Lahat ng Kabanata ng Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius: Kabanata 141 - Kabanata 150

159 Kabanata

Bab 141

Angin malam berhembus kencang, membawa aroma darah dan asap yang masih tersisa di udara. Kota telah berubah menjadi medan pertempuran, tetapi situasi mulai berbalik melawan pemberontak. Pasukan kerajaan yang lebih besar telah tiba, mengepung distrik-distrik yang sebelumnya berhasil direbut. Rainer tahu bahwa mereka tak punya pilihan selain mundur—untuk sementara.Di markas bawah tanah yang tersembunyi di antara reruntuhan distrik bawah, Rainer, Elyse, Aedric, Liana, dan beberapa pemimpin pemberontak berkumpul di sekitar meja kayu tua yang penuh dengan peta dan rencana strategi. Wajah-wajah mereka dipenuhi kelelahan, tetapi mata mereka tetap menyala dengan tekad."Kita harus pergi sebelum fajar," kata Rainer, suaranya tegas. "Jika kita tetap di sini, kita hanya akan dihancurkan satu per satu. Kita butuh waktu untuk menyusun kembali kekuatan dan mencari dukungan lebih besar."
last updateHuling Na-update : 2025-03-16
Magbasa pa

Bab 142

Di dalam istana kerajaan, di balik dinding-dinding megah yang dipenuhi permadani emas dan lampu kristal yang berkilauan, sebuah pertemuan rahasia sedang berlangsung.Di ujung meja panjang, Duke Alistair duduk dengan anggun, jari-jarinya mengetuk permukaan meja dengan ritme perlahan. Matanya yang tajam menatap ke arah jenderal dan penasihat kerajaan yang berdiri di hadapannya."Jadi, kalian memberitahuku bahwa pemberontak itu masih hidup?" Suaranya tenang, tetapi ada ancaman terselubung di dalamnya.Jenderal Varian, seorang pria dengan armor perak yang terukir lambang kerajaan, menundukkan kepalanya sedikit. "Ya, Yang Mulia. Mereka berhasil melarikan diri ke pegunungan dan membentuk basis di sana. Kami telah mengumpulkan laporan dari mata-mata kami di kota. Mereka tidak hanya bertahan, tetapi juga mencari sekutu baru."Duke Alistair tersenyum tipis, mengambil cangkir anggurnya dan memutarnya perlahan sebelum menyeruputnya. "Menarik... Rainer tidak hanya bertahan, tapi juga berusaha mem
last updateHuling Na-update : 2025-03-17
Magbasa pa

Bab 143

Callan tergeletak di tanah, darah menetes dari bahunya yang tertembus anak panah. Wajahnya masih menyeringai, meskipun rasa sakit jelas terlihat di matanya. Rainer menatapnya tanpa ekspresi, tetapi di dalam benaknya, pikirannya berputar cepat, mencari tahu bagaimana langkah selanjutnya.Elyse berdiri di sampingnya, pedangnya masih terangkat, matanya penuh kewaspadaan. Aedric, yang telah menembakkan panah tadi, tetap berada di posisi strategisnya, memastikan tidak ada gerakan mencurigakan dari sang pembunuh."Ayo, katakan," Rainer berkata dengan nada tenang, tetapi penuh tekanan. "Siapa yang mengirimmu?"Callan tersenyum samar, meskipun darah mengalir dari sudut bibirnya. "Kau benar-benar berpikir aku akan memberitahumu begitu saja?"Rainer berlutut, menatap Callan dari dekat. "Kau sudah gagal dalam misimu. Tidak ada lagi yang bi
last updateHuling Na-update : 2025-03-18
Magbasa pa

Bab 144

Langit kelabu menyelimuti pegunungan tempat markas Rainer berada. Angin dingin berhembus kencang, membawa kabar buruk yang baru saja mereka terima. Desa-desa yang mendukung perjuangan mereka sedang dibakar, rakyat biasa yang bersumpah setia pada mereka dieksekusi tanpa ampun. Duke Alistair telah memulai serangan balasannya, dan ini bukan lagi pertarungan kecil—ini adalah perang.Rainer berdiri di depan peta besar yang terbentang di atas meja kayu di dalam tenda perencanaannya. Elyse, Aedric, dan beberapa pemimpin kelompok pemberontak lainnya menunggu arahannya."Kita harus bergerak cepat," kata Rainer akhirnya, suaranya datar tetapi penuh ketegasan. "Jika kita hanya diam dan membiarkan mereka menghancurkan desa-desa pendukung kita, kita akan kehilangan segalanya sebelum perang ini benar-benar dimulai."Elyse mengepalkan tangannya. "Apa kita akan menyerang balik?"
last updateHuling Na-update : 2025-03-19
Magbasa pa

Bab 145

Benteng Blackthorn kini berada dalam kendali mereka. Namun, kemenangan ini bukan akhir dari perjuangan—ini baru permulaan.Di atas menara utama, Rainer mengamati dari kejauhan. Pasukan pemberontak mulai mengamankan area, membakar simbol kekuasaan Duke Alistair, dan merawat luka-luka mereka. Udara masih dipenuhi bau darah dan asap, sisa-sisa pertempuran yang baru saja terjadi.Elyse berdiri di sampingnya, menyeka darah dari pedangnya sebelum menyarungkannya kembali. "Kita menang," katanya, suaranya penuh kelegaan, tetapi matanya tetap tajam. "Tapi kita juga kehilangan banyak orang."Rainer mengangguk pelan. "Kemenangan selalu punya harga."Ia memandang ke arah lapangan dalam benteng, di mana beberapa orang yang menyerah sedang dikumpulkan. Callan sedang berbicara dengan mereka, menawarkan pilihan—bergabung atau pergi."Bagaimana dengan Valtherion?" tanya Elyse."Dia mundur," jawab Rainer. "Lukanya cukup parah, tapi dia bukan tipe orang yang mudah menyerah."Elyse menghela napas. "Itu b
last updateHuling Na-update : 2025-03-20
Magbasa pa

Bab 146

Debu mulai mengendap, tetapi benteng masih bergetar akibat serangan dahsyat yang dilepaskan Lord Kael.Rainer bangkit perlahan, darah menetes dari pelipisnya, sementara suara gemuruh api dan teriakan para prajurit bergema di sekelilingnya. Benteng Blackthorn, yang baru saja mereka rebut, kini berada dalam bahaya besar.Kael melangkah maju dari reruntuhan, matanya yang tajam mengamati Rainer dengan penuh rasa ingin tahu. "Aku mengerti sekarang," katanya dengan suara tenang namun berbahaya. "Kau bukan hanya pemberontak biasa. Kau adalah seseorang yang layak diperhitungkan."Rainer mengusap darah di wajahnya, lalu berdiri tegak. "Dan kau lebih dari sekadar anjing Duke Alistair."Kael menyeringai. "Mungkin begitu. Tapi yang lebih penting, aku datang untuk mengakhiri pemberontakan ini."Rainer menatap pasukan di belakang Kael—barisan prajurit elit dengan perisai hitam dan penyihir yang berdiri dalam formasi sempurna. Ini bukan pasukan biasa.Elyse berlari mendekat, pedangnya berlumuran dar
last updateHuling Na-update : 2025-03-21
Magbasa pa

Bab 147

Langit mulai berubah warna, perlahan-lahan memerah akibat matahari yang terbenam di ufuk barat. Benteng Blackthorn kini menjadi saksi bisu dari pertempuran yang baru saja terjadi. Bau darah dan asap masih menyelimuti udara, sementara para prajurit yang selamat bersandar ke tembok, mencoba mengatur napas mereka.Di tengah medan perang yang hening, Rainer berdiri tegap, pedangnya masih berlumuran darah. Tatapannya tetap tajam, meski tubuhnya dipenuhi luka-luka.Elyse mendekatinya dengan hati-hati. "Rainer... kita menang. Tapi ini belum berakhir."Rainer mengangguk. "Aku tahu. Kael mundur bukan karena dia kalah, tapi karena dia sedang menyiapkan sesuatu yang lebih besar."Mata Elyse menyipit. "Kau pikir dia akan kembali?""Bukan hanya dia," kata Rainer, membalikkan tubuhnya menghadap pasukan y
last updateHuling Na-update : 2025-03-22
Magbasa pa

Bab 148

Pasukan pemberontak melanjutkan perjalanan mereka melewati hutan lebat. Setelah mengalahkan para pembunuh bayaran, mereka tidak bisa berhenti terlalu lama. Rainer tahu bahwa semakin lama mereka tinggal di satu tempat, semakin besar kemungkinan pasukan Duke Alistair menemukan mereka.Elyse berjalan di sampingnya, matanya tajam mengawasi sekitar. "Seberapa jauh lagi kita dari ibu kota wilayah barat?" tanyanya.Rainer melirik peta yang telah ia hafalkan dalam pikirannya. "Jika kita terus bergerak tanpa henti, kita bisa sampai dalam dua hari. Tapi kita harus berhati-hati. Semakin dekat kita ke wilayah utama mereka, semakin besar kemungkinan kita terdeteksi."Marcus, yang berjalan di belakang mereka, menghela napas berat. "Prajurit kita kelelahan, Rainer. Mereka sudah bertarung habis-habisan di Benteng Blackthorn, lalu berjalan berjam-jam tanpa istirahat."
last updateHuling Na-update : 2025-03-23
Magbasa pa

Bab 149

Pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Rainer kini semakin kuat dengan bergabungnya kelompok pembunuh bayaran, Bayangan Hitam. Dengan tambahan kekuatan ini, perjalanan menuju ibu kota wilayah barat menjadi lebih terorganisir dan penuh perhitungan.Di dalam hutan yang lebat, mereka berjalan dalam formasi rapi. Darius dan pasukannya bergerak di garis depan dan belakang, memastikan tidak ada penyusup yang mengikuti mereka. Sementara itu, Rainer, Elyse, dan Marcus berjalan di tengah pasukan, mendiskusikan langkah selanjutnya."Kita sudah mendekati perbatasan wilayah barat," kata Marcus sambil menunjuk peta yang digelar di atas sebuah batu besar. "Dari laporan yang kudapat, benteng luar kota memiliki penjagaan yang ketat, dan kita tidak bisa melewatinya tanpa terdeteksi."Rainer mengangguk. "Itu berarti kita harus menemukan cara untuk masuk tanpa menimbulkan kecurigaan. Jika kita menyerang langsung, kita hanya akan membuang tenaga."Elyse berpikir sejenak sebe
last updateHuling Na-update : 2025-03-24
Magbasa pa

Bab 150

Malam turun di ibu kota wilayah barat, menyelimuti kota dengan cahaya remang-remang dari lentera yang menggantung di sepanjang jalan berbatu. Suasana kota terlihat lebih sepi dibandingkan siang hari. Warga lebih memilih menghindari keluar rumah kecuali ada keperluan mendesak.Di sebuah rumah sederhana yang berfungsi sebagai tempat persembunyian sementara, Rainer dan kelompoknya berkumpul. Viktor, pedagang yang membantu mereka masuk ke kota, menatap mereka dengan penuh kewaspadaan."Jadi, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Viktor, melipat tangannya di dada.Rainer menatap peta kota yang terbuka di atas meja kayu di tengah ruangan. "Kami perlu mengetahui kekuatan pasukan Duke Alistair sebelum mengambil langkah lebih lanjut. Aku ingin kita membagi tugas untuk mengumpulkan informasi."Elyse mengangguk. "Aku bisa menyelinap ke distrik pekerja dan berbicara dengan warga. Mereka mungkin memiliki keluhan tentang pemerintahan Alistair yang bisa kita manfaatkan."Marcus menambahkan, "Aku akan me
last updateHuling Na-update : 2025-03-25
Magbasa pa
PREV
1
...
111213141516
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status