All Chapters of Kepincut Duda Berjanggut : Chapter 11 - Chapter 20

60 Chapters

Bab 11

11"Kamu ngapain angkat telepon dari dia?" tanya Calista sambil memelototi pria berkaus merah yang tengah duduk di sofa hitam. "Aku sengaja. Biar dia tahu, kalau kamu sudah nggak cinta lagi sama dia," jawab Jimmy dengan sangat tenang. "Itu urusanku. Kamu jangan ikut campur!" "Aku harus ikut campur, karena aku calon suamimu!" Calista berdecih. "Masih lama. Aku juga harus menyelesaikan hubunganku dengan dia." "Jangan ditunda. Dia harus tahu, anak di dalam kandunganmu adalah anakku." Calista mendelik pada laki-laki yang merupakan mantan pacarnya dulu, sebelum dia menjalin kasih dengan Baron. Calista berbalik dan jalan ke kamarnya. Perempuan berambut panjang merebahkan diri di kasur. Dia menatap nyalang pada langit-langit sembari memikirkan Baron. Perempuan berparas ayu merasa yakin, jika Baron akan mengamuk bila mengetahui hal yang sebenarnya. Namun, Calista tidak memiliki pilihan lain. Dia harus meninggalkan Baron, agar bisa menikahi Jimmy. Calista mengatur rencana dengan rinci
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 12

12Hari berganti. Siang itu, Farisyasa tengah berada di salah satu restoran di pusat Kota Bandung, saat sekelompok orang memasuki ruangan luas itu.Farisyasa tertegun sesaat, sebelum melambaikan tangan kanannya. Dia berdiri dan menyunggingkan untuk menyambut kehadiran perempuan, yang belakangan kian dekat dengannya. "Lagi lunch, Mas?" tanya Lilakanti sambil menyalami Farisyasa. Kemudian dia bergeser untuk bersalaman dengan beberapa rekan pria tersebut. "Ya. Kamu, baru mau makan siang?" Farisyasa balas bertanya sembari berjabatan tangan dengan kedua teman Lilakanti. "Iya. Anita ngajak makan di sini." Lilakanti melirik sahabatnya yang tengah mengamati Farisyasa. "Ta, jangan mangap gitu," selorohnya sambil menyenggol lengan kanan Anita. "Ehm, ya. Aku ...." Anita memandangi pria bermata sipit yang terlihat kebingungan diperhatikan seperti itu. "Cakepan aslinya, daripada di foto," pujinya. "Makasih," balas Farisyasa seraya tersenyum. "Silakan dilanjutkan makannya. Kami mau ke sana,"
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 13

13Ruang rapat di kantor Janardana Grup tampak ramai. Namun, semua orang tetap diam sambil memfokuskan pandangan pada presiden direktur perusahaan tersebut, yang tengah menerangkan kemajuan di proyek SG atau Sundanese Grup. Kedua puluh enam pria lainnya serentak bertepuk tangan, kala Arudra menuntaskan laporan. Pria berkemeja hijau muda merunduk sedikit, kemudian menegakkan badan seraya mengulum senyuman. "Mantaplah, Arudra, nih," puji Harry Adhitama, anggota tim 2 PG yang merupakan mentor Arudra. "Ini berkat arahan Mas," balas Arudra, sembari duduk di kursinya. "Aku hanya kasih input sedikit, selebihnya, kamu memang sudah jago," ungkap Harry. "Aku jadi salting," seloroh Arudra. "Bhadra dan Casugraha, kalian harus bisa menyamai kemampuan Arudra." Alvaro Gustav Baltissen, komisaris PBK dan beberapa perusahaan lainnya, memandangi kedua pria muda di kursi ujung kiri. "Kak Bhadra sudah separuh, Bang. Aku baru 10%," cakap Casugraha, putra bungsu keluarga Janardana. "Dia merendah,"
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 14

14Farisyasa tiba di kediaman orang tuanya, beberapa saat sebelum pukul 7 malam. Dia mendatangi sang ayah dan Ibu untuk menyalami mereka dengan takzim. Kemudian Farisyasa berpindah untuk bersalaman dengan pasangan tua di kursi seberang. Pria berkemeja hijau tua memaksakan senyuman ketika menyalami perempuan berambut panjang, yang menatapnya penuh minat. Farisyasa menghempaskan badan di antara kedua adiknya. Dharvan melirik sang akang yang balas memandanginya sesaat, sebelum mengalihkan pandangan ke depan. Percakapan keempat orang tua tersebut berlanjut dengan berbagai bahasan. Farisyasa menyibukkan diri dengan membaca pesan-pesan di ponselnya. Sudut bibir Farisyasa melengkungkan senyuman, seusai membaca percakapan rekan-rekannya di grup SG. Farisyasa terkekeh, kala pembicaraan itu berubah menjadi acara saling meledek teman-temannya. "Kang, dipandangin para orang tua," bisik Dharvan sembari menepuk pelan lengan kanan akangnya. Farisyasa berusaha menghentikan gelakak sambil berpur
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 16

15"Kenapa?" tanya Lilakanti setelah bisa menguasai diri. "Sandra dan orang tuanya datang. Lalu pembahasan tentang perjodohan membuatku kesal. Hingga aku akhirnya kembali menegaskan penolakan, dengan alasan sudah memiliki calon istri," jelas Farisyasa. "Aku dan Sandra bertengkar. Kemudian dia pergi bersama orang tuanya. Ayah marahin aku. Bahkan beliau juga mengungkit aibku di masa lalu." Farisyasa tidak menyebutkan hinaan ayahnya agar Lilakanti tidak tersinggung. "Aku belum cerita, kan?" tanya Farisyasa yang dibalas Lilakanti dengan anggukan. "Saat pernikahan pertama dulu, tingkahku sama brengseknya dengan mantan suamimu," ungkapnya yang mengejutkan perempuan tersebut. "Walaupun beda situasinya. Yaitu, aku sudah punya pacar, saat dipaksa menikahi Naura oleh nenekku," cakap Farisyasa. "Aku masih berhubungan dengan Malinka, pacarku. Padahal aku sudah menikah dengan Naura," sambungnya. "Selama hampir setahun menikah, aku sudah menzalimi Naura. Aku memang nggak pernah KDRT, tapi aku
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 16

16Semalaman itu Lilakanti kesulitan untuk tertidur. Dia berulang kali mengubah posisi badan, sebelum akhirnya menyerah dan bangkit duduk. Perempuan berdaster ungu, memandangi Azrina yang tidur di sebelah kanan sambil memeluk boneka ulat daunnya. Lilakanti mendengkus pelan, kemudian beringsut ke tepi kasur dan berdiri. Sekian menit berikutnya, perempuan berambut panjang telah bersimpuh di sajadah. Lilakanti memohon diberikan ketenangan batin. Terutama karena esok hari dirinya mungkin akan berjumpa dengan Baron. Selain itu, Lilakanti juga berdoa untuk kelancaran perjalanan besok pagi. Sekaligus untuk perjalanan pergi ke Pulau Seribu dan pulang ke Bandung di hari Minggu. Seusai menuntaskan salat tahajjud, Lilakanti mengemasi peralatan salat. Dia tiba-tiba merasa lapar dan segera keluar dari kamar. Tidak berselang lama, Lilakanti telah duduk di kursi depan televisi. Dia meneguk susu cokelat hangat, lalu menikmati kue pie yang tadi dibawakan Kakak iparnya, yang baru pulang dinas dari
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 17

17Jutaan bintang bertebaran di langit. Mereka berlomba-lomba memancarkan keelokannya, sembari menemani rembulan bertugas. Angin berembus kencang di sekitar restoran kawasan Jakarta Utara. Namun, hal itu tidak dihiraukan orang-orang yang memilih menempati meja di luar, daripada di dalam ruangan. Demikian pula dengan Farisyasa, Lilakanti, Azrina dan Andi. Mereka bersantap sambil berbincang santai mengenai beragam hal di sekeliling. Azrina yang baru kali itu diajak ke restoran dekat pantai, terkagum-kagum menyaksikan sekitar yang belum pernah dilihatnya. Gadis kecil berjaket merah muda bermotif Hello Kitty, tampak antusias mendengarkan penuturan Farisyasa mengenai tempat wisata, yang akan mereka kunjungi esok pagi. "Tidur awal, Na. Karena jam 7, speedboatnya sudah berangkat," ujar Farisyasa. "Ya, Om," balas Azrina. Farisyasa mengalihkan pandangan pada perempuan bermata besar yang tengah menyeruput jus jeruk. "Rina dibawain baju renang, nggak?" tanyanya. "Ada. Lengkap dengan sunb
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 18

18Baron menggertakkan gigi sesaat setelah melihat beberapa foto dan video, yang diunggah Lilakanti tadi sore. Hati Baron memanas, terutama karena melihat senyuman lebar mantan istrinya yang sedang duduk bersisian dengan pria bermata sipit. Baron bertambah dongkol, karena Azrina yang dipangku Farisyasa, terlihat memeluk leher pria tersebut sambil ikut tertawa. Baron tidak menyukai kedekatan anaknya dan Lilakanti dengan Farisyasa. Kekesalannya kian memuncak, kala di unggahan video terakhir, Farisyasa menggendong Azrina di punggung dan keduanya tertawa lebar. Pria berkulit kuning langsat menendangi meja. Baron meletakkan ponselnya ke sofa, lalu bangkit dan jalan mondar-mandir sepanjang unit apartemen sewaannya. Tiba-tiba bel pintu depan berbunyi. Baron mendekati benda besar bercat putih dan mengintip dari lubang kecil. Lalu dia membukakan pintu sambil memandangi perempuan berambut sebahu dengan tajam. "Mau apa kamu ke sini?" tanya Baron. "Aku mau ambil barang-barangku," jawab Cali
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Bab 19

19Hari berganti. Pagi itu, Baron baru memasuki ruang kerja, ketika seorang pria berkemeja cokelat mengikuti langkahnya ke dalam. Nohan, asisten Baron, menarik kursi di depan meja putar dan mendudukinya. Dia menunggu sang bos duduk, kemudian Nohan menjelaskan kabar terbaru dari admin PG. "Ditolak?" tanya Baron. "Ya, Pak," jawab Nohan. "Kok, bisa begitu?" "Saya juga kurang paham. Nanti saya coba tanyakan lagi ke Pak Hamid." "Yang ngabarin ke kamu, siapa?" "Staf PG. Kalau nggak salah, dia asistennya Pak Tio." Baron mengerutkan dahi. "Artio Laksamana Pramudya?" "Betul." "Dia komisaris, kan. Apa memang urusan sepele gini, ditentukan sama dia?" "Enggak paham, Pak." Baron mendengkus. "Ya, sudah. Kamu tanyakan jelas-jelas pada Pak Hamid. Alasan kita ditolak itu kenapa." "Ya." Nohan berdiri. "Saya pamit, Pak," ungkapnya. Baron mengangguk mengiakan. Dia memandangi hingga pria muda yang sudah setahun menjadi asistennya, keluar dari ruangan. Baron mengalihkan pandangan ke kanan un
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 20

20 Selama beberapa hari berikutnya, Farisyasa nyaris tidak berhenti memikirkan Lilakanti. Dia ingin sekali menemui perempuan itu. Namun, Farisyasa masih dinas di Pontianak dan baru pulang esok hari. Setiap malam Farisyasa akan menelepon Lilakanti untuk mengetahui kondisi perempuan tersebut. Hal itu juga dimanfaatkan Farisyasa untuk berbincang sesaat dengan Azrina.Malam terakhir di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, digunakan Farisyasa untuk membeli oleh-oleh buat keluarga dan teman-temannya. Meskipun masih perang dingin dengan ayahnya, Farisyasa tetap menyiapkan bingkisan untuk kedua orang tuanya. Fadli, manajer operasional PG di Pontianak, mengantarkan Farisyasa dan Andi berkeliling. Fadli adalah Kakak Falea, istri Benigno Griffin Janitra, CEO Janitra Grup sekaligus anggota PG tim 3. Selain mereka, beberapa perwakilan dari PC juga ikut berwisata sekaligus perjalanan dinas ke kota yang terkenal dengan Tugu Khatulistiwa. Freddy Hanafi, wakil dari LCGL, Brayden Raffles, wakil dar
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status