Begitu pintu dibuka, terlihat seorang wanita cantik berusia 30-an tahun. Ekspresinya dipenuhi kecemasan. Setelah melihat Slamet, dia terlihat lebih lega."Gimana?" tanya Slamet."Penyakitnya kambuh lagi. Aku sudah menyuruh orang menahannya, tapi kita nggak bisa begini terus," sahut wanita itu dengan cemas.Kemudian, wanita itu melirik Baskara dan bertanya, "Siapa mereka?""Ini Pak Baskara, dokter yang kuundang untuk mengobati ayah," jawab Slamet.Wanita itu melirik Baskara sekilas. Tatapannya jelas mengandung sedikit rasa meremehkan. "Kamu ini ada-ada saja. Anak muda seperti ini mana mungkin memahami ilmu medis? Aku sudah mengundang Dokter Prima kemari. Sebentar lagi juga datang."Begitu ucapan ini dilontarkan, seorang pria berusia 50-an tahun yang mengenakan jubah kuno berwarna hijau berjalan masuk. Di belakangnya adalah seorang asisten wanita berusia 20-an tahun dengan pakaian modis dan seksi. Wanita itu berjalan dengan anggun sambil membawa kotak obat kecil.Ketika melihat mereka da
Mereka tidak pernah berniat untuk mempersulit Berlian. Sekalipun sang ayah meninggal nanti, mereka tetap akan memberi Berlian uang.Bagaimanapun, semua orang tahu apa tujuan Berlian menikah dengan seorang pria tua. Berbicara tentang cinta, bagaimana mungkin seorang wanita yang masih muda jatuh cinta kepada seorang pria tua? Alasannya sudah pasti karena uang.Setelah memikirkan ini, Slamet tampak ragu-ragu dan akhirnya memilih untuk diam. Baskara meliriknya, tahu ada sesuatu yang tersembunyi di balik semua ini.Saat ini, terdengar teriakan dari dalam kamar. Baskara dan Slamet mendorong pintu untuk masuk. Terlihat seorang pria tua kurus sedang mengangkat Prima dengan satu tangannya, lalu melemparkan Prima keluar."Ayahmu kuat sekali." Baskara terkekeh-kekeh.Slamet melongo melihatnya. Dia tidak pernah melihat ayahnya melukai orang sekejam ini. Dia terlihat seperti punya dendam dengan Prima.Prima lantas berteriak kesakitan. Setelah terjatuh, dia ditahan dan dihajar. Prima akhirnya berhas
"Dik, jangan asal bicara ya. Kamu juga sudah lihat seperti apa hasilnya tadi, 'kan? Ini bukan mainan anak kecil. Kalau nggak hati-hati, kamu bisa mati." Prima memperingatkan. Dia merasa cemas karena melihat usia Baskara yang masih muda. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada Baskara."Tenang saja, aku nggak sepertimu yang kurang terampil," sahut Baskara sambil tersenyum tipis.Prima merasa agak terhina sehingga tak kuasa mendengus. Dia berbaik hati memberi peringatan, tetapi pemuda ini malah menyerangnya dengan kata-kata. Bagaimana mungkin dia tidak kesal?"Kamu yang bakal rugi sendiri kalau nggak dengar nasihat orang tua. Aku mau lihat gimana kamu bisa mengusir roh jahat," ujar Prima."Aku nggak setuju. Tubuhnya nggak bakal tahan," tolak Berlian.Ekspresi Slamet pun berubah mendengarnya. Dia berucap dengan nada datar, "Aku yang akan membuat keputusan kali ini. Kamu nggak usah ikut campur."Ekspresi Berlian lantas berubah. Dia hendak berbicara, tetapi tidak berani lagi karena melihat eks
"Sebenarnya, kalaupun roh jahatnya berhasil diusir, ayahmu nggak bakal bertahan lama dengan kondisi tubuhnya itu," lanjut Prima.Slamet menghela napas. Sementara itu, Berlian yang berdiri di samping, matanya sudah merah.Saat ini, Baskara tiba-tiba berkata, "Tenang saja, aku sudah tahu di mana roh jahat itu bersembunyi. Itu adalah roh yang dipelihara oleh seorang ahli ilmu hitam dari Negara Kelah.""Setelah aku istirahat sebentar, aku akan mengeluarkan roh itu dan bertanya siapa yang berniat jahat pada ayahmu. Setelah tahu pelakunya, kita bisa membalaskan dendam ayahmu.""Aku pasti nggak akan mengampuni orang itu begitu saja," ucap Slamet sambil menggertakkan giginya.Saat ini, Berlian yang mendengar perkataan Baskara, diam-diam masuk ke kamar ayah Slamet. Dia menutup pintu dengan hati-hati, lalu berlari ke hadapan pria tua itu. Satu tangannya meraba dada ayah Slamet, mencoba mencari patung giok hitam itu."Apa yang kamu cari?" Tiba-tiba, ayah Slamet membuka matanya dan bertanya."Ah!"
'Berengsek! Lebih baik aku dibilang terkena roh jahat!'Namun, keterampilan medis Prima tidak termasuk buruk. Dia memang bisa merasakannya. Dia lantas memeluk kaki Baskara dan memohon, "Pak, tolong selamatkan aku."Asisten Prima juga menatap Baskara dengan tatapan penuh penantian. Meskipun Prima lebih tua darinya, Prima memperlakukannya dengan sangat baik.Prima berusia 50-an tahun, sedangkan dia baru berusia 20-an tahun. Di antara mereka, ada sedikit perasaan. Itu sebabnya, dia tidak berharap Prima meninggalkannya.Masalahnya adalah hubungan mereka memang dekat, tetapi belum diumumkan secara resmi. Jika Prima pergi begitu saja, dia tidak akan mendapatkan apa-apa.Baskara tidak mengatakan apa-apa dan hanya menggosok jarinya. Mata Prima sontak berbinar-binar. Dia segera berujar, "Tenang saja. Asalkan kamu bisa menyembuhkanku, aku bersedia membayar 200 juta."Dua ratus juta bukan nominal kecil. Biaya konsultasi Prima biasanya juga seharga 200 juta. Meskipun dia sering mengobati pasien, k
Prima menyahut, "Jangan sungkan begini. Hari ini aku menjamu tamu istimewa. Setelah kupikir-pikir, cuma tempat ini yang standarnya cukup tinggi untuk tamuku. Makanya, aku langsung datang tanpa mengabari apa pun."Sikap Prima sangat sopan, sama sekali tidak sombong. Pria tua itu mengamati sejenak. Dia mengenal asisten Prima, jadi wanita itu tidak mungkin tamu istimewa. Itu artinya, tamu istimewa Prima adalah pasangan muda yang berdiri di sampingnya.Pria tua itu cukup terkejut melihatnya. Namun, dia tidak bertanya banyak, melainkan langsung berkata, "Baiklah. Karena hari ini ada tamu istimewa, aku nggak akan membuka restoran untuk umum supaya nggak mengganggu acara kalian."Usai berbicara, pria tua itu menutup gerbang. Dia mempersilakan mereka masuk, lalu mencarikan ruang privat untuk mereka. Setelah menyeduhkan teh, dia baru pergi.Baskara mencicipi tehnya. Seketika, matanya berbinar-binar. "Enak sekali, teh ini berkualitas bagus. Pemilik tempat ini baik sekali padamu," ucapnya.Prima
Sering kali, tingkat awal sudah dianggap sebagai tingkat tertinggi dalam pengobatan tradisional pada masa itu.Untuk mencapai keterampilan medis yang lebih tinggi, seseorang membutuhkan bakat yang luar biasa agar nama mereka tercatat dalam sejarah. Konon katanya keterampilan medis tingkat tinggi sudah seperti kekuatan magis yang dimiliki para dewa.Keajaiban yang diciptakannya sangat sulit dipahami oleh orang biasa. Seperti menghidupkan orang yang sudah mati, menyembuhkan tubuh yang sudah busuk."Aku sangat penasaran, gimana kamu yang punya keterampilan medis sehebat ini bisa sakit parah? Dengan kemampuanmu, kamu seharusnya sudah menyadari hal ini," tanya Baskara.Prima tersenyum getir. Sesaat kemudian, dia baru menyahut, "Aku nggak punya kebiasaan buruk selain terobsesi pada wanita. Kadang, aku agak berlebihan dalam hal ini."Usai berbicara, Prima melirik asisten wanitanya. Asisten itu lantas tersipu dan menunduk. Jelita juga merasa agak canggung karena Prima terlalu blak-blakan.Bask
Kemal meletakkan hidangan di meja, lalu keluar. Pada saat yang sama, Prima juga berdiri dari tempatnya berlutut.Baskara mencicipi makanan yang dimasak oleh pemilik restoran. Matanya langsung dipenuhi ketakjuban. "Enak sekali."Baskara hanya mengucapkan sepatah kata, tetapi senyuman langsung merekah di wajah Prima. Sepertinya, dia tidak salah pilih tempat."Kalau Guru menyukai masakan di sini, aku akan suruh Kak Kemal menjamumu kapan pun kamu mau," ucap Prima sambil tersenyum.Baskara merasa agak canggung. Dia melirik Prima sambil berkata, "Jangan panggil aku begitu. Aku nggak terbiasa."Namun, Prima menggeleng dan berujar, "Kamu mengajariku cara melatih energi dan menjaga kesehatan. Kamu tentu guruku. Aku tahu dengan bakatku, aku nggak pantas menjadi muridmu. Tapi, aku ingin memanggilmu guru. Tolong jangan ditolak."Orang-orang di Negara Monaga sangat menghormati hubungan antara guru dan murid."Ya sudah, terserah kamu saja," sahut Baskara dengan tidak acuh.Setelah makan, mereka sali
"Marten, kamu benar-benar mendapatkan seorang menantu yang luar biasa. Setelah ini, Keluarga Biani pasti akan mencapai puncak kejayaan," ucap Slamet dengan nada kagum."Haha. Itu karena putriku punya selera yang bagus," balas Marten sambil tertawa lebar. Wajahnya penuh rasa bangga.Marten tahu jelas bahwa putrinya menemukan Baskara di stasiun kereta api dan membawanya pulang. Siapa sangka, dia justru mendapatkan seorang pria sehebat ini.Dengan raut wajah penuh kekaguman, Slamet tiba-tiba berujar, "Sebenarnya, putriku juga suka melukis. Lukisan Baskara adalah yang terbaik di dunia. Apa dia bisa meluangkan waktu untuk mengajari putriku? Aku bersedia bayar kok."Marten melirik Slamet, lalu terkekeh-kekeh sebelum menimpali, "Nggak bisa. Jangan kira aku nggak tahu maksudmu. Kamu mau rebut menantuku ya? Kamu pikir aku ini bodoh?"Slamet tertawa sejenak, lalu membalas, "Marten, kamu memang sangat cerdas. Bahkan, maksud tersiratku saja bisa kamu tebak. Sudahlah, seorang pria sejati nggak akan
Di kantor polisi kota kecil, Susan dipanggil oleh komandan. Komandan di sini adalah seorang pria berusia 30 tahunan dengan wajah yang tegas dan berwibawa. Begitu Susan masuk, ekspresinya langsung berubah menjadi serius.Susan hanya melirik sekilas, lalu berujar dengan santai, "Kamu mau menakuti siapa sih? Pasang wajah begitu serius, kamu pikir aku akan takut padamu?"Komandan bernama Suwito itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sebagai kakak Susan, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapi adiknya ini."Gimana ceritanya kamu bisa mengenal orang Jopara itu? Kalau hari ini kamu nggak jelaskan semuanya, aku akan patahkan kakimu! Bahkan, orang Jopara itu sampai pakai namamu untuk menekanku. Benar-benar keterlaluan!" ucap Susan dengan kesal.Ternyata Suwito adalah kakak kandung Susan. Yuta coba menggunakan nama Suwito untuk mengancam Susan? Baginya, itu benar-benar lelucon.Suwito mengusap pelipisnya, lalu membalas sambil tersenyum pahit, "Aku memang pernah beberapa kali be
Jelita dan Marten terlihat kaget. Hanya seperti ini? Mereka awalnya mengira Susan hanya menggunakan alasan tadi untuk bisa masuk ke rumah Keluarga Biani, lalu dia akan menangkap Baskara. Tidak disangka dia benar-benar hanya masuk untuk memuji Baskara, lalu pergi begitu saja.Baru setelah bayangan Susan benar-benar hilang, keduanya menoleh ke arah Baskara dengan penuh kebingungan. Jelas sekali mereka tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi.Sebagai orang biasa yang tidak punya kaitan dengan dunia pesilat, wajar jika mereka tidak tahu apa-apa tentang aturan di dalamnya.Baskara pun menjelaskan sambil tersenyum, "Ada semacam aturan tak tertulis antara pesilat dan pemerintah. Selama pertarungan antara pesilat nggak melibatkan orang biasa, pemerintah nggak akan ikut campur. Apalagi yang kubunuh adalah pesilat asing."Mendengar itu, Jelita dan Marten sama-sama menunjukkan ekspresi paham. Wanita itu berujar, "Pantas saja kamu sama sekali nggak khawatir setelah bunuh Kenichi. Jadi, dia juga
Marten memandang Susan dengan ragu. Dalam hatinya dia bertanya-tanya apakah wanita ini sedang coba mengelabuinya?Marten merasa sedikit bimbang. Selama Baskara tidak dibawa pergi, dia masih memiliki banyak cara untuk mengatasi situasi ini. Lagi pula, membunuh orang Jopara bukanlah masalah besar baginya.Namun jika Baskara benar-benar dibawa pergi, situasinya akan berada di luar kendalinya. Kekhawatiran terbesarnya adalah Susan mungkin saja sedang coba memperdayanya.Di tengah keraguannya, Jelita keluar dan memberitahunya, "Ayah, biarkan mereka masuk. Baskara yang bilang begitu."Susan melirik Jelita sekilas. Keterkejutan melintas di wajahnya. Wanita ini memiliki paras yang sangat cantik. Susan mengangguk pelan dan bersiap masuk ke dalam rumah Keluarga Biani bersama anak buahnya. Namun, Jelita kembali berujar, "Tunggu sebentar."Susan mengangkat alis. Dia berpikir bahwa Jelita mungkin berubah pikiran. Hanya saja, setelah itu dia menjelaskan, "Jangan salah paham. Baskara bilang cuma satu
Hal ini berkaitan dengan sejarah keluarga Susan. Sejak tahun 1931, generasi kakek buyutnya ikut berperang melawan penjajah Jopara.Tujuh kakak laki-lakinya gugur di medan perang, sementara sepupu-sepupunya juga tewas semua selama masa perang melawan penjajah. Hanya kakek buyutnya yang selamat, itu pun karena usianya yang masih sangat kecil. Dia baru berusia beberapa tahun sehingga tidak ikut berperang.Namun ketika perang melawan koalisi delapan negara di Barat, kakek buyut Susan akhirnya gugur juga. Selanjutnya saat perang balasan melawan Montar, dari empat bersaudara di generasi kakeknya, hanya kakeknya yang bertahan hidup.Keluarga Susan adalah keluarga yang menorehkan kehormatan melalui darah dan pengorbanan. Mereka sangat membenci siapa pun yang berani bersikap arogan dan menantang di tanah air mereka. Kebencian terhadap bangsa Jopara dan sekutunya telah tertanam kuat dalam tulang sumsum Susan sejak kecil. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, dia memandang rendah bangsa-bangsa ter
"Siapa yang membunuhnya?" tanya polisi wanita itu.Tidak ada seorang pun yang menjawab. Semua anggota klub seni bela diri membisu.Saat melihat ini, polisi wanita itu, Susan, tentu memahami apa yang terjadi. "Kalian nggak akan bisa melindunginya. Kami punya cara untuk menyelidikinya.""Dia cuma ingin melindungi kami," ucap seseorang.Susan meliriknya, lalu menyahut, "Aku tahu, tapi kami tetap harus tahu identitasnya. Banyak prosedur yang harus dijalankan."Begitu mendengarnya, semua orang menghela napas lega. Para anggota seni bela diri pun menatap Zoya.Zoya menggeleng dan berkata, "Kami nggak kenal dia."Susan tidak peduli. Sebaliknya, dia merasa sangat kagum pada para mahasiswa ini. Meskipun melindungi pembunuh, mereka melakukan ini karena setia kawan.Jika ada yang maju untuk mengungkapkan pembunuhnya, Susan justru akan merasa kesal karena menunjukkan bahwa mereka tidak setia kawan.Kemudian, Susan memanggil anggota klub karate untuk diinterogasi. Pada akhirnya, mereka mengetahui i
"Aku akan resepkan obat. Mereka akan sembuh dalam seminggu," jelas Baskara.Setelah melihat kemampuan Baskara, mereka tentu tidak meragukan kemampuan medisnya. Sejak zaman dulu, ilmu bela diri dan ilmu medis tidak dapat dipisahkan. Pesilat kuat biasanya menguasai sedikit ilmu medis.Baskara meminta kertas dan pena, lalu menulis resep obat sekaligus menjelaskan beberapa yang perlu diperhatikan saat meminum obat tersebut.Zoya melirik sekilas. Dia pernah mempelajari pengobatan tradisional sedikit, jadi langsung paham setelah melihatnya. Baskara memang bisa diandalkan. Resep obat ini bisa digunakan dan sangat berkhasiat untuk cedera organ dalam mereka."Terima kasih. Namaku Zoya, aku teman baik Jelita. Salam kenal." Zoya mengulurkan tangannya.Baskara juga mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Baskara berucap, "Namaku Baskara. Aku calon suami Jelita."Zoya tersenyum tipis dan berkata, "Kami sudah tahu itu."Seluruh kampus sudah tahu tentang Jelita yang berpacaran. Tidak ada seorang
"Kamu sudah mengalahkan mereka, tapi itu bukan apa-apa. Salah mereka karena begitu nggak berguna," ucap Baskara dengan datar.Hal ini membuat wajah anggota klub seni bela diri Negara Monaga menjadi muram dalam sekejap. Mereka ingin menyangkal, tetapi tidak menemukan alasan yang tepat. Seratus orang tidak bisa melawan satu orang. Bukankah itu namanya tidak berguna?"Tapi, kamu nggak seharusnya bilang orang-orang Monaga itu lemah. Aku sangat nggak suka mendengarnya. Aku menghina Jopara dan kamu mau melumpuhkanku. Kalau kamu menghina Monaga, apa yang harus aku lakukan padamu?" tambah Baskara dengan nada yang makin dingin.Semua orang merasakan sedikit niat membunuh dari nada bicara Baskara. Mereka menyaksikan adegan yang terjadi di depan mereka dengan terkejut. Apakah Baskara mau membunuh Kenichi?"Dasar orang lemah. Aku nggak percaya kamu berani bunuh aku," kata Kenichi dengan susah payah.Baskara tersenyum tipis. Niat membunuhnya makin kuat."Baskara, jangan gegabah!" teriak Jelita.Kra
Inilah seni bela diri Negara Monaga yang sesungguhnya. Serangannya harus mengenai titik vital seperti mata atau selangkangan. Begitu tepat sasaran, korbannya akan cacat atau mati. Kenichi juga terkejut. Dia yakin tidak akan terkena serangan, tetapi ini terlalu berbahaya. Jika serangannya berhasil, akibatnya akan fatal. Kenichi segera menghindar tanpa ragu-ragu. Kali ini, dia akhirnya melancarkan serangan. Dia menendang punggung Zoya dari samping.Baskara bisa merasakan ada sedikit energi samar yang mengalir di tubuh Kenichi. Tendangan seperti itu sama sekali tidak bisa ditahan oleh orang biasa.Zoya memang terlihat imut, tetapi dia sangat berpengalaman dalam bertarung. Dia memelesat ke depan dengan kencang dan berhasil menghindari serangan. Setelah itu, dia segera berbalik untuk menghadapi Kenichi.Namun, pada saat ini, Kenichi langsung melayangkan tendangan cambuk .Zoya mencoba menahan serangan itu dengan kedua tangannya. Sayangnya, tubuhnya ditendang hingga terhempas dan jatuh ke