All Chapters of Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku : Chapter 61 - Chapter 70

95 Chapters

Part 61

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 61Esok paginya, saat Lala bersiap untuk berangkat sekolah, aku sudah menunggunya di meja makan dengan uang saku di tangan. Aku ingin memastikan dia membawa bekal, setidaknya untuk jajan di sekolah. Namun, saat aku menyodorkan uang itu, Lala hanya melirik sekilas tanpa menyentuhnya.“Ini buat jajan kamu, La,” kataku, sambil tersenyum.“Nggak usah,” jawabnya singkat sambil mengambil air dari dapur dan sepotong roti dari meja.Aku menarik napas panjang, menyadari bahwa Lala masih ngambek. Ia bahkan tidak menunggu Mas Halbi keluar dari kamar seperti biasanya. Tanpa pamit, Lala melangkah cepat ke depan rumah. Aku segera mengejarnya ke teras.“La, kalau kamu nggak bawa uang, terus nanti di sekolah kamu nggak jajan gimana?”“Lala gak usah jajan, gak apa-apa,” sahutnya malas sambil memeriksa tasnya.“Loh, kasihan dong kalau kayak gitu. Nih ambil uangnya, Nak. Nanti kamu beli makanan atau minuman di sekolah, ya?” Aku menyodorkan uang itu lagi.“Nggak u
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Part 62

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 62“Dia lagi nongkrong sama anak-anak cowok di pinggir jalan! Udah malam begini, masih juga nggak tahu malu.”Aku menatap Lala, hatiku dipenuhi berbagai macam emosi. Marah, sedih, kecewa—semuanya bercampur jadi satu. “La, apa bener yang dikatakan ayahmu itu? Kenapa kamu jadi berubah begini, Nak?” tanyaku dengan suara pelan, mencoba meredam emosiku.Namun, Lala tetap bungkam. Ia berdiri kaku di tempatnya, tatapannya tajam, seolah menolak semua perhatian yang kuberikan. Ia kemudian melangkah masuk ke rumah tanpa sepatah kata pun, membanting pintu kamarnya dengan keras.Aku berdiri terpaku di tempat, menatap pintu kamar Lala dengan perasaan hancur. Mataku mulai panas, dan air mata tak bisa kutahan lagi. Di sampingku, Mas Halbi juga masih berdiri dengan wajah kesal, mencoba menenangkan dirinya."Semua ini gara-gara kamu, Mas!" Aku akhirnya tak bisa lagi menahan diri. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku, tajam dan penuh amarah."Kalau sa
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Part 63

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 63POV Halbi[Mas, ingat janjimu, kamu akan selalu mengutamakan urusanku dan Lala daripada perempuan itu. Cepat pulang sekarang juga.]Pesan itu muncul di layar ponselku, singkat, tapi cukup menusuk hingga membuatku terdiam sejenak.Aku memandang layar ponsel dengan perasaan campur aduk. Indri benar, aku pernah berjanji untuk selalu mengutamakan dia dan Lala. Tapi saat ini aku masih di rumah sakit, menunggu Miranda diperiksa dokter. Ibu yang memintaku mengantar perempuan itu, dan aku tahu betul, jika aku meninggalkan Miranda begitu saja, ibu pasti akan marah besar.Namun, melihat pesan dari Indri, aku tak bisa tinggal diam. Lala masih hilang, dan aku tak tahu apa yang sedang dia lakukan di luar sana. Indri pasti ketakutan, bahkan mungkin panik. Lala adalah tanggung jawab kami berdua, dan aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja.Tanpa pikir panjang, aku berdiri dan langsung keluar dari ruang tunggu tanpa pamit pada Miranda. Aku tahu ini keputu
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Part 64

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 64Sore harinya aku mendapatkan telepon dari ibu. Beliau memintaku untuk datang ke rumah Kak Lian.“Ibu sama kakak kamu mau ngomongin soal soal Lala."Tanpa pikir panjang, aku langsung bersiap menuju rumah Kak Lian. Berharap mereka punya cara atau ide agar kami bisa segera menemukan Lala Setibanya di sana, aku melihat ibu dan Lian sudah duduk di ruang keluarga, wajah mereka tampak serius.“Duduk, Halbi,” kata Ibu tanpa basa-basi.Aku duduk di sofa berhadapan dengan mereka, mencoba menenangkan diriku.“Kok bisa, sih, Lala sampai kabur begitu Halbi?” tanya Ibu langsung. “Apa jangan-jangan istrimu itu gak becus menjaga Lala?”Aku langsung merasa dadaku sesak. Seperti sudah kuduga, pembicaraan ini tak lebih dari mencari siapa yang salah.“Bu, udah deh, daripada saling menyalahkan, lebih baik kita fokus bagaimana caranya kita menemukan Lala,” kataku mencoba menahan emosi.“Ya, tapi Ibu kesel, Halbi!” Suara Ibu meninggi. “Jangan-jangan istri kamu it
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Part 65

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 65Aku dan Indri bergegas menuju kantor polisi setelah menerima kabar yang menghentak jantung kami. Lala, anak perempuan kami, ditahan. Apa yang terjadi pada Lala? Apa yang telah ia lakukan hingga berurusan dengan polisi?Begitu sampai di sana, aku melihat Lala duduk di ruang interogasi. Wajahnya tertunduk, rambutnya sedikit berantakan, seperti habis menangis atau mungkin stres berat. Aku menatap Indri yang mulai menitikkan air mata.“Pak Halbi, Bu Indri.” Seorang petugas menyambut kami. "Silakan, duduk."“Ada apa ini? Memangnya anak saya kena kasus apa, Pak?” tanyaku, mencoba menahan nada cemas yang tak bisa kusembunyikan.Petugas itu menghela napas. “Pak Halbi, anak Anda ditemukan dalam penggerebekan. Ia diduga terlibat dalam peredaran barang terlarang. Kami menemukan bukti di ponselnya dan beberapa barang bukti lainnya.”Aku tertegun, dadaku serasa dihantam. “Barang terlarang? Maksudnya … narkoba?” tanyaku, nyaris berbisik.Polisi itu mengan
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Part 66

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 66***Pulang dari tempat rehabilitasi tempat Lala harus menginap, aku merasa dunia ini semakin menekan kami dari segala arah. Rumah yang seharusnya menjadi tempat kami beristirahat kini seperti ruang penuh sesak yang menyerap semua kebahagiaan.Indri duduk di sisi ranjang, wajahnya kosong, pandangannya terpaku ke arah jendela. Sejak semalam, ia belum bicara lagi denganku. Bahkan ketika aku mencoba mengajaknya berbicara, responsnya hanya anggukan kecil atau gumaman lirih. Dia tidak menangis lagi, tapi aku tahu, jauh di dalam hatinya, ia hancur.Aku mencoba mendekatinya. "Indri, kamu nggak nyiapin sarapan?"Dia hanya menggeleng perlahan tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela. Sejujurnya, melihatnya seperti ini jauh lebih menyakitkan daripada ketika ia menangis. Setidaknya, saat menangis, ia menunjukkan emosi. Tapi sekarang, Indri seperti kehilangan semangat untuk hidup.Dan masalah kami tidak berhenti sampai di situ. Ketika pagi itu aku kel
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Part 67

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 67"Halo, Mas." Suara Indri terdengar pelan, seperti biasa akhir-akhir ini. "Aku lupa mau nanya sama kamu, kamu udah siapin pengacara belum untuk bantu Lala?"Aku memijat kening. Bagaimana mungkin aku bisa lupa hal sepenting itu?"Belum, Ndri," jawabku lesu. "Tapi aku akan secepatnya cari. Hari ini juga. Aku punya banyak teman kenalan pengacara kok.""Oh ya sudah, Mas. Tolong cepet diurus, ya. Aku khawatir Lala akan makin lama di sana kalau nggak dibantu sama pengacara.""Iya, Ndri. Aku akan urus sekarang."Setelah menutup telepon, aku menatap layar ponsel yang masih menyala. Kepalaku penuh dengan pikiran tentang Lala, tentang Indri, tentang bagaimana keluarga kecil kami seperti sedang dihantam badai bertubi-tubi. Aku menggulir daftar kontak di ponsel, mencari nama-nama teman lama yang kukenal sebagai pengacara atau setidaknya punya koneksi di bidang hukum.Satu per satu mereka aku hubungi. Tapi jawaban yang kuterima selalu sama—mereka tidak bi
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Part 68

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 68“Dia ditembak orang nggak dikenal, Pak. Mungkin ada orang yang dendam pribadi sama dia. Biasa, risiko pekerjaannya sebagai pengacara.”Tanganku melemas. Ponsel hampir jatuh dari genggamanku. “Ya Tuhan ....”“Pak Halbi, kalau gitu saya tutup dulu ya teleponnya. Saya cuma mau mengabari itu saja.”Aku mengerjap. “Iya, Pak. Iya. Terima kasih sudah memberi tahu.”Setelah telepon itu berakhir, aku hanya duduk terpaku. Pak Faisal, orang yang tadi memberiku harapan besar, kini telah tiada. Aku merasa seperti sedang jatuh dari tebing yang tinggi.Malam itu, aku hampir tidak bisa tidur. Pikiranku terus berkecamuk, mencari jalan keluar lain. Aku mencoba mengingat siapa lagi yang bisa membantuku. Tapi semakin aku berpikir, semakin aku merasa buntu.***Keesokan harinya.Aku melihat Indri yang sedang menyiapkan sarapan. Meski wajahnya terlihat lelah, tapi dia tetap berusaha bersikap seolah baik-baik saja.“Mas, kamu kenapa?” tanyanya kemudian.Aku menole
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Part 69

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 69Aku mengangguk pelan. Kami pun berjalan keluar dengan langkah cepat, meninggalkan toko itu tanpa membuat keributan. Sesampainya di mobil, aku segera melanjutkan pekerjaan mengganti ban yang sempat tertunda. Tanganku bergerak cepat, dipenuhi amarah yang kutahan.“Mas.” Indri bicara ketika kami sudah sama-sama di dalam mobil. “Aku minta maaf," katanya.Aku menatapnya. “Kenapa kamu minta maaf?”“Karena kemarin aku marah sama kamu, Mas. Aku kecewa karena kamu menikahi Miranda meskipun alasannya untuk menolongku. Tapi sekarang aku sadar … kamu juga menderita sejak pernikahan itu.”Aku terdiam sejenak, lalu tersenyum pahit. Setelah itu Indri memelukku. Dan aku bisa melihat penyesalan di wajahnya, tapi aku tidak ingin menyalahkannya. Aku tahu, kami berdua hanya korban dari keadaan."Kita pasti bisa Ndri, kita pasti, bisa," ucapku sambil sama-sama terisak.Dia manggut-manggut. Lalu melepaskan pelukannya.Aku kembali menyalakan mesin dan melajukannya
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Part 70

Misteri Uang di Tas Sekolah Anakku Part 70Pada akhirnya, waktu untuk persidangan pertama pun tiba. Ruang sidang dipenuhi ketegangan, dengan aku dan Miranda saling berhadapan untuk pertama kalinya secara resmi di depan hukum. Aku melihat Miranda duduk dengan percaya diri bersama pengacaranya, sementara aku duduk di samping pengacara kami dengan hati yang terus berdoa.Sidang berjalan cukup sengit, dengan argumen dari kedua belah pihak yang saling menyerang. Bukti video yang kami miliki menjadi fokus utama, dan pengacara Miranda mencoba membantah keasliannya. Namun, pengacara kami dengan tegas menjelaskan bahwa bukti itu telah diverifikasi dan sah untuk dijadikan dasar tuntutan.Di akhir sidang, hakim memutuskan untuk melanjutkan kasus ini ke tahap berikutnya. Aku merasa lega karena ini berarti perjuangan kami tidak sia-sia.Setelah sidang berakhir, aku berdiri di luar ruang sidang, menatap langit dengan perasaan campur aduk. Ini baru awal dari perjalanan panjang, tapi aku yakin, kebe
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status