Semua Bab Pernikahan Bayaran : Bab 141 - Bab 150

169 Bab

📌 141 : Tawaran untuk Alan

POV Abian Abian tersenyum ketika papa membuka gembok pintu pagar, “Maaf ya, pa, ganggu pagi-pagi gini.”“Gak papa, nak Abian. Masuk.”Abian memasukkan mobil ke pelataran rumah papa. Ia keluar meneteng beberapa keresek berisi makanan untuk mereka sarapan.“Natasya gimana, pa?”“Sudah mendingan. Kalo sama Vina dia sembuhnya cepet.”Baru memasuki rumah, Abian mengedarkan matanya.“Sya, ada nak Abian nih.” teriak papa memberi informasi.Natasya keluar kamar dituntun Vina, “Mas?”Abian mendekati Natasya. Ia tidak tega melihat istrinya yang masih kesakitan karena perundungan preman suruhan Aca, “Aku beliin bubur. Kita sarapan dulu.”Semua sarapan bersama di ruang keluarga.Natasya melirik Vina yang bersiap pergi, “Panggilan dari rumah atau rumah sakit?”“Rumah sakit. Rumah aman kok.” Vina melirik papa, “Om, pamit ya,” ia melirik Abian, “Dok, saya permisi.”“Iya, Vin, hati-hati.”“Iya, Vin. Saya ke rumah sakit agak siang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

📌 141 : Kekhawatiran Lain

Natasya sudah tertidur lelap ketika Abian pulang dari rumah sakit pukul dua belas malam. Ia ada operasi darurat, sehingga baru bisa pulang. Senyumnya merekah. Alan bersedia meninggalkan Natasya setelah mengisi cek kosong yang ia berikan. Alan meminta uang sebanyak tujuh ratus juta. Abian tak keberatan memberikannya langsung, asal Alan bisa memutuskan istrinya dan pergi sejauh-jauhnya dari kota ini.Mata Natasya mengerjap, “Mas?”“Hm?”“Abis operasi?”“Iya. Kamu udah minum antiobiotiknya?”Natasya mengangguk. Ia bangkit, “Seharian ini mama—nangis. Kamu jangan minta mama buat ninggalin papa lagi, biarin aja. Kita gak pernah tahu sedalam apa cinta mama buat papa, meski sepaket dengan rasa sakit itu.”Abian mengangguk.“Kamu mau makan? Biar aku siapin?”“Nggak usah. Aku mau langsung tidur.” Abian mengelus pipi Natasya dengan sentuhan lain.Natasya melirik Abian tak nyaman, “Malam ini—kamu tidur di sofa, ya, mas.”“Hm?”N
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

📌 143 : Bertemu Papa Alan

Sebelum jaga malam, Natasya harus mengurus beberapa hal di rumah sakit. Ia berangkat lebih awal agar tidak perlu buru-buru menyerahkan tugasnya pada kepala residen.Begitu turun dari mobil dibantu pak Eman, Natasya berjalan sepelan mungkin karena perutnya masih terasa nyeri.“Dokter, tolong! Pasien serangan jantung!”Natasya menatap kesibukkan petugas ambulance membawa brankar pasien lelaki paruh baya ke dalam UGD. Ia berlari ketika melihat tak ada dokter jaga yang keluar.“Tanda vital bagaimana?” tanya dokter jaga.“Tiga menit lalu saturasi oksigen empat puluh, tekanan darah 180/110mmHg, dok.” lapor petugas ambulance.Natasya melongo mendengar penjelasan petugas ambulance. Ia mendorong brankar dengan cepat ke UGD. Begitu sampai, ia langsung memasang masker oksigen dan memasangkan monitor pasien untuk melihat rekam jantung dibantu perawat.“Pak, bisa dengar suara saya? Pak?”Tak mendapat jawaban, membuat Natasya harus melakukan resusitasi jant
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

📌 144 : Jujur pada Abian

“Om, om gak papa?” Natasya menghampiri papa Alan, “Kita ke UGD sekarang.”Papa Alan menggeleng. Perlahan rasa nyeri di dadanya membaik.“Om, ayo aku anter ke UGD.”“Gak usah, Natasya. Om hanya—kaget. Om baik-baik aja.”Natasya jadi duduk disebelah papa Alan. Tangisnya belum reda. Ia tak mengira, kalau papa Alan tidak mengenal kekasih anaknya sama sekali. Dari dulu Alan memang tidak pernah mengenalkan dirinya sama sekali pada keluarganya. Katanya papanya tidak ramah, kasar dan selalu membuat masalah. Ia meyakini itu dulu. Tapi setelah bertemu papa Alan secara langsung, sepertinya mantan kekasihnya itu berbohong dan hanya beralasan saja. Ia pun jadi menyadari, kalau Alan memang sudah terbiasa membohonginya.“Maaf, om baru tahu semua ini. Alan sama sekali gak pernah mengenalkan pacarnya sama om.”“Gak papa, om, aku ngerti.”“Empat tahun ini pasti sangat berat untuk kamu.”Natasya tersenyum kecil.“Om janji, akan mengganti semua kerugia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

📌 145 : Berhenti Melindungi Alan

Natasya memegang tangan Abian, “Vina yang bilang sama kamu?”Abian menggeleng.“Terus?”“Aku yang minta Alan buat putusin kamu kemarin.”Natasya melepaskan tangannya dari punggung tangan Abian, “Kamu ketemu dia, mas?”Abian mengangguk, “Aku dateng ke rumahnya dengan sengaja untuk minta dia lepasin kamu.”Natasya diam.“Nat, kalian udah putus. Artinya kita—bisa ‘kan?”Tak ada jawaban. Natasya memainkan tangannya gusar.“Alan—aku bayar Alan untuk dia mutusin kamu.”Natasya menoleh, “Bayar?”“Aku kasih dia cek, dan dia setuju. Dia bilang akan putusin kamu, dia juga akan pergi dari Jakarta supaya gak terus-terusan ketemu kamu.”“Mas! Kenapa kamu ngelakuin itu?”“Ya biar dia gak ganggu kamu lagi. Aku tahu Alan siapa, sifatnya gimana, dan semua kasusnya. Aku gak rela dia terus manfaatin kamu.”“Maksud aku—kenapa harus sampe bayar? Aku sama dia udah putus dari lama.”“Oyah?” dahi Abian mengkerut tidak menyangka.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

📌 146 : Curhat pada Arsya

Satu bulan kemudian...“Terima kasih semua atas kerja kerasnya.” cuap dokter Farhan saat operasi baru usai.“Terima kasih kembali, dok.” sahut seluruh staf operasi.Natasya membuka baju bedah dan bergegas mencuci tangan. Setelah ini ia akan memantau kondisi pasien di ICU sebelum akhirnya makan siang bersama seseorang. Senyumnya terus merekah.Vina yang baru akan jadi asisten Abian, mendekati Natasya, “Tumben senyum, udah baikkan ya?”Senyum itu pudar. Vina tahu Natasya dan Abian sedang bertengkar meski tidak tahu masalahnya apa.“Syukur deh kalo udah baikkan, gue ikut seneng.”“Kita—belum baikkan.”“Hm?”“Kayaknya dia masih butuh waktu.”“Kalian berantem karena apa sih?”Natasya melirik jam di ponsel, “Vin, gue ada janji makan siang sama orang. Gue duluan ya?”Vina menarik lengan Natasya, “Siapa?”“Kak Arsya.”Vina mengernyit, “Arsya?”“Cowok yang gue sebut dia sepupu gue. Dia—sebenernya temennya Alan.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

📌 147 : Memberi Tahu Rahasia

Selepas makan siang dengan Arsya membahas persidangan mama yang akan digelar sebentar lagi karena dituduh menggelapkan aset perusahaan keluarga Alan, Natasya kembali ke ruang ICU. Setelah kondisi pasien stabil, ia duduk di meja jaga membaca pesan dari seseorang yang jadi satu-satunya harapan untuk bisa berpisah dengan Abian.“Nat, temenin makan yuk.” ajak Vina. Natasya menutup mulutnya saat membaca pesan itu, matanya juga berkaca-kaca.“Nat, kenapa?”Natasya menatap Vina, “Vin, ajak Irvan, gue mau ada yang di omongin sama kalian.”“Soal—apa?” tanya Vina waspada.“Rahasia besar gue dan mas Abian.”Sekarang Vina yang menutup mulutnya.“Buruan! Lo telpon Irvan, kita kumpul di markas. Gue mau angkat telpon dulu.” Natasya menaruh ponsel di telinganya, “Iya, halo, om? Nggak, kok, aku gak sibuk. Om apa kabar?” ia pergi menjauhi Vina yang masih melongo.“Om? Dia—telpon siapa?”Selesai shift, Vina dan Irvan langsung ke rooftop lantai tiga un
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

📌 148 : Takdir Tuhan

Vina pamit pulang setelah Natasya selesai bercerita. Ia tampak dingin dan tak seperti biasanya. Sedang Irvan yang tidak jaga malam, memilih tetap diam disini menemani Natasya.Natasya mengenadah, menatap langit yang menampilkan bulan sabit, “Untung gak hujan. Markas kita jadi kering.”“Sya?”“Hm?”Irvan mengganti posisinya menghadap Natasya, “Aku nyesel.”Natasya menatap Irvan, “Nyesel kenapa?”“Kenapa kamu gak bilang sama aku kalo—ada hal seperti ini? Istri sewaan.”Natasya tersenyum.“Sya, serius. Kalo aku tahu selain jadi pacar sewaan, kamu bisa jadi istri sewaan juga, aku yang akan teken itu lebih dulu dari siapapun, apalagi itu Abian.”“Kenapa?”“Karena aku sayang sama kamu.”Natasya kiceup, “Bukannya—udah nggak?”“Bohong kalo aku bisa buang rasa sayang itu cepet-cepet. Aku masih sayang sama kamu, Sya.”Natasya membuang nafas pelan.“Kamu gak menyayangi Abian, kamu bahkan benci sama dia. Tapi kamu bersedia ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya

📌 149 : Pekerjaan Bahagia

Natasya yang masih memeluk Vina sambil menangis, menghentikkan tangisnya ketika Abian datang membawa kopi. Sepertinya ia tidak tahu ada mereka disini. Vina melepaskan pelukkan begitu sahabatnya berhenti menangis. Ia menoleh, “Dokter Abian?” “Maaf kalau saya ganggu.” Abian membalikkan badan. “Dok.” Vina menyeka air matanya. Ia bangkit, “Saya mau pulang. Kalau dokter mau ngobrol sama Natasya, silakan.” Natasya menyeka air matanya. “Nat, gue balik ya?” Natasya mengangguk. Setelah Vina pergi, Abian duduk disamping Natasya. Ia menaruh gelas kopi dan memainkan jarinya, “Maaf kalau—masalah kita bikin kamu sesedih ini sampe bikin kamu nangis.” “Aku—nangisin mama, mas.” Abian menoleh, “Mama?” “Mama aku. Mama—di laporkan keluarga mantan suaminya karena tuduhan penggelapan aset perusahaan milik bersama. Mama akan menjalani persidangan minggu depan.” Natasya terpaksa berbohong. Tapi m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

📌 150 : Pindah Paksa Aset

Pertemuan sudah terlaksana setengah jalan. Selama itu pula, Natasya terus waspada menanti hal apa yang akan terjadi. Ia terus melirik para reporter yang terus menerima telpon, entah dari siapa. Setiap keluar masuk tamu pun, ia memantaunya dengan baik.“Sebelum lanjut pada acara selanjutnya, kami memberikan waktu pada hadirin sekalian untuk coffee break. Silakan dinikmati suguhan yang sudah kami sediakan.” tutur MC acara.Suasana ballroom jadi ramai. Orang-orang berhambur keluar dari kursi kebangsaan mereka dan mendekati meja suguhan.“Kamu mau sesuatu? Aku ambilin.” Abian menawari.“Enggak, mas. Kamu aja.”“Aku mau tanyain kondisi pasien ICU dulu sama Tika.”“Iya, mas.”Abian memainkan ponselnya. Sedang Natasya masih bersiaga. Posisi duduknya yang membelakangi pintu, membuatnya harus menoleh. Ia melongo ketika mendapati kedatangan Aca yang mencari seseorang disana.Natasya mengguncang paha Abian, “Mas, Aca.” Abian melirik Natasya la
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status