Beranda / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / BAB XLV HAMPIR KETAHUAN?

Share

BAB XLV HAMPIR KETAHUAN?

Penulis: Ilastriasanim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-08 17:52:25

"Ehm." Ken berdehem di balik pintu setelah kepergian Andrew yang dipaksa keluar dari ruang kerja Ken. Langkahnya perlahan mendekat, berdiri di samping Naira yang terduduk membuang wajah ke arah lain. Ada banyak kalimat yang ingin Ken jelaskan pada Naira, namun, suaranya tiba-tiba tercekat. "Maaf," katanya. Hanya satu kata yang lolos dari bibirnya. Suasana di ruangan itu sejenak hening.

Tak berselang lama dalam keheningan, tiba-tiba suara ponsel Ken berdering memunculkan nama kontak di layar, "Mama", mata Ken membesar, Jasmine meneleponnya saat itu. Tanpa berpikir panjang, Ken pun mengangkatnya, "Halo? Iya, Mam."

"Mama dan Cath sebentar lagi menuju ruanganmu. Apakah kau sedang di kantor?" tanya Jasmine di ujung sambungan telepon.

"A-apa?! Mama di kantorku?" tanya Ken terkejut, raut wajahnya yang baru saja sedikit tenang, kembali panik begitu tahu mama dan adiknya sebentar lagi masuk ruangannya. Otaknya segera menyadari ke
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XLVI KEYAKINAN DALAM KERAGUAN

    "Itu apa, Kak?" tanya Cath terkejut mendengar suara dari arah ruang ganti Ken. Ken yang sadar kehadiran Naira di dalam sana, lebih terkejut lagi dan panik. 'Aduh, jangan sampai ketahuan!' batin Ken berharap. Cath dan Jasmine yang langsung penasaran, segera melangkah cepat ke arah suara seperti benda terjatuh itu. Namun dengan langkah lebar Ken, langsung menghadang keduanya di depan pintu ruang ganti. Napasnya sedikit tercekat "Tu-tunggu! Mama dan Cath sebaiknya langsung pulang saja." "Lho, kenapa? Mama ingin tahu, di dalam ada apa. Jangan-jangan ada orang aneh yang menyelusup ke ruang kantormu." ucap Jasmine dengan ekspresi khawatirnya. "Oh, bu-bukan apa-apa, Mam! Ta-tadi itu ...sepertinya suara sepatu Ken yang terjatuh dari lemari." Ken berusaha menjelaskan. "Kakak kenapa gugup?" Cath mulai curiga mengamati gelagat Ken yang hari ini ia temui banyak keanehan. "Jangan-jangan benar lagi kata Mama, ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XLVII TERUNGKAP

    Malam mulai marayap turun, melewati tirai jendela yang remang, pendar lampu-lampu menggantung tinggi menghiasi ruang keluarga yang megah. Berderet jenis makanan lezat yang menggugah selera, bersama beberapa jenis merk minuman anggur yang langka. Malam itu, keluarga Wilson merayakan ulang tahun Wilson yang ke-56. "Selamat ulang tahun, Papa kesayangan ..." ucap Cath memberikan kue ulang tahun ke hadapannya, tersenyum bahagia memeluk hangat Wilson, di susul Ken yang juga ikut memeluknya. "Selamat ulang tahun, Pap. Tetap jaga kesehatan dan perbanyak istirahat," Suara Ken terdengar hangat dan lembut. Wilson merangkul kedua anaknya sekaligus, menepuk punggung mereka dengan sayang. "Terima kasih, anak kebanggaan Papa ... Kalian memang selalu tahu cara membuat Papa merasa menjadi orang paling beruntung di dunia. Ucapan selamat dari anak-anak hebat seperti kalian... itu adalah kehormatan bagi Papa," Suaranya terdengar sedikit serak, dengan mata yang berkaca-kaca, ia tersenyum, menatap angg

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XLVIII PERIKSA KANDUNGAN?

    Saat Ken tiba di balkon, serpihan pot pecah berserakan di sana. Matanya bergerak kesana kemari menyelidik tiap sudut ruangan sekitar tempat itu. Ia berharap, sedikit saja menemukan benda lain yang bisa jadi bukti siapa seseorang di atas tadi. Kakinya mulai melangkah lebar, berbalik cepat dan mulai mendekati kamarnya, membuka pelan knop pintu, lalu ia masuk dengan langkah hati-hati, mendekati siluet tubuh di balik selimut. Setelah menyingkapnya perlahan, Ken menghela napas lega. Naira tertidur lelap, bahkan belum sempat mengganti pakaiannya, dan sepatunya masih terpasang. Ken berusaha tidak terlalu.memikirkannya, mengingat terakhir kali ia ingat, Naira memang sedikit mabuk. Tanpa menunda, ia kembali keluar, mencari jejak sosok tadi sebelum terlalu jauh. Namun, usahanya sia-sia. Malam itu, ia benar-benar kehilangan jejaknya setelah memerikda seluruh sudut rumah. "Aku tak menemukan siapapun dilingkungan rumah ini, Pap," lapor Ken saat menghadap papanya. "Baiklah, Ken. Biarkan saja. N

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB XLIX BERTEMU DENGAN DOKTER KANDUNGAN

    Siang itu, di sebuah klinik yang terkenal di kota itu, Naira dan Jasmine sedang menunggu antrean pemeriksaan kandungan. Dalam deretan kursi panjang ruang tunggu, Jasmine, dengan senyumnya yang memiliki makna terselubung, melirik Naira beberapa kali yang membuat napas Naira semakin tersengal, rona wajahnya semakin memucat, dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Naira sudah tidak memiliki waktu untuk mengulurnya lagi. Ia sudah pasrah dengan apa yang terjadi, pada akhirnya kebohongan tetaplah kebohongan. Dan waktulah yang mengungkapnya. Jika pun hari ini, mamanya menuntutnya atas penipuan, ini mungkin akan menambah daftar deretan kertas hitam yang akan di tujukan padanya di pengadilan nanti. Apalagi, ucapan Ken semalam terngiang kembali, ia sudah tak mampu menggambarkannya. Semua terlihat gelap. Selama menunggu giliran sesuai nomor antrian, Naira mencoba mengirimi beberapa pesan pada Ken dan Irene, tentang bagaimana nasibnya di tempat itu. Namun, keduanya sulit sekali dihubungi. E

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB L POSITIF ATAU NEGATIF?

    Tanpa berlama-lama, Roselina mengarahkan Naira untuk ikut dengannya ke sebuah kamar terpisah yang tertutup tirai motif kotak berwarna biru muda. Menyisakan Jasmine yang terduduk menunggu di ruang konsultasi, di temani asisten Roselina duduk di meja kerja yang berbeda. Di dalam kamar, terdapat ranjang pasien, dan meja untuk menyimpan alat-alat medis seperti stetoskop, tensimeter, dan larutan antiseptik. Bau aroma ruangan khas antiseptik dan disinfektan samar tercium dari balik tirai ranjang pasien. Naira yang sudah tidak tahan ingin bicara empat mata dengan Roselina, segera menarik tangannya, memberi kode telunjuk di bibirnya, agar ia mau bekerjasama. Ia buru-buru mengetikkan sesuatu di catatan ponselnya, dan menunjukkan pada Roselina, menjelaskan bagaimana situasi yang sebenarnya. Naira khawatir sekali, jika obrolan suara akan terdengar Jasmine yang terus mengawasinya. Roselina, yang membacanya hanya membulatkan matanya dengan mulut terbuka. Dengan suara yang tak terdengar, Roselina

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LI MULAI PEDULI

    Ken mengerjap, membuka mata setelah tidur nyenyak akibat begadang semalam. Ia mendapati Naira sudah tidak ada di sampingnya. Refleks, ia meraih ponsel di nakas, membuka kunci, dan terkejut melihat pukul 12 siang. Beberapa pesan Naira dari satu jam sebelumnya menarik dirinya untuk membukanya. Begitu terbaca, ia terbelalak. Pesan berisi permintaan bantuan dirinya untuk menggagalkan periksa kandungan di sebuah klinik sahabat mamanya, membuatnya bangkit berdiri dan bergegas ke kamar mandi membersihkan dirinya secepat kilat. Tanpa sempat menyisir, langkahnya lebar keluar kamar dengan wajah tegang dan panik. Wilson, yang sedang membaca koran di teras, hanya bisa melihat mobil Ken melesat pergi tanpa sempat menanyakan tujuannya atau pakaiannya, bahkan mengabaikan panggilannya. Wilson yang penasaran, segera menanyai pada Cath yang sedang bermain ponsel di ruang tamu. "Cath, kau tahu kakakmu pergi kemana?" Cath menoleh sedikit malas, meletakkan ponselnya dan menggeleng

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LII MENGGUGAH KENANGAN PAPA

    "Ren, bagaimana kata dokter?" tanya Naira duduk di samping Irene, setibanya di panti rehabilitasi mental. Irene menoleh ke samping, menyodorkan selembar kertas pemberitahuan dari Dokter yang menyatakan William bisa pulang ke rumah dengan syarat rutin minum obat setiap hari dan terapi beberapa kali dalam satu tahun. “Setelah papamu pulang, bagaimana dengan tempat tinggalmu yang terpisah?” tanya Irene ingin tahu rencana Naira. “Beliau pasti mencurigaimu, apalagi tiga minggu yang lalu, Ken datang ke tempat ini,” lanjutnya sambil menatap beberapa dokter dan perawat berlalu lalang sibuk membawa alat-alat medis. Naira menghela napas dalam. “Aku sudah janji waktu itu akan memberitahu siapa Ken,” ucapnya dengan suara yang terdengar lesu. Matanya memandang ke bawah dengan tatapan kosong. “Tapi, aku tidak akan menceritakan yang sebenarnya, kalau aku menikah kontrak, Ren.” Matanya melirik Irene yang serius mendengarkannya. “Apakah caraku salah, Ren? Bolehkan, aku berbohong pada papaku kali in

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LIII DILEMA

    Mentari mulai merayap turun, semburat merah dan jingga berpadu dalam garis cakrawala yang membentang. Naira, Irene yang baru saja selesai berbelanja keperluan William, segera merebahkan diri di sofa apartemen yang terasa segar setelah mereka bersihkan sebelumnya. "Aahh ...akhirnya, Nai ...kita bisa juga sampai ke tahap ini," ucap Irene menghela napas lega, dengan mata berbinar menatap ke atas langit apartemen. "Setelah empat tahun menemani papamu menjalani perawatan mental, dan kau yang akhirnya bisa melunasi utang pada bos Sam meski harus melalui pernikahan kontrak. Rasanya ... aku yang menemanimu selama perjalanan hidupmu ini, aku sudah bukan lagi disebut sahabat sejatimu, hehe" lanjutnya terkekeh menolehkan kepalanya pada Naira yang juga menatap langit apartemen. Ia menunggu respon Naira yang hanya mengulas senyum tipisnya. "Harusnya aku menyebutmu apa, Ren?" tanya Naira, akhirnya menanggapinya. "Mungkin ...kau bisa menyebutku ...mala

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12

Bab terbaru

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXIX SEBUAH KEJUJURAN

    Ken mengerjapkan matanya, begitu suara ponsel berdering membangunkannya. Dalam pandangan samar, tangannya meraihnya di atas nakas. Ia mengucek matanya menatap sebuah panggilan masuk dari mamanya. Dengan suara yang masih parau, ia mengangkatnya, "halo, Mam, ada apa?" "Ken, apa kau sedang bersama Naira?" tanya Jasmine sedikit merendahkan suaranya. Ken melirik sekilas di sebelahnya, sosok Naira sudah tak ada. Terdengar suara air mengalir di kamar mandi. "Ah, dia, dia sedang di kamarnya, Mam," "Baguslah! Kau tahu tidak jika Laura kemarin ke apartemenmu?" Jasmine langsung ke inti pembicaraan. Sejenak Ken terdiam sedang mengingat kejadian kemarin. Apakah mamanya yang membuat Laura pergi dari penthousnya? Karena akhirnya menanyakan kembali padanya. "Aku tidak mengundangnya, Mam," jawab Ken dengan nada yang malas. "Aish! Kau ini bagaimana?! Diundang atau tidak, tapi dia itu pacarmu, Saya

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVIII TAMU TAK DI UNDANG

    Sandi pintu apartemen berbunyi beberapa kali. Namun tak juga terbuka. Ken dan Naira yang tampak melihat dari layar kamera pintu, hanya saling bertukar pandang. Dari layar kamera pintu, sosok asing berbalut gaun biru muda menyapa Naira untuk pertama kalinya. Kulit putih bersih dan kacamata hitam yang bertengger di rambutnya memberikan kesan anggun. Ia membawa satu koper hitam, dan kacamata hitam yang menyelip di atas rambutnya. Ponsel Ken sekali lagi berdering, Laura dalam video menghubunginya kembali. Ekspresi khawatir dan bingung tampak terlihat saat Ken menatap mata Naira. "Nai, ini tidak seperti yang kamu pikirkan," bisiknya, meraih jari tangan Naira. Dahi Naira berkerut dan melirik sebentar jemarinya yang terangkat, dan kembali memandang Ken di hadapannya. "Nai, kami sudah berpisah sejak beberapa hari sebelum kita bertemu untuk pertama kalinya. Kami juga sudah tak saling menghubungi. Dan, baru akhir-akhir ini dia mulai menghubungiku," tutur Ken menjelaskan. Kedua alisnya hampi

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVIII TERKURUNG

    Ken, tanpa mempedulikan rontaan Naira, menyeretnya paksa memasuki penthaus. Ia membantingkan Naira ke atas ranjang. Dengan kasar, Ia melempar jas dan dasi ke sembarang tempat di lantai, lalu melangkah lebar ke arah Naira yang sedang ketakutan. Naira berusaha keras menghalangi Ken mendekapnya. "Tuan, lepaskan! Hey, lepaskan!" serunya dengan nada yang sedikit meninggi. Napasnya tercekat mendapat tekanan tubuh Ken yang menghimpitnya. Deru napas Ken dan hawa panas yang tercipta dari tubuh Ken menerpa wajah Naira. "Tuan, ada apa denganmu?! Kenapa kau bersikap kasar seperti ini?!" tanya Naira kebingungan dengan sikap Ken yang berubah drastis. Sejak di paksa masuk ke mobil sepulang dari pameran hingga tiba di apartemennya, benaknya dipenuhi tanda tanya besar. Dengan sekuat tenaga, ia melawan, menyikut perut Ken dengan keras hingga membuatnya refleks mengaduh dan melepaskan dekapannya. "Nai ...kenapa kau lakukan ini?" gumamnya, kesakitan sambil memegangi perutnya yang b

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVII CINTA, UANG DAN KEKUASAAN

    "Pak Kendrick, Anda pikir semudah itu membatalkan perjanjian kita?!" sembur Antony, urat lehernya menegang. Pengkhianatan Ken terasa seperti tikaman yang menghunus jantungnya. Mata Ken hanya berkedip sekali, tatapannya dingin tanpa riak sedikit pun, seolah amarah Antony hanyalah debu yang beterbangan. Ia mengembuskan napas perlahan, sebuah jeda sebelum kata-kata terakhirnya menghantam meja pertemuan. "Tuan Antony..." suaranya rendah namun sarat makna, "...Anda pikir saya sebodoh putri William yang Anda perdaya?" Sudut bibir Ken tertarik sinis. "Pengkhianatan dibayar lunas dengan pengkhianatan. Jadi, Anda..." Ia menggantung kalimatnya, menatap intens Antony yang wajahnya mulai memerah padam. Ken membungkuk sedikit, berbisik dengan penekanan di setiap katanya, "...sedang menuai karma Anda sendiri, Pak Antony." Sebuah tepukan singkat namun keras mendarat di bahu Antony, sebelum Ken berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan meja pertemuan itu dan menyisakan amarah

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVI SURAT BERHARGA

    "Ya, tuhan ...maafkan saya, nona. Saya tidak sengaja. Maaf, maaf, sekali lagi." Jeff buru-buru menganggukan beberapa kali kepalanya, tanda permintaan maafnya atas kelalaiannya. Suara teriak dan kehebohan orang di depannya, menyadari sedikit makanan tercecer mengenai sepatunya. "Oh my god, Mama?! Lihat, sepatuku terkena tumpahan kotoran!" ucap Cath menggerutu, menghentakkan sepatunya beberapa kali untuk menyingkirkan sedikit tumpahan di sepatunya. "Ya ampun, Sayang ..." Jasmine sangat terkejut, menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia melirik tajam ke arah di hadapannya, sosok Naira dan orang tak dikenal melakukan kecerobohan terhadap putrinya. "Hey! Anda punya mata tidak? di tempat keramaian ini kenapa kau harus berjalan seperti itu?!" tegur Jasmine dengan nada yang tinggi. Jeff yang ketakutan, hanya memainkan jemari tangannya yang sedikit bekeringat. "Ma-maaf nyonya, ini murni kesalahan saya yang tidak berjalan benar," Sejenak suasana menjadi tegang, mengetahui siapa yang ber

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXV PERTEMUAN TAK TERDUGA

    "Kenapa kau masih saja tidak tahu diri?" tanya Ken dengan suara yang menekan. Aura wajahnya terasa mengintimidasi. Jantung Naira mencelos, dengan napasnya yang tercekat, mengetahui orang yang muncul dari dalam tenda bukanlah Jeff, melainkan Ken. "Kau?" gumam Naira, tampak panik memundurkan kakinya perlahan saat Ken melangkah pelan mendekatinya. Jeff yang tak jauh dari Naira, hanya terdiam membeku, tak sanggup menghadapi bosnya dengan tatapan yang menusuk. "Kau sedang ingin menemui siapa di sini?" tanya Ken sekali lagi, membuat tangan Naira meremas tas kecil yang terselempang di perutnya. Mata Naira mengerjap beberapa kali, berusaha tetap tenang meski tubuhnya seperti terasa mengecil. "Ma-maaf, tuan. Bukankah acara ini untuk siapa saja?!" jawab Naira sedikit gugup. "Benar sekali, nona. Tapi tidak untuk dirimu!" ucapnya sedikit berbisik dengan suara penuh penekanan. Naira menelan salivanya, tak kuat menahan tatapan Ken yang memburu. Ia pun m

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXIV PAMERAN TERBUKA

    Musik instrumental mengalun iringi suasana pameran lingkungan yang terbuka untuk umum. Beberapa stand bazar buku, stand proyeksi pengembangan teknologi, dan beberapa stand lainnya terpajang rapi di antara para pengunjung. Riuh rendah suara pengunjung menonton pagelaran budaya daerah dan aroma makanan khas pun turut meramaikan acara tersebut. Hari itu, cuaca ikut mendukung dengan langit yang membentang kebiruan, sinar mentari yang mulai merayap tinggi, membuat suasana pameran semakin ramai pengunjung. Tak ketinggalan, tampak beberapa anggota direksi dan kolega-kolega penting perusahaan pertambangan, ikut hadir meramaikan acara tersebut. Lalu lalang orang-orang dari para aktivis lingkungan, mahasiswa, hingga para jurnalis sibuk mewawancarai beberapa tamu undangan dari pegawai pemerintah, pengamat, dan orang penting lainnta. Tak ketinggalan sosok berpengaruh dalam acara itu pun, Kendrick sebagai CEO batu bara menjadi pusat perhatian bagi para staf pemerintah. "Wah ...sungguh

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXIII DIBERHENTIKAN TANPA ALASAN

    Dug! Dug! Dug! Suara pintu ruang kerja Ken di gedor begitu kencangnya. Keisya yang mendengar dari arah ruang kerjanya, terkejut melihat seorang karyawan bersikap tidak sopan. "Bu Naira?! Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Keisya dengan raut wajah sinis. "Maaf, Bu. Tolong biarkan saya masuk menemui pak Ken," "Apa maksudnya? Kau tidak semudah itu masuk sembarangan, kecuali atas perintah pak Kendrick langsung," sela Keisya mencegah Naira yang beberapa kali mengetuk pintu begitu keras. "Tadi saya baca di grup internal tim humas, bahwa pak Ken memberhentikan saya tanpa alasan." Suara Naira terdengar sedikit meninggi, sorot mata tajamnya terpancar. "Saya tak terima pak Ken memperlakukan semena-mena pada karyawannya yang baru seminggu bekerja." Naira terus bersikeras berbicara pada Keisya dengan suara yang lantang. Sementara di dalam ruangan, Ken duduk termenung di meja kerjanya, sambil mendengarkan suara Naira yang sedang berteriak memanggilnya. Ia menyilangkan kakinya, samb

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXII KESEPAKATAN DUA PRIA

    Naira hanya membuka sedikit pintu kamarnya, pura-pura mencari pakaian, padahal telinganya sepenuhnya menangkap percakapan di luar. Ia ingin tahu apa yang dibicarakan Ken dan ayahnya. Ketika suara itu samar-samar bergerak menuju balkon, Naira melangkah hati-hati, tanpa menimbulkan bunyi sekecil apa pun. Ia melirik ke sekitar, memastikan William tidak melihatnya mencuri dengar. "Ya. Jika kau bisa memenuhi syarat saya, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan!" Ucapan William terdengar begitu jelas hingga membuat jantung Naira mencelos. "Syarat apa yang Papa maksud?" bisiknya lirih, dahinya berkerut dalam, matanya kosong, mencoba mencerna. Ken berdiri membelakangi Naira, namun dari sudut pandang itu terlihat jelas rahangnya yang mengeras. Tangannya mencengkeram pagar balkon dengan erat. Ia membisu, pandangannya tertuju ke kejauhan. Sementara itu, tatapan William tertancap tajam pada wajah Ken yang menegang. Napas Ken yang sedari tadi tertahan akhirnya keluar dengan berat. Ia mena

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status