Lahat ng Kabanata ng Dunia yang Terlupakan: Jalan Sang Jenius: Kabanata 111 - Kabanata 120

159 Kabanata

Bab 111

Langit di atas desa yang hancur mulai memudar menjadi merah keemasan saat matahari terbit. Rainer berdiri di tengah reruntuhan, memandangi tubuh para pembunuh yang dikirim untuk menghabisinya. Simbol keluarga Duke Marquez di salah satu tubuh mereka menjadi bukti tak terbantahkan bahwa serangan ini bukan kebetulan.Elyse berjalan mendekat, matanya tajam menatap luka di lengannya yang masih mengeluarkan sedikit darah. “Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja, Rainer.”Rainer mengangguk. “Tentu saja tidak. Tapi kita juga tidak bisa menyerang balik tanpa perhitungan. Jika kita gegabah, kita bisa kehilangan legitimasi yang telah kita bangun.”Lord Gaillard, yang telah menyusul mereka bersama pasukan tambahan, menatap mayat-mayat di tanah dengan ekspresi serius. “Jika Duke Marquez benar-benar di balik ini, berarti dia sudah siap untuk mengumumkan permusuhan terbuka.”Rainer tersenyum tipis, tetapi matanya dingin. “Belum. Jika dia benar-benar siap, dia tidak akan mengirim tentara
last updateHuling Na-update : 2025-02-22
Magbasa pa

Bab 112

Di dalam aula yang penuh dengan kemewahan, Rainer tetap menjaga ekspresi tenangnya saat Duke Marquez menatapnya dengan tajam. Elyse, yang berdiri di sampingnya, tetap siaga, tangannya hampir selalu berada di dekat belatinya, bersiap menghadapi kemungkinan ancaman.Duke Marquez tersenyum tipis, meski matanya penuh dengan ketegangan. “Kita bisa saling menguntungkan, Rainer. Kau ingin meruntuhkan sistem ini, bukan? Aku bisa membantumu.”Rainer menyilangkan tangannya di depan dada. “Setelah kau mengirim pembunuh untuk membunuhku? Itu cara yang aneh untuk mengundang kerja sama.”Duke Marquez tertawa kecil. “Kau lebih cerdas dari yang kukira. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku perlu tahu seberapa besar ancaman yang kau bawa.”Elyse menatapnya tajam. “Dan sekarang kau takut?”Duke Marquez menghela napas. “Aku realistis. Apa yang kau lakukan terhadap kota perdaganganku—itu adalah pukulan yang menghancurkan. Aku kehilangan kendali atas para pedagangku. Sekutuku mulai meragukanku. Jika aku
last updateHuling Na-update : 2025-02-22
Magbasa pa

Bab 113

Suara ledakan menggema di dalam gua bawah tanah.Rainer mundur selangkah saat debu berhamburan di udara. Cahaya biru dari perangkap sihir yang ia aktifkan membentuk pola rumit di tanah, mengurung sosok bertopeng emas dalam lingkaran bercahaya.Namun, bukannya panik, sosok itu justru tertawa pelan. “Kau cukup cerdas. Tapi apakah kau benar-benar berpikir perangkap seperti ini cukup untuk menahan kami?”Rainer tak menjawab. Matanya menyipit, memerhatikan pergerakan lawannya. Terlalu tenang. Ini bukan sekadar penyihir biasa.Elyse bergerak cepat ke sisinya, belatinya sudah siap. “Kita habisi dia sekarang.”Namun sebelum mereka bisa bergerak, kabut semakin menebal. Udara berubah berat, seolah ada sesuatu yang menarik energi dari sekitar mereka.Sosok itu mengangkat tangannya. “Jika kau ingin menantang kami, maka bersiaplah menghadapi kekuatan yang telah menjaga dunia ini selama berabad-abad.”Rainer hanya tersenyum kecil. “Sudah kuduga.”Dengan satu gerakan tangan, lingkaran sihir di lanta
last updateHuling Na-update : 2025-02-23
Magbasa pa

Bab 114

Gema pertempuran masih tersisa di udara, meski keheningan kini menyelimuti gua bawah tanah.Rainer berdiri di tengah ruangan, napasnya sedikit berat. Jejak sihir yang baru saja ia gunakan masih berkilauan di lantai, menghilang sedikit demi sedikit seperti embun yang menguap. Di sekelilingnya, tubuh-tubuh penyihir bertopeng telah lenyap, terbakar oleh kekuatan ritual pemurnian yang ia ciptakan.Elyse mengamati simbol-simbol kuno yang terpahat di dinding gua. Matanya menyipit. "Ini bukan sekadar tempat pertemuan biasa, Rainer. Tempat ini… lebih tua dari yang kita duga."Rainer melangkah mendekat, menyentuh salah satu ukiran di dinding. Goresan-goresan itu bukan hanya sekadar tulisan sihir biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang terasa seperti bagian dari sebuah teka-teki yang lebih besar."Lambang ini…" Rainer bergumam. "Aku pernah melihatnya sebelumnya."Elyse menoleh. "Di mana?""Di perpustakaan bawah tanah di Akademi Arcadia," jawab Rainer, suaranya penuh pertimbangan. "Itu
last updateHuling Na-update : 2025-02-23
Magbasa pa

Bab 115

Denting langkah mereka bergema di lorong sempit yang menuju ke dalam Benteng Ardentia.Udara di dalam terasa lebih dingin dibandingkan di luar. Cahaya obor yang berkedip-kedip di sepanjang dinding batu menciptakan bayangan yang bergerak seperti sosok-sosok hantu. Rainer dan Elyse berjalan pelan, memastikan setiap langkah mereka tidak menimbulkan suara berlebihan.Di depan, lorong bercabang menjadi dua.Elyse menoleh ke arah Rainer. "Ke mana?" bisiknya.Rainer mengamati ukiran kecil di sudut tembok. Sebuah tanda, samar tapi jelas bagi yang tahu cara membacanya. Itu adalah simbol navigasi kuno yang digunakan oleh para arsitek istana di masa lalu."Ke kanan," katanya pelan.Mereka bergerak mengikuti lorong itu, mendekati jantung benteng tempat arsip rahasia Ordo Maledicta kemungkinan besar disimpan.Di pusat Benteng Ardentia, sebuah ruangan tersembunyi menyimpan dokumen yang telah ada selama berabad-abad.Rainer menempelkan telinganya ke pintu kayu besar di hadapannya. Tidak ada suara da
last updateHuling Na-update : 2025-02-24
Magbasa pa

Bab 116

Darah menetes dari luka di bahu Rainer, jatuh ke lantai batu katedral yang dingin.Ia menekan lukanya dengan tangan kiri, mencoba menahan rasa sakit yang berdenyut. Elyse berdiri di sampingnya, napasnya memburu. Di depan mereka, lorong-lorong panjang Katedral Ravenheim membentang seperti labirin, diterangi cahaya lilin yang berkelap-kelip."Ini jebakan," bisik Elyse.Rainer mengangguk pelan. "Tapi kita tidak punya pilihan lain selain terus maju."Langkah kaki terdengar di belakang mereka. Suara itu berirama, terukur. Bukan lari, bukan terburu-buru. Seperti seseorang yang tahu pasti bahwa buruannya tidak akan bisa kabur.Elyse menggenggam belatinya erat. "Kita tidak bisa bertarung dalam kondisi seperti ini.""Kita tidak akan bertarung." Rainer menarik napas dalam. "Kita akan mengalahkan mereka sebelum pedang diayunkan."Elyse menatapnya sejenak, lalu mengangguk. "Baik. Aku percaya padamu."Mereka bergerak lebih dalam ke dalam katedral, menjauh dari suara langkah kaki yang semakin dekat
last updateHuling Na-update : 2025-02-25
Magbasa pa

Bab 117

Suara benturan keras menggema dari atas, mengguncang dinding batu di sekitar mereka. Debu jatuh dari langit-langit gua, menandakan bahwa orang-orang di atas sedang mencari jalan masuk dengan paksa.“Kita harus keluar dari sini sekarang,” kata Elyse dengan nada mendesak. Ia menggenggam belatinya lebih erat, matanya waspada terhadap setiap pergerakan di dalam ruangan.Rainer masih berdiri di depan altar bercahaya, pikirannya berpacu dengan cepat. Informasi yang mengalir ke dalam kepalanya terasa seperti lautan luas yang belum bisa ia pahami sepenuhnya. Tapi satu hal yang ia tahu pasti—ini bukan sekadar tempat pemujaan.“Gerbang kebenaran…” gumamnya, mengulang kata-kata yang ia dengar sebelumnya.Elyse menoleh. “Apa maksudnya? Apa yang kau lihat tadi?”Rainer menghela napas, berusaha menyusun kata-kata. “Ordo Maledicta bukan hanya sekadar kelompok rahasia yang mengendalikan bangsawan. Mereka memiliki sesuatu yang lebih besar—sebuah kekuatan yang bisa membalikkan tatanan dunia ini.”Mata
last updateHuling Na-update : 2025-02-26
Magbasa pa

Bab118

Suara gemuruh semakin mendekat. Udara di dalam ruangan mendadak berat, seperti ada sesuatu yang menekan tubuh mereka dari segala arah. Cahaya biru di dinding mulai bergetar, seakan tidak mampu menahan energi yang mulai membanjiri tempat ini.Elyse menggenggam belatinya lebih erat, napasnya sedikit tertahan. “Aku tidak suka perasaan ini,” gumamnya.Rainer menatap sekeliling, mencoba mencari sumber suara tersebut. “Kita mungkin telah membangunkan sesuatu yang seharusnya tetap tertidur.”Tiba-tiba, dari celah di dinding, sosok hitam besar mulai merangkak keluar. Bentuknya seperti manusia, tetapi tubuhnya terdiri dari asap pekat yang terus bergerak. Mata merahnya bersinar tajam, memancarkan kebencian yang menusuk.Elyse mundur selangkah. “Aku yakin makhluk itu bukan teman.”Rainer tetap tenang. Ia memfokuskan pikirannya, mencoba memahami apa sebenarnya entitas ini. Jika benar tempat ini menyimpan rahasia Ordo Maledicta, maka kemungkinan besar makhluk ini adalah bagian dari masa lalu merek
last updateHuling Na-update : 2025-02-27
Magbasa pa

Bab 119

Udara di dalam lorong terasa lebih berat daripada ruangan sebelumnya. Dindingnya terbuat dari batu hitam yang tampak berusia ribuan tahun, dan di sepanjang jalannya, lilin biru berkelap-kelip seperti mata yang mengawasi mereka. Setiap langkah yang mereka ambil menggema, seakan ada sesuatu yang berjalan bersama mereka di dalam kegelapan.Elyse menghela napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kegugupan yang mulai merayap. “Aku tidak suka tempat ini.”Rainer menatap ke depan dengan mata tajam. “Aku juga tidak, tapi kita tidak punya pilihan.”Di ujung lorong, pintu besar berukir lambang yang sama dengan yang mereka lihat sebelumnya berdiri kokoh. Ada sesuatu yang terasa berbeda—seperti ada sesuatu yang menunggu di baliknya.Rainer menempelkan telapak tangannya pada ukiran di tengah pintu. Seketika, cahaya biru menyala terang, membentuk pola rumit yang bergerak seperti aliran air.Tiba-tiba, suara lirih terdengar di sekeliling mereka."Siapa yang berani menginjakkan kaki di tanah terlaran
last updateHuling Na-update : 2025-02-27
Magbasa pa

Bab 120

Langkah kaki menggema di lorong yang gelap. Rainer dan Elyse saling bertukar pandang, insting mereka segera menegang. Suara langkah itu tidak tergesa-gesa, tapi ada ketenangan berbahaya di dalamnya—seperti seorang pemburu yang sudah yakin bahwa mangsanya tidak bisa melarikan diri.Elyse mencengkeram belatinya lebih erat. "Kurasa kita baru saja masuk ke dalam daftar buronan paling dicari."Rainer menyelipkan buku kuno itu ke dalam mantelnya. "Lebih cepat dari yang kuduga. Kita harus keluar dari sini sebelum mereka menutup semua jalan keluar."Tiba-tiba, suara langkah itu berhenti. Hening.Elyse menahan napas, matanya menatap tajam ke ujung lorong. "Kenapa mereka berhenti?"Rainer juga merasakan keanehan yang sama. Kalau ini penyergapan, mereka seharusnya sudah menyerang.Detik berikutnya, udara di sekitar mereka berubah. Suhu turun drastis, seolah sesuatu menyerap semua panas di ruangan. Dinding batu yang sebelumnya gelap kini berkilauan tipis, seperti tertutup lapisan es.Rainer menyi
last updateHuling Na-update : 2025-02-28
Magbasa pa
PREV
1
...
1011121314
...
16
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status