Home / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kontrak Pemikat CEO Dingin: Chapter 41 - Chapter 50

66 Chapters

BAB XLI HARI PERTAMA KERJA DI KANTOR KEN

"Hey, lihat siapa yang datang?!" "Waaahhh .... cantiknya ..." gumam pria muda menahan dagunya yang hampir terlepas begitu melihat sosok pendatang baru di kantor Ken. Semua mata tertuju pada sosok cantik idaman baru para pria di sana. "Halo, perkenalkan, nama saya Naira William. Saya di sini sebagai staff baru yang akan bergabung dengan tim di sini. Semoga kita bisa saling bekerja sama. Terima kasih," ucap Naira, tersenyum sopan memperkenalkan diri di hadapan beberapa staf bagian humas. Di ruangan itu terdapat tujuh pria dan enam wanita yang bekerja di mejanya masing-masing. Mereka memperhatikan penampilan Naira dari ujung kaki sampai kepala, dengan pakaiannya yang begitu modis, cukup membuat beberapa orang di sana takjub. Mereka juga tak menyangka jika di tim itu, ada sosok baru yang cukup menyegarkan mata ketika kantuk melanda. "Oke, silahkan duduk cantiiikkk ... kursi istimewa ini untukmu," ucap pria berdasi warna-warni menawarkan posisi meja yang kosong. Naira yang melihat a
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

BAB XLII KEN KHAWATIR

Malam semakin larut, jam tangan Naira menunjukkan pukul sepuluh, setelah pekerjaannya selesai merevisi semua dokumen yang diberikan oleh Dominique, Naira bergegas pulang dengan langkah gontai menaiki sebuah taksi menuju apartemen Ken. "Kau darimana saja?" tanya Ken dengan nada suara dingin, begitu Naira tiba di apartemen. Ia menatap Naira yang terduduk di meja dapur, sedang meneguk air dingin. Rasa lelahnya bekerja di hari pertama membuatnya sedikit enggan berbicara. Namun, sosok di hadapannya tengah menatapnya serius seperti seorang ayah bertanya pada anak gadisnya. "Saya lelah bekerja, bisakah kau tak bertanya lagi 'saya darimana saja'?" pinta Naira, malas menjawab. Dengan Mata Naira yang layu, tak bertenaga, seperti lebih terasa dingin dari pertanyaan Ken. Dirinya bangkit menuju kamarnya, tanpa mengindahkan Ken yang masih duduk mematung menunggunya khawatir dari jam tujuh malam. 'Kenapa, dia?' batin Ken kebingungan, mengamati gelagat Naira yang berbeda. Tak semestinya Naira me
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

BAB XLIII TIBA-TIBA BERURUSAN DENGAN BOS!

Hari itu, suasana kantor cukup tenang, sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tumpukan berkas di tiap meja para staf, cukup mencuri waktu mereka untuk tak terdengar desas desus suara orang bergosip. Karena bulan itu, perusahaan Ken akan mulai merencanakan pameran besar-besaran untuk membuat kampanye lingkungan. Jeff, staf yang duduk bersebelahan dengan meja Naira, mulai mengirimkan kode-kode mengetuk meja, untuk memancing Naira yang tampak serius menyelesaikan sisa berkas tempo hari. Sementara dari arah ruangan yang terhalang kaca transparan, mata tajam sedang memantau keduanya. Tiba-tiba telepon di mejanya berdering, dengan cepat segera mengangkatnya. "Halo, dengan Dominique, ada yang bisa saya bantu?" "Tolong, kamu panggil karyawan barumu untuk menghadap ke ruangan saya sekarang." Suara dari ujung telepon, dengan nada yang terdengar datar. Mata Dominique langsung membulat, begitu tahu suara yang sedang meneleponnya. "Ba-baik, Pak! Tapi ... apakah sesuatu ini mendesak? Mengingat
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

BAB XLIV KESALAHPAHAMAN PART II

Tanpa permisi, Andrew tiba-tiba muncul dari balik pintu. di susul Keisya dari belakang tubuhnya. Namun, sebelum Keisya ikut masuk, Andrew segera keluar dan menarik tangan Keisya untuk menjauh dan meminta kembali ke meja kerjanya. Keisya yang kebingungan, mempertanyakan dalam kebisuan kenapa dirinya tak boleh masuk ke ruangan bosnya. "Um ... kau mau mengirimkan berkas ini, kan?" tanya Andrew, tersenyum merebut map di tangan Keisya yang mengkerutkan kening. Ia hanya mengangguk cepat, tanpa berpikir lagi. "Oke, biar saya saja. Kebetulan ...ada rahasia antara saya dan Pak Ken, yang tak cocok untuk kamu dengar." bisiknya mengerlingkan satu matanya ke arah Keisya. "Ta-tapi, Tuan! Tu-tunggu!" Sergah Keisya menghentikan langkah Andrew. "No, no, no! Kau tunggu saja di meja kerjamu. Nanti berkasmu kau ambil sendiri setelah urusanku selesai. ya?" pinta Andrew merayu kembali agar Keisya tak perlu mengikutinya masuk ke ruangan Ken. Akhirnya, Keisya pun pasrah dan membiarkan Andrew masuk. Se
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more

BAB XLV HAMPIR KETAHUAN?

"Ehm." Ken berdehem di balik pintu setelah kepergian Andrew yang dipaksa keluar dari ruang kerja Ken. Langkahnya perlahan mendekat, berdiri di samping Naira yang terduduk membuang wajah ke arah lain. Ada banyak kalimat yang ingin Ken jelaskan pada Naira, namun, suaranya tiba-tiba tercekat. "Maaf," katanya. Hanya satu kata yang lolos dari bibirnya. Suasana di ruangan itu sejenak hening. Tak berselang lama dalam keheningan, tiba-tiba suara ponsel Ken berdering memunculkan nama kontak di layar, "Mama", mata Ken membesar, Jasmine meneleponnya saat itu. Tanpa berpikir panjang, Ken pun mengangkatnya, "Halo? Iya, Mam." "Mama dan Cath sebentar lagi menuju ruanganmu. Apakah kau sedang di kantor?" tanya Jasmine di ujung sambungan telepon. "A-apa?! Mama di kantorku?" tanya Ken terkejut, raut wajahnya yang baru saja sedikit tenang, kembali panik begitu tahu mama dan adiknya sebentar lagi masuk ruangannya. Otaknya segera menyadari ke
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

BAB XLVI KEYAKINAN DALAM KERAGUAN

"Itu apa, Kak?" tanya Cath terkejut mendengar suara dari arah ruang ganti Ken. Ken yang sadar kehadiran Naira di dalam sana, lebih terkejut lagi dan panik. 'Aduh, jangan sampai ketahuan!' batin Ken berharap. Cath dan Jasmine yang langsung penasaran, segera melangkah cepat ke arah suara seperti benda terjatuh itu. Namun dengan langkah lebar Ken, langsung menghadang keduanya di depan pintu ruang ganti. Napasnya sedikit tercekat "Tu-tunggu! Mama dan Cath sebaiknya langsung pulang saja." "Lho, kenapa? Mama ingin tahu, di dalam ada apa. Jangan-jangan ada orang aneh yang menyelusup ke ruang kantormu." ucap Jasmine dengan ekspresi khawatirnya. "Oh, bu-bukan apa-apa, Mam! Ta-tadi itu ...sepertinya suara sepatu Ken yang terjatuh dari lemari." Ken berusaha menjelaskan. "Kakak kenapa gugup?" Cath mulai curiga mengamati gelagat Ken yang hari ini ia temui banyak keanehan. "Jangan-jangan benar lagi kata Mama, ada
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

BAB XLVII TERUNGKAP

Malam mulai marayap turun, melewati tirai jendela yang remang, pendar lampu-lampu menggantung tinggi menghiasi ruang keluarga yang megah. Berderet jenis makanan lezat yang menggugah selera, bersama beberapa jenis merk minuman anggur yang langka. Malam itu, keluarga Wilson merayakan ulang tahun Wilson yang ke-56. "Selamat ulang tahun, Papa kesayangan ..." ucap Cath memberikan kue ulang tahun ke hadapannya, tersenyum bahagia memeluk hangat Wilson, di susul Ken yang juga ikut memeluknya. "Selamat ulang tahun, Pap. Tetap jaga kesehatan dan perbanyak istirahat," Suara Ken terdengar hangat dan lembut. Wilson merangkul kedua anaknya sekaligus, menepuk punggung mereka dengan sayang. "Terima kasih, anak kebanggaan Papa ... Kalian memang selalu tahu cara membuat Papa merasa menjadi orang paling beruntung di dunia. Ucapan selamat dari anak-anak hebat seperti kalian... itu adalah kehormatan bagi Papa," Suaranya terdengar sedikit serak, dengan mata yang berkaca-kaca, ia tersenyum, menatap angg
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

BAB XLVIII PERIKSA KANDUNGAN?

Saat Ken tiba di balkon, serpihan pot pecah berserakan di sana. Matanya bergerak kesana kemari menyelidik tiap sudut ruangan sekitar tempat itu. Ia berharap, sedikit saja menemukan benda lain yang bisa jadi bukti siapa seseorang di atas tadi. Kakinya mulai melangkah lebar, berbalik cepat dan mulai mendekati kamarnya, membuka pelan knop pintu, lalu ia masuk dengan langkah hati-hati, mendekati siluet tubuh di balik selimut. Setelah menyingkapnya perlahan, Ken menghela napas lega. Naira tertidur lelap, bahkan belum sempat mengganti pakaiannya, dan sepatunya masih terpasang. Ken berusaha tidak terlalu.memikirkannya, mengingat terakhir kali ia ingat, Naira memang sedikit mabuk. Tanpa menunda, ia kembali keluar, mencari jejak sosok tadi sebelum terlalu jauh. Namun, usahanya sia-sia. Malam itu, ia benar-benar kehilangan jejaknya setelah memerikda seluruh sudut rumah. "Aku tak menemukan siapapun dilingkungan rumah ini, Pap," lapor Ken saat menghadap papanya. "Baiklah, Ken. Biarkan saja. N
last updateLast Updated : 2025-04-09
Read more

BAB XLIX BERTEMU DENGAN DOKTER KANDUNGAN

Siang itu, di sebuah klinik yang terkenal di kota itu, Naira dan Jasmine sedang menunggu antrean pemeriksaan kandungan. Dalam deretan kursi panjang ruang tunggu, Jasmine, dengan senyumnya yang memiliki makna terselubung, melirik Naira beberapa kali yang membuat napas Naira semakin tersengal, rona wajahnya semakin memucat, dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Naira sudah tidak memiliki waktu untuk mengulurnya lagi. Ia sudah pasrah dengan apa yang terjadi, pada akhirnya kebohongan tetaplah kebohongan. Dan waktulah yang mengungkapnya. Jika pun hari ini, mamanya menuntutnya atas penipuan, ini mungkin akan menambah daftar deretan kertas hitam yang akan di tujukan padanya di pengadilan nanti. Apalagi, ucapan Ken semalam terngiang kembali, ia sudah tak mampu menggambarkannya. Semua terlihat gelap. Selama menunggu giliran sesuai nomor antrian, Naira mencoba mengirimi beberapa pesan pada Ken dan Irene, tentang bagaimana nasibnya di tempat itu. Namun, keduanya sulit sekali dihubungi. E
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

BAB L POSITIF ATAU NEGATIF?

Tanpa berlama-lama, Roselina mengarahkan Naira untuk ikut dengannya ke sebuah kamar terpisah yang tertutup tirai motif kotak berwarna biru muda. Menyisakan Jasmine yang terduduk menunggu di ruang konsultasi, di temani asisten Roselina duduk di meja kerja yang berbeda. Di dalam kamar, terdapat ranjang pasien, dan meja untuk menyimpan alat-alat medis seperti stetoskop, tensimeter, dan larutan antiseptik. Bau aroma ruangan khas antiseptik dan disinfektan samar tercium dari balik tirai ranjang pasien. Naira yang sudah tidak tahan ingin bicara empat mata dengan Roselina, segera menarik tangannya, memberi kode telunjuk di bibirnya, agar ia mau bekerjasama. Ia buru-buru mengetikkan sesuatu di catatan ponselnya, dan menunjukkan pada Roselina, menjelaskan bagaimana situasi yang sebenarnya. Naira khawatir sekali, jika obrolan suara akan terdengar Jasmine yang terus mengawasinya. Roselina, yang membacanya hanya membulatkan matanya dengan mulut terbuka. Dengan suara yang tak terdengar, Roselina
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status