Home / Urban / DERITA WAJAH JELEK / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of DERITA WAJAH JELEK: Chapter 41 - Chapter 50

92 Chapters

BAB 41 : Perpisahan

Perkataan Citra seperti jarum yang begitu cepat menusuk ke dalam hatinya. Topik ini adalah batas garis bawah yang tidak boleh dilewati oleh siapa pun.Bara yang tidak ingin masalah itu diungkit kembali akhirnya meledak dengan kobaran amarah terlihat jelas dari sorot matanya.“Tutup mulutmu! Aku sudah bilang tidak akan pernah berhubungan denganmu! Apa telingamu tuli, hah?!” teriak Bara dengan lantang tanpa ragu.Citra tersentak dan ekspresi wajah semakin rumit untuk dijelaskan. “M–mengapa?”Pertanyaan yang singkat itu sangat terasa begitu berat dan sangat sulit untuk diucapkan olehnya.“Ha-ha-ha! Mengapa? Apa itu pertanyaanmu? Jawaban jelas kalau kamu berasal dari keluarga Harko! Keluarga yang sama dari berandal biadab itu yang sudah menghancurkan rumah tanggaku! Apa jelas sampai sini, hah?!”Jawaban Bara diutarakan dengan lantang membuat tubuh Citra bergetar dengan hebat. Tidak sulit membayangkan betapa terguncangnya dia yang mana terlihat jelas dari raut wajahnya yang semakin pucat.“
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

BAB 42 : Bencana

Meski hatinya penuh dendam dan amarah, Bara masih sadar akan kenangan indah masa lalu bersama keluarga besar Panti Asuhan Daniar.Pimpinan Panti Asuhan Daniar sudah dianggapnya sebagai ayahnya sendiri. Beberapa tahun ini, Bara seringkali berkunjung setidaknya sekali setiap bulannya.Sebenarnya, beberapa hari yang lalu adalah hari di mana dia kembali berkunjung ke tempat itu. Tak disangka, bencana yang begitu hebat itu terjadi setelah dirinya pergi berkunjung.“T–tidak mungkin!” seru Bara merasa sulit untuk percaya dengan postingan tersebut.“Terdapat beberapa korban jiwa akibat insiden kebakaran hebat ini. Setidaknya, sudah ada 15 orang yang dilaporkan meninggal dengan beberapa puluh orang luka-luka.”Deng!Bara semakin tak tahan membaca setiap isi postingan tersebut. Jarinya bergetar tak menentu, kakinya juga secara bertahap mulai kesemutan.Raut wajah secara bertahap menjadi semakin pucat tak sedap dipandang. Keningnya mengerut seperti orang tua.“T–tidak! Seharusnya tidak ada masala
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

BAB 43 : Nostalgia

Bara terpaksa harus menepi di sekitar area terdekat yang cukup teduh dan tertutup dari hujan. Untungnya, dia selalu sedia jas hujan setiap saat.“Hyuuh! Deras sekali hujannya. Apa benar ini kebetulan saja?” Bara berbicara sendiri dan tetap tak menemukan jawabannya.Langit tak berubah cerah malah semakin gelap dengan awan hitam terjalin erat satu dengan yang lainnya bekerja sama menghalangi cahaya matahari.Hal itu memicu curah air hujan semakin deras dan sulit untuk dihilangkan. Tak cukup membendungnya, genangan air mulai bermunculan secara bertahap di atas permukaan tanah.“Urgh! Apa aku tetap lanjut pergi atau menunggu langit cerah dahulu?” gumam Bara tak terlalu yakin.Duar!Suara petir yang menyambar tanpa henti mulai tersebar dengan cepat hingga radius beberapa kilometer jauhnya. Bara yang ragu-ragu langsung terdiam lesu.Kejutan dan tekad semakin mengisi hatinya. “Biarlah hujan berlalu, aku tetap harus pergi sekarang. Lagi pula, cuaca cerah mungkin masih lama untuk ditunggu!”Bar
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

BAB 44 : Kebetulan

Bara beberapa kali bergumam dengan penuh harapan seraya menghela napas panjang. Dia kembali teringat masa-masa yang dahulu terjadi waktu dia masih di Panti Asuhan Daniar.Di ingatannya, dia bertemu dengan banyak orang dan berkumpul bersama menikmati suasana malam yang indah.“Hmm…, waktu itu aku biasanya akan masak mie hangat bersama teman-teman ketika hujan deras seperti. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melakukan itu lagi.”Bara bergumam tak berdaya menggelengkan kepalanya ketika momen yang terjadi di masa lalu kembali teringat dengan jelas.Tak seindah sekarang di mana harinya semakin kacau dan tak menentu. Bara hanya bisa terdiam lesu duduk di atas sepeda motornya. Waktu perlahan berlalu dengan cepat.Bara sudah tidak bisa mengenali waktu lagi dan terpaksa mulai mencoba mendorong sepeda motornya yang masih mati, tidak bisa dinyalakan sama sekali.Secara bertahap, Bara dengan tatapan mata penuh tekad terus menggerakkan tubuhnya tak peduli seberapa berat setiap langk
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

BAB 45 : Terabaikan

Alya semakin kesal diabaikan lagi dan lagi. Dia tidak pernah diabaikan seperti ini oleh siapa pun termasuk suaminya sekarang si Diano itu.Alya menggiring mobilnya lagi sampai tepat di samping Bara. “Bara! Aku tahu kamu mau menjenguk orang-orang Panti Asuhan Daniar, kan? Aku juga mau ke sana sekarang. Jadi, masuk aja ke mobil. Sepeda motormu taruh saja di minimarket!”Alya semakin gigih mencoba agar Bara masuk ke dalam mobil. Namun, Bara tetap teguh pendirian tak bergeming sedikit pun.Jika dia ingin menuju suatu tempat, Bara akan melakukannya dengan caranya sendiri dan tidak butuh bantuan orang lain terutama mantan istrinya itu.“Pergi denganmu ke Panti Asuhan Daniar? Jangan mimpi! Kamu pikir aku Diano yang bisa sepuasnya mendekati istri orang lain, hah? Aku bukan suamimu lagi, ingat itu!” teriak Bara sekali dan terakhir kalinya.Dia tetap mendorong motornya semakin cepat dan meninggalkan sosok Alya dan mobilnya begitu kesepian. Wanita itu syok mendengar perkataan pria yang dahulu per
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

BAB 46 : Heran dan Curiga

Mengabaikan kecemasannya yang tidak berdasar, Bara akhirnya mengalihkan pandanganya fokus ke depan.Dia mencoba untuk menyalakan motornya lagi, tapi tetap saja tidak ada perubahan. Alhasil, Bara terpaksa mendorongnya lagi.Pemandangan Panti Asuhan Daniar dan kerumunan orang disekitarnya tak lagi mengejutkan Bara. Dia tetap fokus mendorong motornya.“Kasihan sekali orang-orang Panti Asuhan Daniar ini!”“Benar juga! Pasti sulit bagi anak-anak menghadapi bencana hebat berupa kebakaran hingga tak ada bangunan yang tersisa!”“Apa yang akan mereka lakukan sekarang kalau tempat mereka berteduh sudah hancur seperti ini?”“Entahlah! Cuman, aku dengar beberapa hari yang lalu kalau tempat ini memang sebenarnya sudah mau ditutup!”“Apa maksudmu? Bukannya tidak ada masalah sebelumnya? Apa jangan-jangan ada masalah finansial tersembunyi yang selama ini tertutup rapat?”“Tidak-tidak, bukan itu maksudku! Aku dengarnya dari temanku yang juga kerja di sana kalau keluarga Harko hendak membeli properti Pa
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

BAB 47 : Tak Tahu Harus Berkata Apa

Bara kembali melanjutkan ocehannya yang semakin memanaskan suasana di dalam hatinya. Bahkan tubuhnya yang kedinginan pun seakan terpengaruh dan perlahan terasa hangat.Tak begitu yakin dengan dugaannya sendiri, Bara tetap berpikir ulang dan berusaha terus mengaitkan beberapa peristiwa di masa lalu.“Jika memang keluarga Harko tidak sesederhana seperti yang kubayangkan, hanya ada dua kemungkinan. Entah mereka sedang mencoba sombong kepadaku dengan menunjukkan kekuatan keluarga elit aneh itu atau kemungkinan ada sesuatu yang mereka inginkan dariku!”Bara mulai menebak dengan ekspresi wajah yang semakin serius tak terganggu dengan kondisi hiruk-pikuk yang terjadi di sekitarnya.“Namun, apabila memang ada yang mereka inginkan dariku, apakah itu mungkin?” batin Bara begitu heran.Sejak kecil, para pengurus Panti Asuhan Daniar mengatakan kalau dia sudah ada di Panti Asuhan Daniar sejak bayi.Artinya, Bara memang tumbuh besar di sana menjadi orang biasa yang seharusnya tidak penting sama seka
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

BAB 48 : Dia dan Aku

Sorot matanya berkedut tidak menentu. Bara perlahan kembali melihat di sekelilingnya yang memang sudah ada banyak motor saling berdekatan seakan-akan sedang mengantri untuk mendapatkan perawatan intensif.“Seharusnya aku sudah bisa menebak sejak awal datang ke tempat ini!” batin Bara berusaha untuk tetap tenang mengamati situasi.“Bagaimana, Pak? Apa tidak masalah harus menunggu sampai tengah malam?” tanya teknisi tersebut kembali mencoba untuk mendapatkan jawaban verifikasi yang pasti.Bara kembali tertegun sejenak sebelum balas bertanya, “Apa tidak bisa dipercepat, Pak? Mungkin sekitar jam sembilan atau sepuluh malam sudah selesai. Soalnya, saya buru-buru mau pergi ke tempat saudara yang terkena penyakit parah!”Bara mencoba peruntungannya agar tidak perlu menunggu lama. Dia bahkan berani mengarang cerita kalau ada saudaranya yang terkena penyakit.Walaupun tidak sepenuhnya salah juga, tapi tetap saja aneh. Hubungan Bara dan anak-anak Panti Asuhan Daniar mungkin saja terasa seperti s
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

BAB 49 : Khawatir

“Aku menyesal tidak segera menyebarkan video hasil rekaman perselingkuhannya waktu itu. Jika bukan karena aku takut dengan keluarga Harko dan hatiku masih kasihan dengannya, wanita itu pasti sudah hancur reputasinya!” batin Bara mengepalkan tangannya dengan erat.Bara menarik napas perlahan dan berusaha untuk segera melupakan semua yang terjadi beberapa menit yang lalu.Antrian yang cukup panjang membuat Bara mulai tersenyum masam. Pria itu harus tetap bersabar dan dengan tenang berdiri menunggu gilirannya sebelum mendengar suara orang berdiskusi dengan suara pelan.“Beritanya ada korban bencana kebakaran hebat yang baru saja datang ke rumah sakit di depan sana. Semuanya jadi sibuk sekali di ruang tunggu.”“Oh, iya? Apa yang sebenarnya terjadi di sana?”“Entahlah, aku hanya dengar sekilas kalau ada keluarga kaya yang akan membiayai semua kebutuhan medis para korban.”“Hah? Apa-apaan itu? Bikin iri saja ada yang membayar kebutuhan mereka.” “Hush! Jangan asal ngomong! Banyak korban mema
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

BAB 50 : Tersinggung

Bangunan yang bila diamati dengan sekilas saja sudah menampilkan aura elit yang seakan-akan menyiratkan kalau tempat ini bukan untuk disentuh oleh sembarang orang.Bara merasa seperti semut kecil tidak berdaya di hadapan rumah sakit yang lumayan megah tepat di hadapannya.“Rumah sakit ini jelas bukan tempat biasa untuk khalayak umum. Orang-orang yang dirawat di tempat ini sudah semestinya berduit banyak dengan saldo rekening bisa digunakan tujuh turunan!” gumam Bara menggelengkan kepalanya.Dia merasa heran mengapa para korban bencana kebakaran dari Panti Asuhan Daniar dibawa oleh petugas berwajib ke tempat ini untuk perawatan lebih lanjut.Jika bukan karena artikel berita yang dibaca sebelumnya, Bara tidak akan percaya kalau para korban akan dirawat di rumah sakit elit seperti ini.Tak berdaya dengan pikirannya sendiri, Bara melangkahkan kakinya perlahan memasuki gerbang depan dan melihat ada penjaga satpam tengah berada di posnya.“Permisi, Pak! Apakah rumah sakit ini benar-benar mer
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status