Semua Bab Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku : Bab 71 - Bab 80

95 Bab

Part 71

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 71POV LalaAku melangkah keluar dari ruang guru dengan perasaan yang sulit kugambarkan. Kakiku terasa begitu lemas, seolah tenagaku telah terkuras habis hanya untuk menerima kenyataan pahit ini. Aku dikeluarkan. Tidak ada kesempatan kedua.Aku menunduk, menatap lantai tanpa benar-benar melihatnya. Dadaku sesak. Aku tahu aku hanya korban, tapi nyatanya dunia tidak peduli. Dunia hanya melihat apa yang tampak di permukaan, dan sekarang, aku dicap sebagai anak bermasalah.Kenapa aku harus sebodoh ini?Pertanyaan itu terus-menerus berputar di kepalaku. Aku ingin marah pada diriku sendiri. Aku tahu Ayah adalah orang yang baik, tapi sejak aku tahu dia menghianati Mamah, rasanya aku sudah tidak percaya lagi pada siapa pun. Aku kecewa, aku marah, dan aku membiarkan diriku kehilangan kendali.Aku benar-benar menyesal.Tanpa sadar, air mataku menggenang. Aku tidak menangis, tapi ada sesuatu di dalam dadaku yang terasa berat. Aku ingin berteriak, ingin me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Part 72

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 72Aku memandang wajah Ayah dan Mamah bergantian. Mereka tampak begitu lelah, tapi tetap berusaha tersenyum padaku. Hatiku mencelos melihat mereka seperti ini. Bagaimana mungkin aku tidak menerima keadaan ini? Mereka sudah berusaha sebaik mungkin untuk kami semua.“Lala setuju, Yah. Kalau memang harus pindah, kita pindah aja. Asal kita tetap bersama, itu sudah cukup buat Lala,” jawabku apa adanya.Mamah menatapku dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Terima kasih ya, La. Kamu anak yang baik.”***Esok harinya, Ayah langsung mencari kontrakan. Ia menghabiskan hampir seharian penuh berkeliling, dan untungnya menemukan kontrakan yang tidak terlalu jauh dari sekolah baruku. Tempatnya sederhana, tapi cukup nyaman untuk kami tinggali.Dan keesokan harinya lagi, kami mulai berkemas. Barang-barang yang tidak terlalu penting kami sisihkan, hanya membawa yang benar-benar dibutuhkan. Proses pindahan terasa melelahkan, tapi juga memberikan harapan baru.Sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Part 73

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 73Mamah yang sedang menidurkan Arkan langsung menatapku dengan wajah ragu. "La, sekolah itu tempat belajar, bukan tempat jualan. Kamu nggak takut kecapekan?"Aku buru-buru menggeleng. "Di sekolah juga ada yang jualan kok, Mah. Dan Lala nggak akan mengganggu pelajaran, janji! Lala cuma pengen bantuin Mamah dan Ayah biar pemasukan kita bisa lebih banyak."Mamah masih tampak bimbang. Aku tahu, beliau pasti khawatir aku akan kelelahan. Tapi aku benar-benar ingin melakukan ini. Aku ingin membantu, meskipun hanya sedikit.Setelah beberapa menit berpikir, Mamah akhirnya menghela napas. "Ya sudah, kalau kamu memang mau, nanti malam Mamah bikinin es susu jelly buat kamu jual di sekolah ya."Aku langsung tersenyum lebar dan memeluk Mamah erat. "Makasih ya, Mah. Lala janji nggak akan ngeluh capek."Keesokan harinya, aku bangun lebih awal dari biasanya. Setelah membantu Mamah menyiapkan dagangan untuk di rumah, aku juga ikut membantu menyiapkan es SUJE al
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Part 74

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 74Aku menjerit sekuat tenaga, berusaha melawan ketakutan yang menyergapku."Tolong! Tolong!"Namun, teriakanku hanya teredam oleh tangan kasar yang terus membekap mulutku. Napasku mulai sesak, tubuhku menggeliat mencoba melepaskan diri, tapi sia-sia. Orang itu terlalu kuat.Termos esku jatuh, membuat tutupnya berhamburan ke aspal.Kegelapan mulai menyelimuti pandanganku. Kepalaku terasa ringan, kemudian semuanya menghilang.____Aku terbangun dengan tubuh terasa lemas. Kepalaku sedikit pening, dan butuh beberapa detik untuk menyadari bahwa aku berada di tempat yang asing. Ruangan ini gelap, dengan satu jendela kecil di sudut atas. Dindingnya kusam, hanya ada satu lampu redup yang menggantung di langit-langit.Aku mencoba bergerak, tetapi pergelangan tanganku terikat di belakang kursi. Aku mencoba menarik napas dalam, menenangkan diri meski jantungku berdegup kencang.Aku mencoba berteriak lagi, dan kali ini pintu di depanku terbuka perlahan.S
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Part 75

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 75POV HalbiAku menggenggam termos es Lala yang tergeletak di gang sempit menuju rumah kontrakan kami. Tubuhku bergetar hebat, bukan karena dingin, tetapi karena perasaan takut yang menyesakkan. Kemana anakku? Aku menoleh ke sekeliling, berharap ada seseorang yang bisa memberikan jawaban, tapi jalanan sudah sepi. Hanya lampu-lampu redup dari rumah-rumah di gang ini yang menemani keresahanku."Lala!" Aku berteriak sekencang mungkin, suaraku menggema, tapi tak ada jawaban.Hatiku mencelos. Lala tidak mungkin meninggalkan termos esnya begitu saja. Dia anak yang sangat berhati-hati. Jika pun jatuh, pasti dia akan mengambilnya kembali. Tapi termos ini dibiarkan begitu saja di tanah, seperti sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba.Aku segera berlari ke rumah. Indri yang sedang menidurkan Arkan langsung terkejut melihatku masuk dengan napas terengah-engah."Mas, kenapa?" tanyanya panik."Lala, Ndri. Ini termos esnya aku temuin jatuh di gang." Aku men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Part 76

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 76Aku langsung melemparkan ponsel ke meja di depannya. "Lihat ini, Bu!"Ibu mengambil ponselku dengan alis berkerut. Matanya membaca pesan dari Lala, lalu ia mendongak menatapku. "Dan?""DAN?! Bu, Lala minta aku pisah sama Indri supaya dia bisa kembali! Siapa lagi yang ingin hal itu terjadi kalau bukan Ibu?!" Aku menekankan suaraku, dadaku naik turun karena emosi.Ibu mendengus, meletakkan ponselku di meja. "Kamu nuduh Ibu menculik cucu Ibu sendiri?""Apa lagi alasan yang lebih masuk akal?! Sejak awal, Ibu nggak pernah suka Indri! Ibu mau aku ninggalin dia, dan sekarang tiba-tiba Lala hilang dan dia minta aku pisah dari Indri supaya dia bisa pulang?! Ini jelas bukan kebetulan!"Ibu menatapku dengan dingin, lalu menggelengkan kepala sambil tersenyum miring. "Jangan nuduh sembarangan, Halbi. Kalau Ibu memang menginginkan hal itu, kenapa Ibu harus susah-susah menculik Lala?"Aku terdiam sejenak.Ibu melanjutkan dengan nada sinis. "Lagipula, bisa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Part 77

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 77Tapi ancaman itu tidak membuatku gentar. Justru sebaliknya, itu semakin menguatkan tekadku. Aku tahu aku sudah berada di jalur yang benar. Jika pelaku sampai mengawasi gerak-gerikku dan langsung mengirimkan ancaman begitu aku melapor ke polisi, artinya mereka panik. Dan saat seseorang panik, mereka lebih mudah melakukan kesalahan.Pagi-pagi sekali, aku sudah bersiap. Indri memandangku dengan mata yang masih menyisakan kelelahan. Aku tahu dia hampir tidak tidur semalaman, sama seperti aku."Mas yakin mau ketemu wartawan itu?" tanyanya, suaranya terdengar khawatir.Aku mengangguk. "Ini satu-satunya cara biar kasus Lala nggak diabaikan begitu saja. Kalau polisi nggak bisa diandalkan, kita harus cari cara lain."Indri menggigit bibirnya. "Tapi, Mas … mereka udah ngancem kita. Gimana kalau mereka beneran ngelakuin sesuatu sama Lala?"Aku menarik napas dalam, mencoba meredakan gejolak di dalam dadaku. "Ndri, justru karena mereka ngancem, artinya k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Part 78

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 78Aku tidak menjawab.Aku hanya berdiri diam, menonton bagaimana kedua polisi itu menggiring ibu menuju mobil patroli. Dia terus berteriak-teriak, memanggil namaku, meminta belas kasihan.Tapi aku tidak peduli. Bukan karena aku tidak punya hati. Tapi karena hatiku sudah hancur. Karena aku tidak tahu di mana Lala. Dan aku takut kalau aku kehilangan dia untuk selamanya.Aku pun pulang dengan langkah gontai. Tubuhku terasa lemas, seolah semua tenaga dan harapanku ikut terkikis bersama hilangnya jejak Lala. Begitu sampai di depan rumah, aku melihat Indri sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh harap. Tapi saat melihat ekspresiku, harapan itu langsung sirna.Indri berlari mendekat. "Gimana, Mas? Lala udah ketemu?"Aku hanya menggeleng lemah.Indri langsung lemas, tubuhnya nyaris ambruk jika saja aku tidak segera menangkapnya. Air mata yang sejak tadi berusaha ia tahan akhirnya jatuh juga. Ia menggenggam lenganku erat, suaranya bergetar."J
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Part 79

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 79Aku duduk di meja makan sambil memperhatikan Lala yang dengan penuh semangat memasukkan beberapa kotak dagangannya ke dalam tas. Senyumnya pagi ini terasa lebih cerah dibanding hari-hari sebelumnya, meskipun aku tahu ada trauma yang masih tersisa di hatinya."Ayah, nanti anterin Lala ke sekolah, ya? Sampai depan gerbang pokoknya," katanya sambil menatapku dengan mata penuh harap.Aku mengangguk tanpa pikir panjang. "Tentu. Ayah bakal antar jemput Lala setiap hari pokoknya."Lala tersenyum lega. Indri yang duduk di sampingnya pun ikut tersenyum sambil mengelus kepala anak kami dengan penuh kasih.Setelah Lala selesai bersiap, aku segera mengantarnya ke sekolah. Di sepanjang perjalanan, dia bercerita tentang rencana bisnis kecil-kecilannya di sekolah, tentang teman-temannya yang sudah lama tidak ditemui, dan tentang harapannya untuk bisa menjalani hari seperti biasa lagi.Saat kami tiba di depan gerbang sekolah, Lala tiba-tiba menggenggam tang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

Part 80

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 80Indri menarik napas dalam. "Gimana kalau kita pindah ke kampung?"Aku terdiam. Kata-katanya menggantung di udara, menekan pikiranku yang sudah lelah.Indri melanjutkan dengan hati-hati, "Mas tahu sendiri, kan? Biaya hidup di kota ini mahal. Seberapapun kita bekerja keras, tetap saja rasanya nggak cukup. Di kampung, kita bisa sedikit bergantung pada alam. Ibuku juga ada sawah di sana. Kita bisa lebih hemat dan mungkin bisa membangun usaha kecil juga di sana."Aku mengusap wajahku, berpikir keras. "Tapi, gimana dengan pelanggan jualanmu dan sekolah Lala, Ndri?"Indri tersenyum lembut. "Aku yakin kita bisa mulai lagi, Mas. Kita bisa cari cara lain buat bertahan di sana. Aku nggak ingin lihat Mas kerja terlalu keras sampai lupa istirahat. Aku juga nggak mau Lala tumbuh dengan kehidupan yang penuh tekanan seperti ini."Aku menghela napas panjang. Kata-katanya masuk akal, tapi tetap saja, ada rasa ragu dalam hatiku."Apa Lala nggak keberatan?" tan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status