Home / Urban / Guruku Tiga Pendekar Terhebat / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Guruku Tiga Pendekar Terhebat: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Bab 31

Dalam sekejap, semua orang mengerumuni Baskara, bahkan Jelita tersingkir ke samping. Tatapan mereka dipenuhi antusiasme, seolah-olah mereka sedang melihat harta karun yang luar biasa."Master Lamting, apa kamu bisa memberitahuku gimana caranya kamu punya keahlian melukis yang begitu hebat di usia yang masih muda?" tanya Slamet dengan suara yang agak bergetar.Orang-orang mendengar dengan saksama. Jika mereka bisa mengetahui rahasia Baskara dalam meningkatkan kemampuan melukis, itu akan sangat berguna bagi mereka.Baskara menggaruk kepalanya. Bagaimana dia meningkatkan kemampuan melukisnya? Dia hanya belajar dua bulan dari guru ketiganya. Kemudian, guru ketiganya bilang dia sudah lulus.Masa dia harus memberi tahu para orang tua ini untuk mencari guru ketiganya dan belajar darinya? Hal ini tentu tidak mungkin."Sebenarnya aku jarang melukis setelah usia 10 tahun. Guru-guruku bilang melukis cuma buang-buang waktu. Boleh dijadikan hobi, tapi jangan sampai menghalangi tujuan hidup," ujar B
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 32

Semua orang menatap Baskara. Slamet melirik Baskara dengan agak ragu. Bagaimanapun, Baskara terlalu muda.Seorang pemuda berusia 20-an tahun dikatakan mahir dalam ilmu medis. Namun, bisa semahir apa? Mungkin saja, itu hanya pendapatnya sendiri.Saat melihat Slamet tidak yakin, Karno pun tertawa. "Dasar kamu ini. Kamu lupa gimana kamu mempermalukan diri sendiri tadi? Pak Baskara punya bakat yang luar biasa. Mungkin keterampilan medis dan keterampilan melukisnya sama hebatnya."Slamet baru teringat bahwa Baskara bukan orang biasa. Seorang Master Lamting yang terkenal bahkan tidak menganggap keterampilan melukisnya baik. Sebaliknya, dia menganggap keterampilan medisnya lebih baik dari keterampilan melukisnya. Ini sudah cukup untuk menjelaskan banyak hal."Pak Baskara, apa kamu bersedia ikut aku? Kalau kamu bisa menyembuhkan ayahku, aku bayar berapa pun yang kamu mau," kata Slamet dengan serius.Eko berkomentar dengan tidak puas, "Slamet, kamu ini nggak bisa bicara ya? Kamu rasa orang sepe
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 33

Begitu pintu dibuka, terlihat seorang wanita cantik berusia 30-an tahun. Ekspresinya dipenuhi kecemasan. Setelah melihat Slamet, dia terlihat lebih lega."Gimana?" tanya Slamet."Penyakitnya kambuh lagi. Aku sudah menyuruh orang menahannya, tapi kita nggak bisa begini terus," sahut wanita itu dengan cemas.Kemudian, wanita itu melirik Baskara dan bertanya, "Siapa mereka?""Ini Pak Baskara, dokter yang kuundang untuk mengobati ayah," jawab Slamet.Wanita itu melirik Baskara sekilas. Tatapannya jelas mengandung sedikit rasa meremehkan. "Kamu ini ada-ada saja. Anak muda seperti ini mana mungkin memahami ilmu medis? Aku sudah mengundang Dokter Prima kemari. Sebentar lagi juga datang."Begitu ucapan ini dilontarkan, seorang pria berusia 50-an tahun yang mengenakan jubah kuno berwarna hijau berjalan masuk. Di belakangnya adalah seorang asisten wanita berusia 20-an tahun dengan pakaian modis dan seksi. Wanita itu berjalan dengan anggun sambil membawa kotak obat kecil.Ketika melihat mereka da
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 34

Mereka tidak pernah berniat untuk mempersulit Berlian. Sekalipun sang ayah meninggal nanti, mereka tetap akan memberi Berlian uang.Bagaimanapun, semua orang tahu apa tujuan Berlian menikah dengan seorang pria tua. Berbicara tentang cinta, bagaimana mungkin seorang wanita yang masih muda jatuh cinta kepada seorang pria tua? Alasannya sudah pasti karena uang.Setelah memikirkan ini, Slamet tampak ragu-ragu dan akhirnya memilih untuk diam. Baskara meliriknya, tahu ada sesuatu yang tersembunyi di balik semua ini.Saat ini, terdengar teriakan dari dalam kamar. Baskara dan Slamet mendorong pintu untuk masuk. Terlihat seorang pria tua kurus sedang mengangkat Prima dengan satu tangannya, lalu melemparkan Prima keluar."Ayahmu kuat sekali." Baskara terkekeh-kekeh.Slamet melongo melihatnya. Dia tidak pernah melihat ayahnya melukai orang sekejam ini. Dia terlihat seperti punya dendam dengan Prima.Prima lantas berteriak kesakitan. Setelah terjatuh, dia ditahan dan dihajar. Prima akhirnya berhas
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 35

"Dik, jangan asal bicara ya. Kamu juga sudah lihat seperti apa hasilnya tadi, 'kan? Ini bukan mainan anak kecil. Kalau nggak hati-hati, kamu bisa mati." Prima memperingatkan. Dia merasa cemas karena melihat usia Baskara yang masih muda. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Baskara."Tenang saja, aku nggak sepertimu yang kurang terampil," sahut Baskara sambil tersenyum tipis.Prima merasa agak terhina sehingga tak kuasa mendengus. Dia berbaik hati memberi peringatan, tetapi pemuda ini malah menyerangnya dengan kata-kata. Bagaimana mungkin dia tidak kesal?"Kamu yang bakal rugi sendiri kalau nggak dengar nasihat orang tua. Aku mau lihat gimana kamu bisa mengusir roh jahat," ujar Prima."Aku nggak setuju. Tubuhnya nggak bakal tahan," tolak Berlian.Ekspresi Slamet pun berubah mendengarnya. Dia berucap dengan nada datar, "Aku yang akan membuat keputusan kali ini. Kamu nggak usah ikut campur."Ekspresi Berlian lantas berubah. Dia hendak berbicara, tetapi tidak berani lagi karena melihat eks
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 36

"Sebenarnya, kalaupun roh jahatnya berhasil diusir, ayahmu nggak bakal bertahan lama dengan kondisi tubuhnya itu," lanjut Prima.Slamet menghela napas. Sementara itu, Berlian yang berdiri di samping, matanya sudah merah.Saat ini, Baskara tiba-tiba berkata, "Tenang saja, aku sudah tahu di mana roh jahat itu bersembunyi. Itu adalah roh yang dipelihara oleh seorang ahli ilmu hitam dari Negara Kelah.""Setelah aku istirahat sebentar, aku akan mengeluarkan roh itu dan bertanya siapa yang berniat jahat pada ayahmu. Setelah tahu pelakunya, kita bisa membalaskan dendam ayahmu.""Aku pasti nggak akan mengampuni orang itu begitu saja," ucap Slamet sambil menggertakkan giginya.Saat ini, Berlian yang mendengar perkataan Baskara, diam-diam masuk ke kamar ayah Slamet. Dia menutup pintu dengan hati-hati, lalu berlari ke hadapan pria tua itu. Satu tangannya meraba dada ayah Slamet, mencoba mencari patung giok hitam itu."Apa yang kamu cari?" Tiba-tiba, ayah Slamet membuka matanya dan bertanya."Ah!"
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 37

'Berengsek! Lebih baik aku dibilang terkena roh jahat!'Namun, keterampilan medis Prima tidak termasuk buruk. Dia memang bisa merasakannya. Dia lantas memeluk kaki Baskara dan memohon, "Pak, tolong selamatkan aku."Asisten Prima juga menatap Baskara dengan tatapan penuh penantian. Meskipun Prima lebih tua darinya, Prima memperlakukannya dengan sangat baik.Prima berusia 50-an tahun, sedangkan dia baru berusia 20-an tahun. Di antara mereka, ada sedikit perasaan. Itu sebabnya, dia tidak berharap Prima meninggalkannya.Masalahnya adalah hubungan mereka memang dekat, tetapi belum diumumkan secara resmi. Jika Prima pergi begitu saja, dia tidak akan mendapatkan apa-apa.Baskara tidak mengatakan apa-apa dan hanya menggosok jarinya. Mata Prima sontak berbinar-binar. Dia segera berujar, "Tenang saja. Asalkan kamu bisa menyembuhkanku, aku bersedia membayar 200 juta."Dua ratus juta bukan nominal kecil. Biaya konsultasi Prima biasanya juga seharga 200 juta. Meskipun dia sering mengobati pasien, k
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 38

Prima menyahut, "Jangan sungkan begini. Hari ini aku menjamu tamu istimewa. Setelah kupikir-pikir, cuma tempat ini yang standarnya cukup tinggi untuk tamuku. Makanya, aku langsung datang tanpa mengabari apa pun."Sikap Prima sangat sopan, sama sekali tidak sombong. Pria tua itu mengamati sejenak. Dia mengenal asisten Prima, jadi wanita itu tidak mungkin tamu istimewa. Itu artinya, tamu istimewa Prima adalah pasangan muda yang berdiri di sampingnya.Pria tua itu cukup terkejut melihatnya. Namun, dia tidak bertanya banyak, melainkan langsung berkata, "Baiklah. Karena hari ini ada tamu istimewa, aku nggak akan membuka restoran untuk umum supaya nggak mengganggu acara kalian."Usai berbicara, pria tua itu menutup gerbang. Dia mempersilakan mereka masuk, lalu mencarikan ruang privat untuk mereka. Setelah menyeduhkan teh, dia baru pergi.Baskara mencicipi tehnya. Seketika, matanya berbinar-binar. "Enak sekali, teh ini berkualitas bagus. Pemilik tempat ini baik sekali padamu," ucapnya.Prima
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 39

Sering kali, tingkat awal sudah dianggap sebagai tingkat tertinggi dalam pengobatan tradisional pada masa itu.Untuk mencapai keterampilan medis yang lebih tinggi, seseorang membutuhkan bakat yang luar biasa agar nama mereka tercatat dalam sejarah. Konon katanya keterampilan medis tingkat tinggi sudah seperti kekuatan magis yang dimiliki para dewa.Keajaiban yang diciptakannya sangat sulit dipahami oleh orang biasa. Seperti menghidupkan orang yang sudah mati, menyembuhkan tubuh yang sudah busuk."Aku sangat penasaran, gimana kamu yang punya keterampilan medis sehebat ini bisa sakit parah? Dengan kemampuanmu, kamu seharusnya sudah menyadari hal ini," tanya Baskara.Prima tersenyum getir. Sesaat kemudian, dia baru menyahut, "Aku nggak punya kebiasaan buruk selain terobsesi pada wanita. Kadang, aku agak berlebihan dalam hal ini."Usai berbicara, Prima melirik asisten wanitanya. Asisten itu lantas tersipu dan menunduk. Jelita juga merasa agak canggung karena Prima terlalu blak-blakan.Bask
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 40

Kemal meletakkan hidangan di meja, lalu keluar. Pada saat yang sama, Prima juga berdiri dari tempatnya berlutut.Baskara mencicipi makanan yang dimasak oleh pemilik restoran. Matanya langsung dipenuhi ketakjuban. "Enak sekali."Baskara hanya mengucapkan sepatah kata, tetapi senyuman langsung merekah di wajah Prima. Sepertinya, dia tidak salah pilih tempat."Kalau Guru menyukai masakan di sini, aku akan suruh Kak Kemal menjamumu kapan pun kamu mau," ucap Prima sambil tersenyum.Baskara merasa agak canggung. Dia melirik Prima sambil berkata, "Jangan panggil aku begitu. Aku nggak terbiasa."Namun, Prima menggeleng dan berujar, "Kamu mengajariku cara melatih energi dan menjaga kesehatan. Kamu tentu guruku. Aku tahu dengan bakatku, aku nggak pantas menjadi muridmu. Tapi, aku ingin memanggilmu guru. Tolong jangan ditolak."Orang-orang di Negara Monaga sangat menghormati hubungan antara guru dan murid."Ya sudah, terserah kamu saja," sahut Baskara dengan tidak acuh.Setelah makan, mereka sali
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status