, kau ke mana?" Sayangnya, Anna harus menahan sang asisten. "Tidak perlu ke bagian sana, karena seharusnya sudah rapi." "Bukankah tadi kau mengatakan mungkin ada yang tidak rapi? Aku bisa mengeceknya lebih dulu, dari pada nanti kita dimarahi." Darcy mengerutkan kening mendengar dan melihat ekspresi gugup sang nyonya. Lagi-lagi, Anna hanya bisa menolak. Kali ini, dia menggeleng kepalanya dengan keras. Yah, walau pada akhirnya Anna masih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status