หน้าหลัก / Rumah Tangga / Ketika Istriku Balik Melawan / บทที่ 51 - บทที่ 60

บททั้งหมดของ Ketika Istriku Balik Melawan : บทที่ 51 - บทที่ 60

86

Bab 51 Posisi Terancam

Presentasi dimulai dengan proyektor yang menampilkan slide pertama. Bima berdiri di depan layar, tangannya menggenggam pointer dengan erat. Dia berusaha berbicara dengan nada percaya diri, tetapi ada rasa gelisah yang terpancar dari matanya. Sesekali dia melirik ke arah Reza, yang duduk di kursi utama dengan ekspresi tenang."Seperti yang Anda lihat," Bima memulai. “Proyek ini dirancang untuk memberikan keuntungan jangka panjang melalui pendekatan inovatif dalam pengelolaan properti,"Penjelasan Bima terdengar lancar, tapi pikirannya terpecah. Fakta bahwa Reza adalah CEO perusahaan besar yang selama ini dia puja di depan keluarganya benar-benar seperti pukulan telak.Reza tetap diam, hanya menatap presentasi di depan matanya. Ekspresi wajahnya sulit ditebak, tetapi tatapan matanya tajam. Di sisi lain, Bima mulai kehilangan fokus. Dia beberapa kali mengulang poin yang sama, membuat beberapa anggota timnya melirik bingung."Apakah Anda memiliki proyeksi rinci untuk lima tahun ke depan?"
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-23
อ่านเพิ่มเติม

Bab 52 Tidak Menghargaimu

Bima masuk ke rumah dengan langkah berat. Dengan wajah penuh amarah, dia melempar jasnya ke lantai. Tas kerjanya dilempar ke arah meja, tapi malah meluncur ke lantai dengan suara gedebuk yang nyaring.Bima menghempaskan tubuh ke sofa dan tangannya mencengkeram rambut frustrasi."Sialan!" umpatnya dengan suara keras, memecah keheningan ruang tamu. “Berani-beraninya dia mengancamku!” Pikirannya terus dipenuhi bayangan Reza dan kata-kata tajam yang dilontarkan di ruang rapat tadi."Reza sialan!" teriaknya lagi, kali ini lebih keras. Tangan Bima meraih bantal sofa dan melemparkannya ke meja. Bantal itu jatuh ke lantai, tapi Bima tidak peduli.Setelah dia berhasil mengatur napasnya, Bima mulai menyadari ada sesuatu yang ganjil di rumahnya. Rumah itu begitu kosong, tidak ada tanda-tanda keberadaan Nina.“Nin? Nina?” teriak Bima, memanggil Nina.Tapi tidak ada respon. Kemudian Bima berusaha mengingat kembali, dan memang tidak ada mobil Nina di halaman depan.Bima mendengus kesal, lantas bang
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-23
อ่านเพิ่มเติม

Bab 53 Penuh Kegagalan

Suasana sekitar mereka yang semula ceria kini terasa lebih serius, lebih mendalam. Reza menatap Maya dengan tatapan dalam, seolah siap untuk menceritakan sebuah rahasia besar."Ada sesuatu yang harus aku ceritakan padamu. Sesuatu yang mungkin akan mengejutkanmu," ucap Reza.“Apa itu?” Bahkan suara Maya tercekat. Reza menarik napas panjang. "Sebenarnya, aku bukan hanya CEO seperti yang kamu pikirkan. Aku ... dulunya hanya anak magang di perusahaan milik ayahmu, Rizal Alendra,"Maya terkejut mendengar pengakuan itu. "Apa?" tanyanya dengan suara agak tercekat. "Kamu ... anak magang di perusahaan ayahku?"Reza mengangguk pelan. "Iya. Dulu aku cuma anak magang yang bekerja keras, tidak pernah terbayangkan bisa sampai di posisi sekarang. Tapi ayahmu, Pak Rizal, dia orang yang baik. Dia yang banyak membantuku, memberi aku kesempatan untuk berkembang. Aku tidak akan bisa sampai sejauh ini tanpa bantuannya,"Maya terdiam. Perasaannya campur aduk."Jadi, kamu sebenarnya … ?""Ya,” potong Reza.
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-24
อ่านเพิ่มเติม

Bab 54 Jejak Kesepian

"Apa yang harus saya lakukan sekarang, Pak? Bagaimana langkah pertama saya?" tanya Maya pada Pak Surya dengan mata berkaca-kaca. Dia terus memandangi gedung tua nan besar itu."Langkah pertama, Anda harus percaya pada diri sendiri, Nona,” Pak Surya justru lebih optimis. “Dan secara teknis, kita bisa mulai dengan merenovasi gedung ini. Sudah lama saya menjaga properti ini agar tetap bertahan, tetapi sekarang saatnya memberikan sentuhan baru. Saya punya beberapa rancangan yang dulu pernah didiskusikan dengan Pak Rizal. Saya akan menunjukkannya pada Anda nanti,""Renovasi gedung? Itu pasti membutuhkan banyak modal. Saya bahkan belum tahu harus mulai dari mana soal dana," Suara Maya meninggi. Tapi di satu sisi, Pak Surya justru tersenyum. "Pak Rizal juga sudah memikirkan itu. Selain properti ini, beliau juga meninggalkan sejumlah dana cadangan untuk Anda, meskipun tidak terlalu besar. Beliau tahu Anda bisa mengembangkannya. Dan saya percaya, dengan kerja keras Anda, dana itu cukup untuk
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-24
อ่านเพิ่มเติม

Bab 55 Di Atas Kita

“Siapa?” tanya Femil berbisik.Nina putar badan. Wajahnya masih pucat. Hingga dia membeku, tidak tahu harus berbuat apa.“Siapa?” ulang Femil. Kali ini dia sambil mengguncang bahu Nina.Nina terperanjat. “Ibu mertuaku,” Dengan cepat, Nina menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya. Dia merapikan rambut dan memastikan wajahnya tidak menunjukkan kegugupan apa pun. Setelah merasa siap, dia membuka pintu.“Ibu?” tegur Nina, berusaha tersenyum.Namun Sulastri tidak membalas senyum Nina. Dia justru melirik ke arah Femil, dengan tatapan curiga.“Siapa pria ini, Nina? Aku tidak pernah melihat dia sebelumnya,” tanya Sulastri terus terang.Nina menegakkan tubuh dan mencoba tersenyum meskipun tangannya sedikit gemetar."Oh, Bu, ini ... ini Femil. Dia adik saya," jawab Nina.“Adik?” Sulastri sedikit memiringkan kepalanya.Tak butuh waktu lama, Femil segera menjabat tangan Sulastri. “Kalau begitu, saya pulang dulu. Karena Kak Nina sudah ada yang menemani,” ucap Femil. Dia begitu tenang, berb
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 56 Pernah Mencintai

Keesokan paginya, Bima tiba di rumah. Jasnya sudah dilepas sejak di mobil dan dasinya digantung longgar di leher. Dia membuka pintu dan langsung melihat pemandangan yang membuatnya tertegun. Rumah yang biasanya rapi kini berantakan. Barang-barang berserakan di meja dan ada beberapa kantong belanja yang masih tergeletak di lantai.Dari arah dapur, Nina muncul dengan wajah kusut. Dia mengenakan baju santai, rambutnya diikat asal. Dia berjalan mendekat sambil membawa cangkir kopi. Lalu duduk di sofa tanpa sedikit pun menyambut Bima."Apa-apaan ini? Rumah kok kayak kapal pecah begini?" omel Bima."Ya, namanya juga rumah, Sayang. Kan wajar kalau berantakan," balas Nina tak peduli.Bima mengerutkan kening, berjalan melewati barang-barang yang berserakan sambil memunguti beberapa kantong belanja.“Apa yang kamu lakukan seharian sampai rumah bisa berantakan seperti ini?"Nina meneguk kopi santai, lalu menaruh cangkirnya di meja. "Aku tuh capek. Seharian kemarin mengurus rumah sendirian, belum
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 57 Berhak untuk Bahagia

Ruangan acara Alendra Group tampak hidup dengan suasana penuh kehangatan. Tidak seperti pesta perusahaan pada umumnya, pesta ini kecil. Hanya dihadiri oleh orang-orang yang benar-benar dekat dengan Maya.Maya berdiri di tengah ruangan dengan senyum lebar. Dia mengenakan gaun sederhana berwarna putih krem, begitu anggun malam ini. Dalam sekejap, dia tidak lagi menjadi Maya yang dulu. Kini, dia adalah CEO Alendra Group, penerus sah dari perusahaan mendiang ayahnya, Rizal Alendra.Reza mendekati Maya dengan senyum lebar, membawa segelas minuman. “Aku masih tidak menyangka kamu berhasil melewati semuanya, May. Alendra Group sudah kembali dan punya pemimpin yang tepat,"Maya tersenyum kecil, menatap Reza dengan mata berbinar. “Semua ini tidak akan terjadi tanpa bantuanmu, Za. Kamu yang selalu percaya padaku, bahkan saat aku sendiri sempat ragu,"Pak Surya, yang duduk di sudut ruangan, tersenyum bangga melihat Maya. Sebagai mantan tangan kanan ayah Maya, dia merasa seolah melihat Rizal Alen
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-25
อ่านเพิ่มเติม

Bab 58 Memanipulasi Keadaan

Bima berdiri di kejauhan, tepat di area parkir kantor Alendra Group. Tangannya menggenggam erat setir mobil. Sementara tatapannya terpaku ke arah jendela besar di lantai dua, tempat pesta kecil itu berlangsung. Di sana, dia melihat Maya tersenyum lebar. Dikelilingi oleh orang-orang yang tampak begitu tulus menyayangi dan mendukungnya.Namun, pandangan Bima tertuju pada satu hal yang membuat dadanya terasa sesak—Reza dan kedua orang tuanya berdiri dekat dengan Maya. Terlihat jelas bagaimana Maya berbicara dengan ibu Reza, yang sesekali memegang tangan Maya dengan hangat. Tawa kecil mereka menggema meski tidak terdengar dari tempat Bima berdiri.“Maya … kamu terlihat bahagia sekarang,” gumam Bima pada dirinya sendiri.Dia menunduk sejenak, mengingat semua kenangan bersama Maya. Bagaimana dia dulu selalu meremehkan keberadaan Maya. Sementara sekarang, Maya terlihat seperti menemukan keluarga baru. Sesuatu yang tidak pernah dia berikan sebelumnya.Bima menyandarkan punggungnya ke kursi mo
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-26
อ่านเพิ่มเติม

Bab 59 Kerjasama

Esok harinya, Bima berdiri di depan sebuah butik mewah dengan papan nama bertuliskan "Viona Atelier". Bima menghela napas panjang sebelum melangkah masuk. Saat pintu terbuka, lonceng kecil berbunyi. Dan seorang karyawan wanita menyambutnya."Selamat datang di Viona Atelier. Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya si karyawan."Saya mencari Viona. Dia ada di sini?" Pandangan Bima menelusuri sekeliling."Tentu, Pak. Silakan tunggu sebentar. Saya akan memanggil beliau," Karyawan itu menunjukkan tempat duduk pada Bima.Bima pilih berdiri di dekat rak gaun, memperhatikan interior butik yang dipenuhi kain-kain berkualitas tinggi. Tidak lama kemudian, Viona muncul dari ruang belakang. Wanita itu tampak begitu menawan, namun juga dingin di satu waktu."Selamat siang, Bima,” sapa Viona sambil tersenyum. “Saya tahu Anda akan datang. Silahkan, ikut saya ke ruangan saya,"Tanpa menunggu jawaban, Viona berbalik dan berjalan ke arah sebuah pintu di belakang butik. Bima mengikuti, merasa sedikit cangg
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-26
อ่านเพิ่มเติม

Bab 60 Tidak Tergantikan

Nina sedang berbaring di sofa, wajahnya pucat. Dia merintih pelan sambil memegangi perutnya. Beberapa jam terakhir, rasa sakitnya semakin menjadi. Pertanda bahwa waktu melahirkan sudah dekat. Sulastri yang datang menemani Nina, tampak cemas sambil mondar-mandir di ruang tamu.“Bima! Di mana anak itu? Kenapa dia belum pulang? Seharusnya dia ada di sini, menjaga istrinya!” omel Sulastri, mulai panik.Saat itu, sebuah ketukan keras terdengar di pintu depan rumah. Sulastri segera membuka pintu. Dia mendapati seorang kurir berdiri sambil membawa amplop cokelat besar dengan segel resmi dari pengadilan.Sulastri mengambil surat itu dengan raut wajah bingung. Dia membaca nama pengirimnya dan langsung terkejut.“Pengadilan ... apa ini?”
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-27
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
456789
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status