Betul juga, mengapa Alya menjadi sok bernostalgia sekarang?
Mengabaikan kecemasannya yang tidak berdasar, Bara akhirnya mengalihkan pandanganya fokus ke depan.Dia mencoba untuk menyalakan motornya lagi, tapi tetap saja tidak ada perubahan. Alhasil, Bara terpaksa mendorongnya lagi.Pemandangan Panti Asuhan Daniar dan kerumunan orang disekitarnya tak lagi mengejutkan Bara. Dia tetap fokus mendorong motornya.“Kasihan sekali orang-orang Panti Asuhan Daniar ini!”“Benar juga! Pasti sulit bagi anak-anak menghadapi bencana hebat berupa kebakaran hingga tak ada bangunan yang tersisa!”“Apa yang akan mereka lakukan sekarang kalau tempat mereka berteduh sudah hancur seperti ini?”“Entahlah! Cuman, aku dengar beberapa hari yang lalu kalau tempat ini memang sebenarnya sudah mau ditutup!”“Apa maksudmu? Bukannya tidak ada masalah sebelumnya? Apa jangan-jangan ada masalah finansial tersembunyi yang selama ini tertutup rapat?”“Tidak-tidak, bukan itu maksudku! Aku dengarnya dari temanku yang juga kerja di sana kalau keluarga Harko hendak membeli properti Pa
Bara kembali melanjutkan ocehannya yang semakin memanaskan suasana di dalam hatinya. Bahkan tubuhnya yang kedinginan pun seakan terpengaruh dan perlahan terasa hangat.Tak begitu yakin dengan dugaannya sendiri, Bara tetap berpikir ulang dan berusaha terus mengaitkan beberapa peristiwa di masa lalu.“Jika memang keluarga Harko tidak sesederhana seperti yang kubayangkan, hanya ada dua kemungkinan. Entah mereka sedang mencoba sombong kepadaku dengan menunjukkan kekuatan keluarga elit aneh itu atau kemungkinan ada sesuatu yang mereka inginkan dariku!”Bara mulai menebak dengan ekspresi wajah yang semakin serius tak terganggu dengan kondisi hiruk-pikuk yang terjadi di sekitarnya.“Namun, apabila memang ada yang mereka inginkan dariku, apakah itu mungkin?” batin Bara begitu heran.Sejak kecil, para pengurus Panti Asuhan Daniar mengatakan kalau dia sudah ada di Panti Asuhan Daniar sejak bayi.Artinya, Bara memang tumbuh besar di sana menjadi orang biasa yang seharusnya tidak penting sama seka
Sorot matanya berkedut tidak menentu. Bara perlahan kembali melihat di sekelilingnya yang memang sudah ada banyak motor saling berdekatan seakan-akan sedang mengantri untuk mendapatkan perawatan intensif.“Seharusnya aku sudah bisa menebak sejak awal datang ke tempat ini!” batin Bara berusaha untuk tetap tenang mengamati situasi.“Bagaimana, Pak? Apa tidak masalah harus menunggu sampai tengah malam?” tanya teknisi tersebut kembali mencoba untuk mendapatkan jawaban verifikasi yang pasti.Bara kembali tertegun sejenak sebelum balas bertanya, “Apa tidak bisa dipercepat, Pak? Mungkin sekitar jam sembilan atau sepuluh malam sudah selesai. Soalnya, saya buru-buru mau pergi ke tempat saudara yang terkena penyakit parah!”Bara mencoba peruntungannya agar tidak perlu menunggu lama. Dia bahkan berani mengarang cerita kalau ada saudaranya yang terkena penyakit.Walaupun tidak sepenuhnya salah juga, tapi tetap saja aneh. Hubungan Bara dan anak-anak Panti Asuhan Daniar mungkin saja terasa seperti s
“Aku menyesal tidak segera menyebarkan video hasil rekaman perselingkuhannya waktu itu. Jika bukan karena aku takut dengan keluarga Harko dan hatiku masih kasihan dengannya, wanita itu pasti sudah hancur reputasinya!” batin Bara mengepalkan tangannya dengan erat.Bara menarik napas perlahan dan berusaha untuk segera melupakan semua yang terjadi beberapa menit yang lalu.Antrian yang cukup panjang membuat Bara mulai tersenyum masam. Pria itu harus tetap bersabar dan dengan tenang berdiri menunggu gilirannya sebelum mendengar suara orang berdiskusi dengan suara pelan.“Beritanya ada korban bencana kebakaran hebat yang baru saja datang ke rumah sakit di depan sana. Semuanya jadi sibuk sekali di ruang tunggu.”“Oh, iya? Apa yang sebenarnya terjadi di sana?”“Entahlah, aku hanya dengar sekilas kalau ada keluarga kaya yang akan membiayai semua kebutuhan medis para korban.”“Hah? Apa-apaan itu? Bikin iri saja ada yang membayar kebutuhan mereka.” “Hush! Jangan asal ngomong! Banyak korban mema
Bangunan yang bila diamati dengan sekilas saja sudah menampilkan aura elit yang seakan-akan menyiratkan kalau tempat ini bukan untuk disentuh oleh sembarang orang.Bara merasa seperti semut kecil tidak berdaya di hadapan rumah sakit yang lumayan megah tepat di hadapannya.“Rumah sakit ini jelas bukan tempat biasa untuk khalayak umum. Orang-orang yang dirawat di tempat ini sudah semestinya berduit banyak dengan saldo rekening bisa digunakan tujuh turunan!” gumam Bara menggelengkan kepalanya.Dia merasa heran mengapa para korban bencana kebakaran dari Panti Asuhan Daniar dibawa oleh petugas berwajib ke tempat ini untuk perawatan lebih lanjut.Jika bukan karena artikel berita yang dibaca sebelumnya, Bara tidak akan percaya kalau para korban akan dirawat di rumah sakit elit seperti ini.Tak berdaya dengan pikirannya sendiri, Bara melangkahkan kakinya perlahan memasuki gerbang depan dan melihat ada penjaga satpam tengah berada di posnya.“Permisi, Pak! Apakah rumah sakit ini benar-benar mer
Ada penjaga yang melihat kedatangan Bara dengan jas hujan kotornya membuat penjaga tersebut langsung bergegas mendekati Bara.“Permisi, Pak! Tolong berhati-hati dan jangan sampai mengotori tempat ini, ya!” tegas penjaga tersebut tampak lebih sopan perkataannya dibandingkan satpam sebelumnya.Meski begitu, tetap saja terlalu kasar menegur seorang pengunjung yang hanya ingin melepaskan jas hujannya saja. Bara semakin tidak menyukai rumah sakit ini berbeda dengan kesan sebelumnya ketika melihat betapa megahnya tempat ini.“Mengapa mereka sombong sekali, sih?! Bukannya mereka punya mata kalau cuaca hari ini hujan deras, hah?!” batin Bara diam-diam tidak menjawab penjaga tersebut.Dia melepaskan jas hujan dan terlihatlah jaketnya. Seharusnya, Bara merasa sangat panas karena mengenakan pakaian berlapis-lapis.Namun, dia masih saja merasa sejuk sekali bahkan dengan jaket yang dikenakannya. Hal ini mengindikasikan kalau cuaca hujan kali ini benar-benar menurunkan suhu lingkungan sekitarnya.Pe
Dia tidak ingin dipandang seperti orang aneh di tempat yang memang sudah aneh seperti ini. Bara melihat sekeliling sejenak sebelum menemukan resepsionis.Seperti biasa, masih saja ada antrian yang cukup panjang. Bara tidak ingin membuat masalah sehingga tetap sabar menunggu sesuai dengan antrian.Sebenarnya, pilihan Bara mengantri tidak salah malah sangat tepat sekali. Rumah sakit ini sangat menghargai etika orang-orang elit tidak peduli siapa pun itu.Mulai dari tertib mengantri, kebersihan, dan kerapian sangat dipandang sebagai hal yang utama di rumah sakit elit ini.Bara menunggu dengan sabar mengamati sekelilingnya yang tampak begitu elegan. Orang-orang sangat terlihat rapi dan wajah bersih sekali yang membuat Bara tak tahu apakah yang bersangkutan sakit atau tidak.“Gila sekali orang-orang ini! Pakaiannya rapi dan terlihat berkelas sekali. Mereka orang-orang kaya memang beda dari yang lain,” batin Bara masih merasa aneh.Butuh waktu beberapa menit lamanya hingga giliran Bara pun t
Meski begitu, Bara menarik napas berusaha menenangkan dirinya dan kembali memastikan kembali jawaban dari pria di hadapannya ini.“Seingatku, dia bilang kalau Citra adalah bosnya. Karena dia bekerja di sini, bukankah itu berarti kalau tempat ini adalah milik keluarga Harko?” batin Bara seakan tersetrum hebat ketika menyadari fakta mengejutkan ini.“Terlepas apakah keluarga Citra tidak sepenuhnya dalam kendali keluarga utama, tetap saja keduanya bagian dari keluarga Harko. Apakah semua ini memang jebakan yang dibuat oleh keluarga Harko? Adapun Citra, tidak disangka kalau dia juga dalang dibalik semua ini!” batin Bara semakin meluap amarahnya.Meski Bara menolak cintanya Citra, Bara masih menganggap wanita itu adalah orang baik. Namun, ketika dia memikirkan kemungkinan kalau Citra terlibat dalam skema yang menghancurkan Panti Asuhan Daniar, hatinya langsung sakit sekali.“Tetap tenang! Belum ada bukti yang pasti dengan semua ini. Aku harus mengamati dan menganalisisnya kembali setiap inf
Dia khawatir kalau nantinya akan menimbulkan kesalahpahaman lagi dengan Bara yang dapat berakibat fatal hingga akan mampu menghancurkan keluarga barunya itu.“Tidak bisa terus seperti ini! T–tapi apa yang harus lakukan sekarang?” batin Hana dengan bimbang dan penuh kehati-hatian di dalam hatinya yang semakin waspada.Tidak bisa lagi bagi Hana hanya berdiam diri dengan perasaan bingung saja sebab perkara ini semakin dibiarkan akan semakin menambah masalah yang nantinya akan jauh lebih besar hingga sulit diselesaikan oleh Hana seorang diri.“Tidak ada jalan lain selain melibatkannya dan mempercayainya sebagai seorang pria yang telah memutuskan untuk berjanji menemani hidupku dalam suka dan duka!” batin Hana telah membuat keputusan bulat untuk melibatkan Bara dalam penyelesaian masalahnya ini.“Ha-ha-ha! Hana, cepatlah mandi dan berpakaian yang menggoda agar nanti ketika aku tiba bisa langsung menikmati ragamu yang begitu eloknya itu!” ucap Jaka begitu bangganya menikmati suasana yang ti
“Apa?! Hanya itu kau bilang?! Sesuatu yang engkau remehkan adalah segala-galanya bagiku! Beraninya kamu mengolok-olokku! Kau pasti sengaja mempermainkanku, kan?! Kurang ajar sekali kau!” teriak Jaka begitu histerisnya.Jaka Fape adalah seorang pria yang benar-benar tidak ingin dianggap remeh oleh siapa pun. Selama hidupnya ini, bahkan orang tuanya hanya bisa menahan ketidakpuasan mereka di dalam hatinya dan tidak akan seenaknya menentangnya.Namun, hal yang sangat berbeda telah dilakukan oleh Hana selaku istrinya kala itu yang dengan percaya dirinya berusaha menasehatinya bahkan memarahinya secara terang-terangan ketika melakukan beberapa kesalahan yang seharusnya tidak masalah baginya.Hal ini membuat Jaka semakin tak senang dengan Hana sejak saat itu. Satu-satunya alasan Jaka tidak memukuli wajahnya Hana sebab wanita itu memang sangat cantik dan begitu memuaskan ketika diajak untuk memuaskan kebutuhan hasrat terpendamnya.Mengetahui hal itu, orang tuanya Jaka membuat Hana untuk mena
Sebuah karakter pria yang tidak pantas dimuliakan sedikit pun. Hanya kehinaan saja yang pantas dilontarkan kepada sosok pria sepertinya. Meski begitu, Hana tetap sabar kala itu dalam menyikapi karakter mantan suaminya yang jauh dari kata terpuji itu.Namun, seiring berjalannya waktu, wanita cantik yang penuh kesabaran dalam menjalankan kehidupan pada akhirnya harus kandas juga karena batas kesabarannya sudah berulang kali diabaikan oleh sang mantan suaminya.Hafa yang masih kecil bahkan ikut dipukuli hingga menjerit kesakitan yang membuat Hana semakin sakit hati dan marah besar kepada mantan suaminya hingga beberapa kali terlibat adu mulut hingga bahkan Hana dipaksa untuk membela dirinya ketika suaminya mencoba memukulinya.Beberapa memar yang jelas terlihat terkadang harus diterimanya dengan rasa sabar. Namun, demi keselamatan dirinya dan sang putra, wanita cantik itu terpaksa berpindah-pindah tempat ke beberapa penginapan terdekat agar setidaknya terhindar dari amukan Jaka Fape.Aka
Hana yang mendengar suaminya mengeluh itu hanya bisa tersenyum tipis dan perlahan-lahan tak lagi mampu menahan tawanya. Hal ini membuat Bara sedikit cemberut mendengar tawanya sang istri.“Ha-ha-ha, maafkan saya kalau tertawa seperti ini! Kamu baru dua bulan saja sudah mengeluh seperti ini, Mas Bara. Coba bayangkan nantinya harus seperti apa di masa depan, kan? Sabar ajalah dahulu sayangku! Seorang ayah memang sudah seperti ini seharusnya membesarkan anak kesayangannya!” tegas Hana memberikan nasihat kepada Bara yang masih cemberut di sampingnya.Tak ingin membuat suaminya patah semangat, wanita cantik itu menjalankan tugasnya sebagai seorang istri sambil memberikan kecupan di pipinya Bara dengan sukacita. Hal ini membuat Bara yang cemberut perlahan tersenyum-senyum sendiri.“Ehem! Baiklah, karena istri tercintaku yang memintanya, maka sebagai seorang suami dan sekaligus ayahnya Hafa, aku akan menjalankan tugas sebagaimana mestinya!” tegas Bara tanpa ragu sedikit pun.Hal ini membuat
Hafa yang melihat ibunya menyingkir juga terkejut sesaat sebelum akhirnya kembali serius menatap ke arah Bara dengan tatapan yang penuh kesungguhan bahkan ada rasa amarah terlihat di sana walaupun juga hatinya sedikit takut dengan sosok tinggi dan kekar Bara beserta wajahnya yang jelek itu.“Mama biasanya selalu melindungiku selama ini! Namun, tiba-tiba berubah menjadi diam dan menepi bahkan menjauh seperti ini sehingga membuat diriku langsung berhadapan muka dengan Monster menyeramkan ini!”“Sudah jelas sekali kalau semua ini pertanda serius bahwa Mamaku telah dikendalikan oleh Monster tak tahu malu ini! A–apa yang harus aku lakukan sekarang?! Mungkinkah ini saatnya menunjukkan kehebatanku dengan cara melawan Monster ini dan sekaligus menyelamatkan Mama?!”Hafa termenung dalam pikirannya hingga keringat dingin mulai bercucuran di sekitar wajahnya yang mungil itu. Hafa perlahan mengambil ancang-ancang sebagai bentuk kewaspadaannya bahkan dirinya juga sudah bersiap untuk melarikan diri
Sebenarnya ketika Hana dan Bara telah memutuskan untuk menikah dan bergegas menuju KUA, Hafa ditinggalkan oleh Hana kepada petugas apartemen yaitu wanita gemuk sebelumnya untuk dijaga sebentar.Meski itu bukanlah tugasnya, wanita gemuk itu merasa harus mengiyakan permintaan Hana yang karena ulahnya terjadi kesalahpahaman sebelumnya hingga berakibat kepada atasannya yang harus rela dihajar oleh banyak orang hingga babak belur seperti dadar gulung.Alhasil, Hafa ditinggalkan pergi oleh ibunya itu. Uniknya, Hafa tidak merengek sedikit pun dan bahkan dengan santai membiarkan ibunya pergi. Menurutnya hal ini sudah biasa dilakukan oleh ibunya ketika dahulu seringkali ditinggal kerja atau waktu ditakuti oleh preman-preman rendahan kiriman ayah kandungnya sendiri.“Hmm…, apakah Mama benar-benar berhasil menaklukkan Monster ini? Rasanya daripada menaklukkan, kok lebih terkesan seperti berbaikan ya? Aneh sekali!” batin Hafa yang terus memandangi sosok Bara dari sela-sela belakang ibunya itu.Ba
Setelah berpikir dengan matang dan perlahan-lahan menyimpulkan berbagai macam kemungkinan, Bara akhirnya memutuskan untuk tetap menyembunyikan wajah jeleknya itu.“Tidak perlu melepaskan ini, saya akan tetap memakainya. Silahkan Anda langsung foto saja kami berdua!” ucap Bara menghadap ke arah petugas wanita yang sebelumnya memberikan saran untuk melepaskan penutup wajahnya yang begitu misterius itu.Petugas wanita tersebut menatap Bara dengan ekspresi terkejut dan tak percaya sama sekali karena ini baru pertama kalinya dia melihat foto pasangan mempelai suami istri yang memakai masker dan kacamata hitam sebagai penutup wajahnya.“Hmm…. Aneh sekali suaminya Hana kali ini. S–sebentar! M–mungkinkah sosok pria ini lebih hebat daripada mantan suaminya sebelumnya sehingga perilakunya benar-benar begitu aneh dan tidak wajar sama sekali seperti ini?” batin petugas wanita itu menebak secara acak tanpa kejelasan yang pasti.Jawaban yang masih menjadi misteri hingga entah berapa lama nantinya.
Bara benar-benar sudah tidak tahan lagi ketika jarak antara petugas foto dengan dirinya sudah bisa dihitung kurang lebih hanya selangkah saja. Dia menatap ke arah petugas wanita itu dengan serius.Meski begitu, sorot matanya yang tertutup rapat oleh kacamata hitamnya tentu saja tidak mengintimidasi sedikit pun bagi petugas wanita yang memang dari tadi tidak memperhatikan Bara sama sekali seolah-olah pria itu tidak ada di sana sama sekali.“Orang aneh ini…! Apa yang sedang dia pikirkan sebenarnya, sih?! Mengapa terus saja memandangi istriku ini seperti tidak wajar sama sekali?!” batin Bara dengan tegas mencoba menghadang petugas wanita itu dengan menjulurkan tangan kanannya.Petugas wanita tersebut akhirnya menyadari sosok Bara yang ternyata sejak tadi berdiri tinggi menjulang tepat di samping Hana yang ditatapnya sejak awal kedatangan mereka berdua di sana.“Tolong kalau ada maksud yang ingin dikatakan, silahkan utarakan saja kepada saya!” ucap Bara dengan tegas tanpa basa-basi sediki
“Emm…. M–maafkan kami sebelumnya! Kami akan segera mengikuti prosedur selanjutnya!” ucap Hana dengan lirih sekali suaranya.“B–betul! K–kami akan segera pergi ke tempat selanjutnya! Mari istriku, kita pergi bersama!” ucap Bara berusaha melengkapi perkataan Hana.Keduanya pun lekas berdiri dari tempat duduknya sambil bergandengan tangan bersama-sama tanpa ada keraguan sedikit pun. Pasangan yang membuat semua orang iri itu pun akhirnya lekas beranjak pergi untuk melakukan sesi foto bersama.Semua petugas hanya bisa menghela napas panjang sambil ada yang menggelengkan kepalanya sebagai tanda pasrah membiarkan Hana dibawa pergi oleh suami barunya yaitu Bara dengan sukarela.“Tampaknya, takdir memang selalu berpihak kepada beberapa orang terpilih. Sayangnya, kita semua bukanlah orang yang terpilih itu!” ucap seorang petugas yang membuat semua petugas lainnya turut menghela napas sebagai bentuk persetujuan secara langsung.Bara dan Hana tentu saja tidak memperdulikan hal-hal semacam itu lag