Semua Bab Terjerat Cinta Suami Pengganti: Bab 131 - Bab 140

184 Bab

BAB 131

Zara duduk di ruang tamu keluarga Hendrawan, mengusap perutnya yang mulai membesar. Sudah beberapa hari sejak pemakaman Luna, tapi pikirannya masih dipenuhi oleh pria yang muncul hari itu. Arka. Kakak Luna yang tiba-tiba hadir dalam hidup mereka.Dia merasa ada yang janggal.Zara memang tidak begitu mengenal Luna secara pribadi, tapi dia tahu bahwa keluarga perempuan itu cukup terpandang. Seharusnya ada anggota keluarga yang datang di hari pemakamannya. Namun, yang muncul hanya Arka. Dan sekarang, pria itu tiba-tiba menjadi bagian dari kehidupannya lagi.Saat Rian masuk ke ruangan, Zara langsung menatapnya dengan penuh tanda tanya.“Kamu sudah menyelidiki Arka, kan?” tanyanya tanpa basa-basi.Rian terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Ya.”Zara mencondongkan tubuhnya ke depan, penasaran. “Dan? Siapa dia sebenarnya?”Rian menarik napas dalam. Dia tahu cepat atau lambat Zara pasti akan bertanya. “Arkana Rikovan… dia bukan orang asing bagiku,” katanya perlahan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

BAB 132

Hari itu, Zara mengatur pertemuan dengan Arka di sebuah kafe yang cukup tenang di pusat kota. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna biru muda, dengan mantel panjang untuk melindungi tubuhnya dari angin yang cukup dingin.Saat ia tiba, Arka sudah duduk di salah satu sudut kafe. Pria itu tampak rapi seperti biasa, mengenakan kemeja hitam yang dipadukan dengan jas abu-abu.“Zara,” sapa Arka dengan senyum tipis.Zara tersenyum kecil dan duduk di hadapannya. “Terima kasih sudah meluangkan waktu.”Arka mengangguk. “Tentu. Aku juga ingin berbicara denganmu.”Zara terdiam sejenak, memperhatikan ekspresi pria di depannya. Sekalipun Rian menyebutnya sebagai Riko, tidak ada jejak kebencian atau kesombongan di wajahnya saat ini.“Kamu mengenal Luna dengan baik, kan?” tanya Zara akhirnya.Arka menghela napas pelan. “Dia adikku. Tentu saja aku mengenalnya.”“Tapi kamu tidak datang saat pemakamannya.”Arka menatap Zara dengan mata yang dalam. “Karena aku tidak i
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

BAB 133

Di kamar, suasana terasa semakin tegang. Rian duduk di ujung ranjang, sementara Zara berdiri di dekat jendela, merenung, dengan pandangan kosong yang menembus keluar. Rian memerhatikan setiap gerakan Zara, menyadari betapa dalamnya pikiran istrinya, namun hatinya tetap kokoh dengan keputusan yang sudah diambil.“Zara, aku tahu kamu peduli pada Jerry,” suara Rian pecah, lembut namun penuh penekanan. “Tapi kita tidak bisa membiarkan perasaan itu mengaburkan kenyataan. Dia sudah melakukan banyak hal yang merusak hidup kita. Kita tidak bisa membiarkan dia melangkah bebas begitu saja.”Zara menoleh, menatap Rian dengan mata yang dipenuhi kebingungannya. “Tapi… Rian, dia juga manusia. Dia punya sisi baik, dan aku tahu itu. Aku ingin dia mendapatkan kesempatan untuk berubah.”Rian mendekat, bergeser dengan langkah pelan hingga berada di belakang Zara. Tangannya meraih tangan Zara, lembut namun tegas. “Aku mengerti perasaanmu, tapi ingat, ada batasnya. Aku tidak akan membiarkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

BAB 134

Ruangan meeting di lantai tertinggi Hendrawan Group dipenuhi atmosfer profesional. Cahaya matahari sore menembus kaca besar di belakang kursi utama, memberikan pemandangan kota yang sibuk di luar sana.Suara ketukan sepatu terdengar dari kejauhan, diselingi suara tongkat yang beradu dengan lantai marmer, menandakan kedatangan seseorang yang dinanti.Rian Hendrawan memasuki ruangan dengan langkah perlahan, masih bertumpu pada tongkat di tangannya. Meski belum sepenuhnya pulih, aura kepemimpinan yang kuat tetap terpancar darinya.Jas abu-abu gelap yang membalut tubuhnya menambah kesan wibawa yang tak terbantahkan. Di belakangnya, Sandi mengikuti dengan membawa beberapa dokumen penting."Sudah datang?" tanya Rian tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tablet yang menampilkan data perusahaan calon klien."Ya, Pak. Mereka sudah menunggu di dalam," jawab Sandi.Rian mengangguk ringan sebelum akhirnya mendorong pintu ruang meeting. Di dalam, duduk seorang pria pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

BAB 135

Setelah pertemuan itu berakhir, Rian tetap duduk di kursinya, merenungkan kata-kata terakhir Nadin. Cara wanita itu berbicara tidak hanya menunjukkan kepercayaan diri, tetapi juga seolah mengetahui lebih dari yang seharusnya.Sandi menutup laptopnya dan menyusun berkas-berkas yang berserakan di meja. “Kalau melihat dari gesturnya, sepertinya Nadin sudah melakukan riset cukup dalam tentang Anda,” katanya, memecah keheningan.Rian menatap lurus ke depan sebelum akhirnya meletakkan tongkatnya di samping meja. “Bukan hanya sekadar riset. Dia berbicara seperti seseorang yang ingin menguji aku,” gumamnya.Sandi mengerutkan dahi. “Apa mungkin dia punya maksud lain selain urusan bisnis?”Rian tidak langsung menjawab. Ia mengambil tablet di depannya dan mulai membuka beberapa data yang berkaitan dengan Wijaya Group. Ada sesuatu yang mengusiknya, sesuatu yang belum bisa ia pahami sepenuhnya.Setelah beberapa menit, ia menatap Sandi. “Lakukan penyelidikan lebih dalam tentang Nadin Wijaya. Latar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-11
Baca selengkapnya

BAB 136

Setelah pertemuan dengan Pak Wijaya beberapa hari yang lalu, Rian kembal bekerja dengan perasaan tak tenang. Proyek besar yang ia persiapkan dengan cermat kini terancam batal karena adanya pesaing yang menawarkan paket serupa dengan harga yang lebih kompetitif.Perasaan cemas mulai merayap, karena kehilangan proyek ini berarti kehilangan sebuah peluang besar, dan yang lebih buruk lagi, hubungan bisnis yang sudah terjalin dengan Wijaya Group bisa saja berakhir.Rian duduk di kursinya dan menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong, matanya melayang ke data-data yang menunjukkan betapa cepatnya pesaing baru ini berkembang. Perusahaan itu, Larasati Group, relatif baru, namun sudah bisa menarik perhatian banyak pihak.Meskipun baru, perusahaan ini berhasil menawarkan solusi yang lebih murah dan terkesan efisien. Semua ini seolah menjadi ancaman nyata bagi Hendrawan Group.Sandi yang sejak tadi duduk di kursi sebelah, menyadari bahwa Rian tampak lebih serius dari biasan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

BAB 137

Nama Siska Larasati terus berputar-putar di benak Rian. Wanita itu, yang pernah menjadi bagian dari masa lalunya, kini muncul kembali dalam hidupnya sebagai pesaing yang tak terduga. Ia tahu bahwa menghadapi Siska bukanlah perkara mudah, apalagi dengan latar belakang dan ambisinya yang sangat kuat.Rian duduk di kursinya, meraba kepala tongkat yang ada di samping meja, mencoba untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Namun, hatinya terus tergerus oleh sesuatu yang dirasakannya. Jika Siska berhasil merebut kontrak dari Wijaya Group, itu bisa menjadi pukulan berat bagi Hendrawan Group.“Pak, ada kabar baru,” suara Sandi menyadarkan Rian dari lamunannya. Sandi masuk ke ruangan dengan membawa sebuah berkas tebal. “Nadin Wijaya menghubungi kami beberapa jam yang lalu.”Rian menoleh, sedikit terkejut. “Nadin? Apa yang dia katakan?”Sandi meletakkan berkas itu di atas meja, membuka beberapa halaman dengan cepat. “Dia mengatakan bahwa tidak berniat bekerja sama dengan Larasati G
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

BAB 138

Zara duduk di ruang tamu yang luas, matanya terpaku pada layar ponsel yang tergeletak di atas meja kopi. Sudah beberapa kali ia mencoba menghubungi Rian, tetapi pesannya hanya terbaca tanpa ada balasan.Ia menatap kosong, memikirkan betapa jarangnya mereka berbicara belakangan ini. Suasana rumah yang seharusnya penuh kebahagiaan malah terasa hampa, seiring dengan semakin sibuknya Rian dengan pekerjaannya.Hamil delapan bulan membuatnya semakin emosional. Rasa lelah fisik dan mental mulai mengurasnya. Tidak hanya tubuhnya yang kian berat, tetapi juga hati yang mulai merasa kesepian. Zara sering kali merasa sendiri, meskipun Rian ada di rumah, namun pikirannya lebih terfokus pada pekerjaan dan segala urusan di luar sana.Pagi ini, ia bahkan merasa cemas ketika menyadari ada banyak hal yang harus dipersiapkan untuk kelahiran bayi mereka. Barang-barang yang harus dibeli, persiapan rumah, dan hal-hal lainnya yang harus ditangani bersama. Namun, Rian selalu tampak sibuk, lebih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

BAB 139

Satu minggu berlalu, namun tak ada kejelasan dari Rian bahwa dia akan mengajak Zara keluar. Dia sepertinya benar-benar melupakan janjinya pada Zara.Zara duduk di ruang tamu, menatap layar ponselnya yang menampilkan daftar perlengkapan bayi yang masih belum terbeli. Waktu terus berjalan, dan semakin mendekati hari kelahiran bayi mereka, namun Rian semakin sibuk. Dia tidak bisa terus menunggu, merasa tidak dihargai, dan akhirnya memutuskan untuk pergi sendiri.Dengan tas belanja di tangan, Zara melangkah keluar dari rumah. Keputusan untuk melakukannya sendiri sedikit membuatnya merasa lebih kuat, meski hati kecilnya tetap berharap Rian akan menyadari betapa pentingnya momen ini.Di toko perlengkapan bayi yang cukup besar, Zara mulai memilih barang-barang yang diperlukan. Seiring dengan berjalannya waktu, ia mulai merasa sedikit lebih tenang. Rasanya seperti kembali mengendalikan hidupnya, meskipun sendirian.Namun, saat ia tengah memeriksa rak pakaian bayi, langkahnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

BAB 140

Rian tampak memperhatikan wanita itu dengan senyum yang jarang terlihat, terutama dalam beberapa minggu terakhir ini. Zara menelan ludah, perasaan campur aduk muncul begitu saja.Seharusnya, ia tahu kalau Rian sering bekerja dengan banyak orang, tapi saat melihat mereka begitu dekat, sesuatu dalam dirinya terasa sangat berbeda.Tanpa sadar, Arka yang masih berdiri di sampingnya menyadari arah pandangan Zara. “Zara?” Arka bertanya pelan, mengikuti arah pandangannya.Zara mengalihkan pandangannya dengan cepat. “Itu... itu Rian,” kata Zara terbata, mencoba terdengar biasa saja meskipun perasaannya kacau. “Dia... sedang berbicara dengan seseorang.”Arka menatapnya dengan seksama. “Iya, aku lihat. Sepertinya mereka cukup akrab.”Zara tersenyum kecil, mencoba menutupi kecemasannya, tetapi ada perasaan tak enak yang mulai merayap di dadanya.“Ya, aku kira hanya urusan pekerjaan,” jawabnya pelan, berharap perasaan cemas itu segera hilang.Namun, di dalam hatinya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
19
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status