หน้าหลัก / Romansa / Terjerat Cinta Ceo Posesif / บทที่ 11 - บทที่ 20

บททั้งหมดของ Terjerat Cinta Ceo Posesif : บทที่ 11 - บทที่ 20

51

Bab 11

Rose melangkah cepat. Ia memasuki koridor rumah sakit dengan wajah tegang. Beberapa menit yang lalu, ia harus membujuk William agar mengizinkan dirinya ke rumah sakit. Tak mudah, tetapi untungnya ia mendapatkannya.Ia berdiri di depan pintu kamar rawat Margaret. Namun sebelum ia masuk tak lupa dirinya berdoa.“Rose, ayo!” ujarnya menyemangati diri sendiri.Pintu didorong dengan pelan, Rose menatap sekeliling dan mendapati Margaret seorang diri. Wanita itu langsung memasang wajah sumringah ketika melihat kehadirannya.“Ibu, kau sendiri?” Rose melangkah ke arah ranjang, memeluk wanita yang dirawatnya selama beberapa tahun terakhir.“Dengan siapa lagi? Bukankah selama ini, hanya kau yang bersamaku,” jawabnya seraya tersenyum hangat.Menghela napas pelan, Rose duduk di kursi dekat ranjang. Mengusap lengan keriput yang terlihat kurus.“Maaf karena terlambat datang, Ibu,” katanya, “di mana Nico?”Tersenyum lemah, Margaret menggeleng dengan mata yang berkaca-kaca. “Dia memutuskan kembali ke
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-16
อ่านเพิ่มเติม

Bab 12

“Kenapa terkejut?” Diana melebarkan senyumnya, “kau iri karena sebentar lagi, aku menjadi istrinya? Manager Nicholas dan Diana yang cantik,” katanya seraya tertawa menang.“Kau yakin di akan menikahimu?” tanya Rose dengan tatapan tak kalah mengejek.“Tentu saja,” balas Diana, “kau akan menjadi tamu undangan spesial kami. Tunggu saja, ya.”“Aku bahkan tidak tertarik.” Rose melanjutkan langkahnya dengan terburu-buru, mengetahui jika Diana hamil, cukup melukai hatinya. Sebuah fakta jika Nicholas dan Diana memang telah lama berhubungan di belakang.“Dia pasti terluka,” desah Diana menatap punggung Rose yang semakin menjauh.Sementara itu, di dalam mobil. Rose berulang kali membuang napas panjang, ada sesuatu yang menjanggal dalam benaknya.“Mereka telah lama bersama,” katanya dengan lirih, “tetapi aku baru saja mengetahui kebenaran itu.”“Nico, kau …,” ucap Rose ingin menangis.“Untuk apa aku menunggu terlalu lama saat itu, dia … dia jelas telah memberi banyak tanda jika sudah tak mencint
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-17
อ่านเพิ่มเติม

Bab 13

“Ini kamarku?” Rose meletakkan tas kecil miliknya di atas sofa, kemauan melangkah maju menatap takjub pada kamar mereka.“Kamar kita!” seru William melepas jas miliknya dan duduk sembari membuka kancing baju.Rose menoleh pelan, ia menelan ludah kasar dengan pemandangan di hadapannya. William membuka baju hingga terpampang otot perut yang alot.“Ini kamar kita,” tegas William sekali lagi. Ia melangkah maju dengan tatapan lurus pada sang istri. “Pak …,” ucap Rose tergagap.“Aku lelah, bagaimana jika kita mandi berdua,” tawar William dengan seringai kecil di bibirnya.“Ti-tidak Pak. Saya bisa sendiri,” tolak Rose tergagap, tingginya yang hanya sepundak William membuatnya mendongak.“Tapi aku tidak bisa sendiri,” balas William menatap lurus istrinya.“Tidak bisa? Lalu bagaimana Anda mandi sebelumnya?” Rose bergeser sedikit demi sedikit. Namun, dengan cepat, William menahan tangannya.“Mau kemana?” tanya William menelengkan kepalanya.“Saya–”William menoleh tatkala pintu kamar mereka te
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-18
อ่านเพิ่มเติม

Bab 14

Wajah Rose memerah, permainan semalam masih membekas dengan jelas dalam benaknya. Ia berdehem mencoba menenangkan diri agar tidak gugup.“Ada apa?” William melepas kacamata miliknya, kemudian meminta Rose duduk di hadapannya.“Duduk. Kita sarapan bersama,” katanya, “aku ada pertemuan sampai siang kau bisa menunggu di kamar sebelum aku kembali.”“Boleh aku keluar? Jika di kamar aku pasti bosan,” balas Rose, ia sudah sejauh ini keluar dari rumah tidak mungkin hanya di kamar.“Kau tahu jalan kembali?” “Tentu saja. Aku penghafal yang baik Pak,” jawabnya, “boleh ya.”William terdiam sesaat. Ia menimbang apakah Rose boleh keluar sendiri atau tidak. Yang ia ketahui, kota ini terlalu besar, terlalu sulit mendapati gadis kecil ini jika hilang.“Usia saya 22 tahun. Tidak mungkin hilang,” katanya menebak isi kepala suaminya.“Baiklah,” pria William, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong jas miliknya.“Jangan lepaskan cincin ini,” katanya seraya menyematkan di jari manis sang istri, “jika k
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-20
อ่านเพิ่มเติม

Bab 15

William mengancing kemeja miliknya seraya tersenyum puas. Ia menatap Rose dari pantulan cermin. Wanitanya masih tertidur dengan pulas dengan wajah lelah yang menggemaskan.Dering ponselnya mengejutkan Rose yang akhirnya membuka mata dengan perlahan. Ia membuka mata dengan perlahan dengan tatapan lurus pada William yang juga menatapnya.“Kau sudah bangun?” tanya William berjalan ke arahnya. Wangi William begitu memabukkan.“Anda sudah mandi?”“Ya. Kau ingin kita mandi berdua?” goda William menyeringai.Rose mengerucutkan bibir, ia mengeratkan selimutnya dan menggeleng pelan. “Tidak. Aku bisa melakukan semuanya sendiri.”Terkekeh kecil, William mengusap rambut sang istri lembut. “Aku mungkin kembali terlambat. Kau bisa keluar jika ingin tapi, ingat ya, jangan sampai hilang.”Rose mengangguk pelan, ia merasa di sayang selama bersama William. Mereka tak saling kenal sebelumnya, tetapi perhatian William membuatnya seperti wanita yang berharga.“Pak, bisa saya pinjam beberapa rupiah? Saya t
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-21
อ่านเพิ่มเติม

Bab 16

Rose mencoba menengahi, tetapi Nicholas masih tetap kekeh untuk mengetahui siapa pria asing yang memanggil Rose begitu sopan.“Kau pria yang malam itu? Kau kekasih bayarannya?” tanya Nicholas selidik.“Nicholas, jaga bicaramu!” sentak Rose kesal.Ia menoleh pada mantan kekasihnya, “Apakah dia lelaki yang malam itu menjemputmu di rumah? Dia yang memberikan semua perhiasan padamu, Rose?”Rose mencoba tenang, mencoba tidak terpancing dengan mata melotot Nicholas, “Bukan urusanmu. Bukankah kita sudah tidak ada hubungan?”“Oh my God, Rose,” kata Nicholas dengan wajah terkejut, “dibandingkan dia, aku jauh lebih kaya. Kau–”“Setidaknya dia jauh lebih baik darimu, Nico. Pergilah, kau merusak hari bahagiaku,” usir Rose dengan nada rendah.“Kau berani padaku, Rose?”Membuang napas pelan, Rose menoleh. Ia menatap Nicholas yang wajahnya sudah merah dengan mata melotot. “Tidak ada yang harus kita bicarakan. Aku tidak mengikutimu, itu yang benar,” kata Rose, “aku akan kunjungi ibu setelah kembali d
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-23
อ่านเพิ่มเติม

Bab 17

Nathaniel terkekeh, tetapi ia masih berpikir jika wanita yang ditemuinya masih sendiri.Mereka berdua terlihat akrab satu sama lain, Nathaniel yang memang mudah bergaul dengan siapa pun. Ia selalu bisa mencairkan suasana yang sempat dingin.“Ah, sudahlah. Ini sangat memalukan karena membicarakan wanita yang bahkan saya tidak tahu apakah sudah menjadi milik orang atau masih sendiri,” kata Nathaniel merasa menyesal.“Hum, lebih baik kita bicarakan tentang pekerjaan kita yang lebih pasti saja,” balas William pada akhirnya."Anda benar, Pak. Sekali lagi, terima kasih atas pernikahan Anda. Saya dan keluarga turut bahagia mendengarkan berita baik ini," katanya dengan setulus hati."Terima kasih Pak Nathaniel. Saya pun berdoa semoga Anda menemukan belahan jiwa Anda secepatnya.""Ya. saya masih tetap berharap, wanita tadi belum menjadi milik siapa pun. Jika itu terjadi, saya akan langsung menikahinya dan mengundang Anda secara langsung."William tertawa ramah, setelahnya kembali serius dengan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-24
อ่านเพิ่มเติม

Bab 18

Rose masuk ke dalam mobil dengan jantung berdebar. Takut jika Nicholas mendapatkan ancaman dari orang William.“Bagaimana harimu?” William menatap istrinya dengan tatapan penuh tanya. Ia menahan diri untuk tidak membahas soal pria di sana untuk kenyamanan Rose.Ia menoleh dengan senyum. “Hum, menyenangkan.”William mengangguk, ia menatap dengan seksama wajah Rose yang masih terlihat tegang. “Ada apa dengan wajahmu? Kau melihat hantu?”“Hantu?” ulang Rose, “ya, hantu jadi-jadian,” imbuhnya terkekeh geli.Mendadak suasana terasa kaku, tatapan mata William seolah menembus ke dalam jantung.“Pak, eh. Maksud saya, Willie,” katanya, “ke-kenapa Anda menatap saya seperti itu?”William memajukan tubuhnya, mendekatkan wajahnya dengan wajah Rose yang semakin pucat. “Kenapa, aku adalah suamimu, tidak ada yang bisa melarang menatap dan memelukmu sesuka hati.”Rose menelan ludah kasar, kata-kata terdengar begitu menusuk, seolah pria itu mengaskan bahwa dirinya hanya milik William seorang.Tangan pr
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 19

“Selamat datang kembali, Bu.” Para pelayan berdiri dengan tangan berada di depan. Mereka memasang wajah cerah dengan senyum yang lebar.“Terima kasih,” jawab Rose tersenyum lembut, ia melirik William yang mengangguk kecil seraya melangkah masuk ke dalam rumah.“Pak, Anda ditunggu oleh seseorang sejak beberapa menit yang lalu,” lapor salah satu pelayan memberanikan diri untuk memberitahu.William dan Rose menoleh bersama, sebab mereka tidak melihat ada mobil lain di parkiran.“Siapa?” tanya William.“Nona Kanaya,” jawab mereka ragu. Rose menatap bingung pada William yang terlihat tersenyum kecil dengan berita yang didengarnya. Ia mengusap lengan William lembut. “Pergi temui.”William mengangguk. “Naik lebih dahulu dan tunggu aku dengan gaun hitam.”Wajah Rose kembali memerah bersemu, ia mengangguk malu-malu. “Baiklah.”Wanita cantik itu berbalik dan membawa langkah menaiki anak tangga dengan lesu. Ia begitu lelah hingga tak akan berpikir siapa tamu suaminya.Sampai di kamarnya, Rose l
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-26
อ่านเพิ่มเติม

Bab 20

Si pelayan menelan ludah kasar, “Itu, saya hanya tidak ingin Anda salah paham,” katanya, “nona Kanaya hanya teman baik Pak William.”Rose mengangguk mengerti, ia pun tak berpikir jika William memiliki wanita lain, sedangkan mereka telah menikah.“Tenang saja. Aku tidak seperti itu,” ujar Rose seraya tersenyum kecil, “ayo kita temui dia.”“Silakan Bu. Kamar nona Kanaya di sana.”Rose mengangguk, ia tak sabar melihat tamu suaminya yang seumuran dengannya. Rose yakin, Kanaya yang William maksud adalah wanita baik dan juga manis.Setibanya di depan kamar Kanaya, Rose mengetuk dengan pelan, lalu membuka pintu dengan hati-hati.Di dalam sana, Kanaya yang baru selesai dengan riasannya menoleh ke arah wanita cantik dengan gaun indah.“Selamat malam,” sapa Rose ramah, “aku adalah Rose—istri William,” imbuhnya masih dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya yang tipis.Kanaya masih terpaku di tempatnya, wajah bulat Rose serta bola mata yang indah berhasil mencuri perhatiannya.“Aku … kenalkan,
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-27
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
123456
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status