Semua Bab Hasrat Tuan Muda: Dari Pelayan Jadi Istri Dadakan: Bab 111 - Bab 120

151 Bab

111. Paman Ini Tidak Bersalah

“Gadis kecil, apa kau tidak apa-apa?” Peter tampak buncah menghampiri Ava yang nyaris tertabrak mobilnya.Dia berjongkok. Alisnya pun bertaut melihat lutut Ava terluka karena menghantam kerasnya aspal.Namun, bocah perempuan itu hanya menatap Peter dengan manik yang berkaca-kaca. Bahkan dia menggigit bibirnya kuat, berusaha untuk tidak menangis.Dengan lembut, Peter lantas bertanya, “di mana ibumu? Kenapa kau berjalan sendirian di jalan raya?”“A-aku tidak tau,” sahut Ava dengan suara yang gemetar.Peter menoleh ke belakang. Di dalam mobilnya, Lucas sudah menunggu dan harus cepat bertemu kliennya. Terlebih sejak pagi wajah pria itu sudah muram, Peter was-was jika Lucas semakin marah karena dirinya hampir terlibat kecelakaan.Lelaki bersetelan jas hitam itu pun mengulurkan tangan pada Ava, lalu berkata, “Paman bukan orang jahat. Bangunlah dulu, Paman akan mengantarmu menemui ibumu.”“Be-benarkah?” Ava mengerjap dengan bola mata besarnya.Peter mengangguk, memberi kode pada Ava bahwa di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

112. Mommy, Sebenarnya Aku Mirip Siapa?

‘Jadi dia Ibu anak itu?’ batin Lucas sambil mengernyitkan dahi.Sayang, dia tak bisa melihat wajah wanita yang kini memeluk Ava, sebab Jane menutupinya. Lucas pun kembali mengalihkan pandang, tapi maniknya tak sengaja bertatapan dengan Peter yang melirik dari kaca kecil mobilnya.“Ehem! Maafkan saya, Tuan!” tutur Peter berdehem canggung.Ekspresinya kikuk, tampak ingin menanyakan sesuatu. Tapi Lucas hanya bungkam karena jika hal itu penting, maka sang asisten akan langsung bicara padanya.“Cepatlah, kita bisa terlambat!” ujar Lucas memerintah.“Baik, Tuan!” Peter menyahut tegas.Dia mengembuskan napas panjang seiring kakinya yang menginjak pedal gas. Tapi isi kepalanya tak bisa berhenti memikirkan rupa Ava yang nyaris ditabraknya tadi.‘Tidak salah lagi, wajah anak perempuan tadi mengingatkanku pada seseorang,’ batin Peter semakin mencengkeram kemudi mobilnya. ‘Tapi itu mustahil ‘kan? Pasti hanya kebetulan!’Sementara masih di pinggir trotoar tadi, Ariella yang baru menemukan Ava masi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

113. Kencan Makan Malam Romantis?

Ariella mengembangkan senyum sembari berkata lembut. “Itu karena Ava masih kecil. Kalau Ava sudah besar, pasti bisa membuat lukisan yang cantik juga seperti Mommy.”“Benarkah?” sahut Ava memastikan.“Tentu saja. Mommy akan mengajari Ava cara melukis.” Ariella lantas mengelus kepala sang putri.Akan tetapi, Ava malah menatapnya lekat, memicu Ariella terheran-heran akan hal apa lagi yang membuat anak perempuannya penasaran.Hingga detik berikutnya, Ava kembali berujar dengan polosnya. “Tapi Mommy, kenapa rambut Mommy berwarna cokelat, sedangkan Ava warnanya hitam? Paman Damien dan Bibi Jane rambutnya pirang karena mereka bersaudara ‘kan? Lalu kenapa rambut Ava hitam sendiri?”Terdiam. Semua kata-kata Ariella seolah tersangkut di tenggorokan, hingga dia tak tahu harus menjawab apa.Tapi belum sampai Ariella menimpali, sang putri melemparkan tanya lagi. “Apa Daddy Ava rambutnya juga hitam, Mommy? Apa Ava mirip Daddy?”Manik Ariella seketika berubah tegang. Memang sial, karena gen Lucas te
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

114. Apa Kau Tidak Nyaman Karena Aku Menyentuh Bibirmu?

“A-apa maksudmu, Damien?” Ariella berujar terbata.Seluruh tubuhnya kikuk. Selama ini Damien tak pernah mendekatinya secara intim seperti ini. Ariella yang merasakan napas hangat pria tersebut sangat yakin, Damien sekarang mabuk!“Tolong mundurlah, kita bicara di—”“Tetaplah seperti ini,” sahut Damien sengaja memangkas ucapan wanita di hadapannya. “Aku akan tidak bisa mendengar jawabannya jika melihat wajahmu. Jadi tetaplah seperti ini dan katakan padaku, Ariella. Jika kau tidak menghindariku, kenapa kau pergi padahal makananmu belum habis? Apa kau jadi tidak nyaman karena aku menyentuh bibirmu?”Leher jenjang Ariella kian mengencang. Dia tahu sikapnya terlalu kentara, tapi bukankah selama ini Damien tidak pernah mempermasalahkannya?Wanita itu menelan saliva dengan berat, lalu berkata, “maaf, maksudku bukan seperti itu, Damien. Aku hanya ….”Ariella yang menjeda ucapnya sejenak, kini membelalak saat tangan Damien merengkuh jari kanannya, lalu menuntunnya ke bawah pancuran kran wastaf
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

115. Cobalah Buat Aku Menyesal

‘Astaga?!’ Peter yang berada di dalam lift itu tersentak kaget melihat Ariella.Dia berkedip, tapi sosok wanita di hadapannya tidak berubah. Dan itu membuatnya semakin tertegun.‘Hah! Apa dia benar-benar Ariella Edelred? Jadi dia masih hidup?!’ sambung Peter menerka-nerka.Dirinya diam-diam melirik Lucas di sebelahnya, tapi sang tuan hanya memampangkan wajah dingin tanpa perasaan apapun.‘Jika wanita ini memang Ariella, kenapa Tuan Lucas diam saja?’ batin Peter tak mengerti.Ditambah ekspresi Ariella juga amat datar seakan tak mengenali tuannya. Bahkan wanita itu hanya menunduk hormat, lalu membiarkan Lucas berlalu keluar lift.‘Apa di sini aku yang gila? Tapi mataku tidak salah lihat ‘kan? Dia memang Ariella!’ batin Peter mengernyit bingung.Namun, detik berikutnya Lucas malah menghentikan langkah.“Tunggulah di mobil!” titahnya.Belum sampai Peter menimpali, Lucas malah berbalik ke arah lift. Pintu yang hampir tertutup, kini diganjal sepatu hitam mengkilapnya, hingga Ariella yang be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

116. Apa Hubungan Anda Dengan Saya?

‘Aish, sial! Apa Lucas sudah menyelidiki diriku?!’ batin Ariella gelisah dalam hati. Dia berusaha keras memikirkan cara agar lolos tanpa risiko, sebab tahu benar bahwa Lucas Baratheon bukan orang yang murah hati dalam memberikan hukuman. Namun, belum sampai Ariella menjawab, tiba-tiba lift terhenti. “Hah?!” Ariella tersentak dengan iris membelalak lebar. Guncangan yang mendadak itu membuatnya nyaris ambruk karena tak bisa menjaga keseimbangan. Apalagi tangannya terangkat ke atas dan tak bisa meraih pegangan. Tapi beruntungnya, Lucas langsung melepas cengkeraman di leher Ariella, lalu beralih memegangi pinggangnya. Ariella mengejap tegang. Usai melirik kanan kiri dan menyadari ada masalah dalam elevator itu, dia pun mendorong Lucas menjauh. “Lift-nya rusak!” tedas wanita tersebut dengan tatapan buncah. Dia bergegas menuju tombol di dinding lift itu, memencetnya dan berharap bisa terbuka. Sialnya tetap macet, bahkan sekarang lampu dalam ruangan sempit itu juga mati. “Hah … a-apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

117. Paman Sangat Tinggi Dan Tampan

“Akhirnya dapat!” tutur Ava yang kini menekuk lutut sambil meraih pin di dekat kaki Lucas. Dia menggenggam pin bertandakan logo Baratheon Gallery itu dengan tatapan antusias, setelah tak sengaja menjatuhkannya. Namun, dari sisi Lucas, Ava terlihat seperti bocah kecil yang ceroboh karena berlarian di aula galeri, tanpa pengawasan orang dewasa. Dan itu membuatnya risih. ‘Hah! Sebenarnya ke mana semua penjaga? Kenapa mereka tidak mengatur pengunjung galeri dengan benar?!’ cecar pria itu dalam batin. Dengan wajah datarnya, Lucas pun berkata, “apa yang kau lakukan di sini, anak kecil? Di mana Ibumu?!” Ava yang masih berjongkok di bawah, seketika mendongak dengan manik hitamnya yang besar. Sepasang netra tersebut membuat Lucas tak berkedip, sebab kebanyakan orang-orang San Carlo memiliki warna mata yang cerah. Anak ini sungguh berbeda! “Wah! Paman sangat tinggi dan tampan!” Ava tiba-tiba berdiri dengan sorot binar. Kalimat tersebut memicu sebelah alis Lucas terangkat. Tanpa Ava bilang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

118. Pria Tampan Itu Jahat!

‘Hah … dia lagi?’ batin Lucas mempersempit jarak alisnya.Dia perlahan menarik tangan yang hendak membuang box kue dari wali kelas tadi, ketiika Ava mendekat. Ya, meski tak mengenalnya dan baru bertemu, tapi rasanya tidak etis jika memberikan contoh buruk pada anak-anak. Sebab itu Lucas mengurungkan niatnya.“Kau tersesat lagi?” tutur pria tersebut dengan wajah datar, jelas sekali ingin mengalihkan pembahasan.Namun, Ava tak langsung menanggapi dan malah terpaku pada box yang dipegang Lucas.“Kenapa Paman harus membuang kue dari Miss Nancy? Padahal kue itu kami buat untuk Paman!” Ava berkata dengan alis bertaut.Jelas sekali bocah itu sedih dan kecewa pada Lucas. Padahal tadi dia baru mengagumi pria itu karena tinggi dan tampan.“Aku tidak meminta kalian membuat kue ini. Dan aku tidak bisa menerima sembarangan makanan dari orang lain, anak kecil,” Lucas berujar datar tanpa tahu kata-katanya semakin menyakiti Ava.Tatapan gadis kecil tersebut berubah gemetar saat menjawab, “walau begit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

119. Apa Aku Boleh Jadi yang Kedua?

“Ava, kau lebih suka bersamaku ‘kan?” Nicholas bertanya dengan manik semakin besar. Dia percaya diri bahwa Ava akan memilihnya, tapi di sisi lain juga was-was karena Lucas termasuk saingan berat. Alih-alih menjawab, Ava justru mengeluarkan mini box dari tasnya dan menjulurkan pada Lucas. Tindakannya itu membuat Nicholas mengerjap kecewa. “Ava, apa yang kau lakukan?” tukas bocah lelaki itu menatap layu. “Bukankah kau janji akan selalu bersamaku? Kau juga sudah sepakat satu bangku denganku, tapi—”“Tolong diamlah, Nick! Aku mau bicara pada Paman dulu,” sahut Ava memangkas ucapan temannya. Dia berpaling pada Lucas sembari melanjutkan. “Ambillah, Paman. Karena Paman tidak bisa makan kue kacang, Paman bisa makan kue ini. Miss Nancy khusus membuatkannya untukku tanpa kacang.”Lucas tak langsung mengambil mini box itu. Tanpa sadar, sebelah sudut bibirnya malah tersenyum tipis. “Tidak perlu, kau bisa memakannya bersama temanmu,” katanya kemudian. “Tenang saja, aku akan meminta Mommy mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

120. Aku Pergi Bukan Karena Aku Ingin

Giselle bangkit mendekati Lucas, lalu berkata, “kita akan menikah, Luke. Paman dan Bibi sudah setuju, orang tuaku juga setuju bulan depan!” Wanita tersebut meraih lengan Lucas dan menggelayut padanya dengan mesra. “Waktu kita tidak banyak, tapi aku akan mempersiapkan pernikahan ini dengan baik. Aku janji, kali ini tidak akan menghancurkan pesta pernikahan kita,” sambungnya amat manja. Lucas tak menimpali apapun, justru sepasang alis tebalnya saling menyatu seakan tak setuju. Sialnya, dia tak mungkin langsung menyembur penolakan di depan keluarga besar. Terlebih Lucas sangat menghormati Belatia.Perlahan, pria itu melepas dekapan Giselle, lalu beralih menggenggamnya. “Ikut aku,” bisiknya yang lantas menarik wanita tersebut. “Ah? Kau mau membawaku ke mana?” Giselle berujar bingung.Lucas tutup mulut dan terus menyeretnya hingga ke keluar area kolam renang. Ya, pria tersebut sengaja memilih tempat yang sepi untuk bicara tanpa gangguan. “Luke?” Giselle mengernyit heran. Sang pria b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
16
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status