Home / Rumah Tangga / Kepincut Duda Berjanggut / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Kepincut Duda Berjanggut : Chapter 31 - Chapter 40

60 Chapters

Bab 31

31Kehadiran Farisyasa dan Lilakanti awal malam itu, mengejutkan Nazeem dan Rumaisha. Mereka bertambah kaget setelah Farisyasa menerangkan tentang rencana pernikahannya dengan Lilakanti. Rumaisha spontan mengucapkan alhamdulillah, kemudian dia memeluk Lilakanti yang tampak tersipu-sipu. Nazeem mengamati pasangan muda di hadapannya selama beberapa saat, sebelum akhirnya dia menyambangi Farisyasa dan mendekap putranya.Elmeira dan Dharvan yang baru tiba, serentak berseru bahagia. Keduanya bergantian memeluk Farisyasa dan Lilakanti yang nyaris tidak berhenti tersenyum. "Aku pernah mimpiin Akang nikah. Ternyata benar-benar kejadian," ujar Elmeira sembari duduk di sebelah kanan Lilakanti. "Beneran?" tanya perempuan bermata besar. "Ya, sekitar seminggu yang lalu. Waktu Teteh dan Rina datang," jelas Elmeira. "Acaranya kapan, Kang?" tanya Dharvan. "Akhir Desember. Banyak tanggal merahnya. Bisa langsung honeymoon," terang Farisyasa yang menyebabkan pipi Lilakanti merona. "Mau honeymoon
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 32

32Pagi itu, Farisyasa bangun dengan badan yang sakit-sakit. Dia membuka mata sembari meringis menahan nyeri di seluruh tubuh. Kemudian dia memindai sekitar sambil mengingat-ingat kejadian kemarin malam. Pintu kamar terbuka dan seorang pria bertubuh tinggi memasuki ruangan. Dia beradu pandang dengan Farisyasa yang tengah bangkit duduk. Lalu dia menyambangi rekannya dan duduk di tepi kasur. "Sakit, nggak, badannya?" tanya Zein. "Hu um. Kayak habis berantem," sahut Farisyasa sambil mengucek-ngucek mata. "Akang salat dulu. Nanti kupijatin." "Salat naon? Sudah terang gini." "Tetap niat salat Subuh. Allah tahu, Akang nggak sengaja telat bangun." Belasan menit berlalu, Farisyasa meringis ketika Zein memijatnya dengan semangat. Pria bermata sipit menjerit kesakitan, ketika Zein mengurut paha dan betisnya yang kencang. "Paehan wae urang!" desis Farisyasa. "Diam!" geram Zein. "Akang, nih, badannya aja yang gede. Diurut, doang, malah jerit-jerit," ledek Hendri yang tengah menyisiri ram
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 33

33Baron membulatkan mata kala menerima telepon dari petugas kepolisian terdekat dengan kantor FH Grup. Baron mengeraskan rahang saat sang petugas menerangkan, jika dirinya diharapkan mendatangi kantor polisi untuk memberikan keterangan. Harun telah melaporkan Baron dengan tuduhan berlapis. Pengawal PBK itu juga menyertakan banyak bukti, yang akan dikroscek dengan Baron. Pria berkumis tipis menggertakkan gigi, sesaat setelah menutup sambungan telepon. Baron menggebrak meja sembari memaki, karena kesal pada Harun. Baron memanggil Nohan yang segera datang. Sang asisten terkejut ketika Baron menjelaskan tentang pemanggilan dirinya oleh polisi. "Apa Bapak mau ke sana?" tanya Nohan. "Ya, besok pagi. Aku juga mau melaporkan balik si blegug eta," sahut Baron. "Ehm, sebaiknya Bapak ditemani kuasa hukum." "Aku bisa sendiri." "Yang Bapak hadapi sekarang bukan Bu Lilakanti, tapi sepupunya yang seorang pengawal. Jelas dia lebih punya power dari Bu Lilakanti." Baron melirik asistennya yan
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 34

34Baron tiba di kantor polisi tepat jam 8 pagi. Dia ditemani Nohan dan dua asisten pengacara dari firma hukum, yang pernah membantu Baron 2 tahun silam.Selama puluhan menit berikutnya, Baron menjawab semua pertanyaan yang diajukan penyidik. Sekali-sekali dia akan berdiskusi dengan pengacara, lalu kembali melanjutkan pemberian keterangan. Menjelang jam 9, Harun datang bersama empat orang berpakaian safari hitam. Harun mengabaikan delikan tajam Baron, dan hanya menyalami penyidik serta beberapa petugas lainnya. Kala Harun dan rekan-rekannya memasuki ruangan kepala polisi, Baron menggertakkan gigi. Dia tidak menduga bila Harun mengenal para pejabat polisi, dan itu kemungkinan akan mempersulit kehidupan Baron. "Yang jalan paling depan itu dirut PBK," bisik Nohan, sesaat setelah mereka berada di luar ruangan penyidik."Yakin itu orangnya?" tanya Baron. "Ya. Sesuai dengan yang di foto ini." Nohan menunjukkan lembaran kertas yang berisikan foto serta jabatan para petinggi PBK. Baron m
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 35

35Hari berganti. Malam itu, Harun datang ke kediaman Damhuri bersama istrinya. Pria berbadan jangkung menjelaskan jika dirinya sudah mencabut laporan atas Baron. Setelah pria itu meminta maaf secara resmi, tadi pagi. Lilakanti menghela napas lega. Dia merasa tenang, karena masalah itu akhirnya selesai. Lilakanti mengamati Adik sepupunya yang sedang berbincang dengan Damhuri, kemudian dia mengalihkan perhatian pada sang ipar. Lilakanti mengulum senyuman ketika mendengar cerita Sherli yang tengah mengidam. Perempuan muda tersebut mengalami morning sick yang cukup parah, hingga beberapa kali tidak masuk kantor. "Bi, kumaha carana, biar mualnya nggak terlalu parah?" tanya Sherli. "Bibi teu bisa ngasih saran, Neng. Karena Bibi tidak begitu. Mual, iya, tapi muntahnya jarang," jelas Salma."Aku pernah baca, itu biasanya faktor keturunan. Kalau ibunya begitu, anak perempuannya juga sama," terang Lilakanti. "Berarti Teteh sama kayak Bibi?" tanya Sherli. "Ya. Dulu, waktu hamil Azrina, aku
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 36

36Jalinan waktu terus bergulir. Jumat pagi, Farisyasa berangkat ke Jakarta dengan menumpang di mobil Emris. Keduanya berbincang mengenai berbagai hal bersama rekan-rekan lainnya. Suasana yang semula tenang, berubah ricuh akibat perdebatan Arudra melawan Mark. yang menempati kursi belakang. Mereka berpura-pura saling meninju dan mencekik, sembari terus meledek. "Kalian ini. Berantem mulu!" sungut Emris sambil menoleh ke belakang. "Dia mulai duluan," kilah Arudra. "Enak aja. Kamu, tuh!" bantah Mark. "Lama-lama, kukawinkan juga kalian," sahut Farisyasa. "Ho oh. Pedang lawan pedang," ledek Hamiz yang berada di kursi depan. "Enggak kebayang aku. Mereka kalau nikah, berkelahinya bakal sadis," seloroh Kasyafani, yang mengapit Farisyasa bersama Emris. "Dia bukan seleraku," cibir Arudra. "Apalagi aku. Lebih suka perempuan asli," imbuh Mark. "Iyalah. Lebih mantap," papar Emris. "Stop! Jangan dilanjutkan!" seru Farisyasa. "Tolong, ya, yang sudah menikah, jangan senggol bagian itu," s
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 37

37Detik terjalin menjadi menit. Putaran jam merotasi bumi dengan kecepatan maksimal. Hingga tidak bisa ditahan oleh siapa pun. Kian mendekati waktu pernikahan, Lilakanti makin gelisah. Dia sudah berusaha untuk tenang, tetapi kepanikan itu akan muncul tiba-tiba. Minggu kedua di bulan Desember, Lilakanti dan Azrina ikut bersama Farisyasa serta Dharvan ke Bogor. Mereka hendak menghadiri resepsi ngunduh mantu Rangga, Adik Wirya, yang menikah dengan Zaheera, Adik Zein. Konvoi puluhan mobil berbagai tipe, melintasi jalur tengah jalan bebas hambatan menuju luar kota. Lilakanti yang tengah menyuapi Azrina, terkejut mendengar tawa Farisyasa yang berada di sebelah kiri putrinya. Kala pria berjanggut mengencangkan tawa, Dharvan yang berada di kursi depan, memprotes akangnya dan mengatai Farisyasa tengah kumat tidak warasnya. ****Grup OTW Bogor*Wirya : Gaes, posisi? Alvaro : Aku bentar lagi nyampe resor, @W. Yanuar : Idem. Yoga : Kami nginap di hotel yang mana? Wirya : Tengah seberang.
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

Bab 38

38"Pertanyaan pertama. Sebutkan nama tim PG Eropa, alias tim-nya Rangga," ungkap Zulfi. "Siap-siap. Tiga, dua, satu!" seru Hendri. Puluhan orang mengangkat tangan. Zulfi, Yanuar dan Andri berembuk sesaat, kemudian mereka memanggil tiga orang yang dianggap paling cepat mengangkat tangan. "Lah! Yang ini jelas benar jawabannya," cakap Zulfi, sembari memberikan mikrofon pada peserta pertama. "Silakan perkenalkan diri, dan sebutkan 3 nama saja tim PG Eropa. Sisanya akan dijawab kedua orang selanjutnya," sambungnya. "Xiàwǔ hǎo. Wǒ de míngzì shì gé wēn nī sī," ungkap perempuan bermata sipit. "Gwen, aku paham artinya, tapi penonton nggak tahu," balas Zulfi. "Biar mereka cek di Google." Zulfi manggut-manggut. "Oke, sekarang sebutkan jawabannya. Selain kamu, tentunya." "Kak Utari, Penelope dan Mas Agus," jawab Gwenyth. "Lanjut, orang kedua," pinta Hendri. "Gwenyth, Mas Deri dan Bang Kurniawan," cetus Banim."Orang ketiga, silakan dijawab," beber Yanuar. "Kristoffer. Fatma dan Kimora
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 39

39"Kamu mau jenguk Calista?" tanya Farisyasa sembari memandangi kekasihnya lekat-lekat. "Enggak tahu, Mas," sahut Lilakanti. "Jangan memelihara dendam. Nanti jiwamu sakit." "Aku tahu, tapi rasanya berat banget buat maafin dia." "Dia sudah memetik apa yang ditanamnya dulu. Segitu saja, pasti sangat berat buatnya." Farisyasa memegangi tangan kanan Lilakanti dan mengusapnya pelan. "Maafkan dia, La. Dengan begitu, hatimu akan tenang," lanjutnya. "Hmm. Mas nggak ngerasain jadi aku. Sudahlah direbut suami, dihina di depan umum, dan yang paling buat aku benci sama dia, karena dia mgelarang Mas Baron buat ngasih uang untuk kebutuhan Azrina." Farisyasa mendengkus pelan. "Itu memang sifat buruk, tapi seperti tadi aku bilang, dia sudah dapat balasan setimpal." "Ehm. Entahlah. Aku, kok, senang, ya? Lihat dia susah begitu." "Itu wajar, kamu manusia, bukan malaikat. Namanya pernah disakiti, pasti happy lihat dia kena karma." Farisyasa mengarahkan wajah Lilakanti agar mereka bisa berhadapan
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Bab 40

40Lilakanti mendengarkan permohonan maaf Calista yang disampaikan perempuan itu sambil menangis. Hati Lilakanti yang sempat menyimpan bara api, perlahan mendingin. Sebagai sesama perempuan, Lilakanti memahami kesedihan Calista yang telah kehilangan anaknya. Ditambah lagi, dia tidak bisa memiliki keturunan kembali, karena rahimnya telah diangkat. Tenggorokan Lilakanti tercekat saat membayangkan dirinya berada di posisi Calista. Rasa sakit yang dialami Calista saat itu, mungkin melebihi luka yang pernah ditorehkan selingkuhan Baron tersebut pada Lilakanti. Puluhan menit terlewati. Lilakanti dan yang lainnya telah berada di mobil Farisyasa. Mobil Baron mengikuti di belakang, karena pria itu dan kedua adiknya hendak menemui Azrina. Sesampainya di tempat tujuan, Lilakanti memanggil putrinya yang keluar dari rumah sembari memandangi orang-orang dewasa di sekeliling tempat itu. Gadis kecil berambut sebahu tersebut tampak ragu-ragu mendatangi Baron yang memanggilnya sembari mengembangka
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status