Home / Rumah Tangga / Ketika Istriku Balik Melawan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Ketika Istriku Balik Melawan : Chapter 31 - Chapter 40

86 Chapters

Bab 31 Berjanji

Nina merespons dengan antusias. Ini adalah sesuatu yang sangat dia tunggu-tunggu. Apalagi Bima sendiri yang datang menemuinya, haus akan belaiannya. Mereka tenggelam dalam permainan yang begitu panas. Sesekali Nina memekik kenikmatan ketika Bima mulai memainkan titik sensitifnya.Setelah semuanya usai, Nina bersandar di dada Bima sambil memainkan jemarinya di pundak pria itu."Bima, kamu tahu aku selalu ada untukmu, kan? Apa pun yang kamu butuhkan, aku bisa memberikannya," bisik Nina dengan suara manja.Bima tidak langsung merespons. Wajahnya tetap terlihat keras, matanya memandang lurus ke depan seakan pikirannya berada di tempat lain.Setelah keheningan panjang, Nina beringsut dari pelukan Bima. Matanya menatap wajah pria itu dengan penuh harap. Dia mengira, mungkin setelah permainan yang baru saja terjadi, Bima akan mengucapkan sesuatu yang menunjukkan bahwa dia menginginkan Nina. Tapi nyatanya Bima membisu.Bima tiba-tiba duduk di tepi ranjang, meraih bajunya dengan gerakan terges
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 32 Musuhmu

Bima duduk di dalam mobilnya yang terparkir di sudut jalan, cukup jauh dari gerbang utama kantor Reza. Namun dia masih bisa dengan jelas mengawasi pintu masuk kantor itu. Sejak pagi buta, dia sudah ada di sana. Menunggu dengan gelisah. Matanya terus memperhatikan setiap mobil atau taksi yang berhenti di depan gedung, berharap melihat sosok Maya turun.Kepalanya bersandar pada kursi, namun pikirannya tidak tenang. Wajah Bima menunjukkan kelelahan akibat kurang tidur. Dalam hatinya, rasa marah, frustasi, dan ketakutan bercampur menjadi satu. Dia tahu Maya tidak akan kembali ke rumah, apalagi setelah pertengkaran terakhir mereka. Tapi Bima juga tahu, dia tidak bisa membiarkan Maya pergi begitu saja.Tepat ketika dia hampir menyerah, sebuah mobil berhenti di depan gedung. Bima tahu persis itu mobil milik Maya. Dari sana turun Maya dengan penampilan yang berbeda dari yang biasa dia kenal.Bima membelalakkan mata, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Rambut Maya yang dulu selalu terger
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 33 Memberi Kepastian

Saat Bima membuka pintu mobil, ponselnya berdering. Nama Nina muncul di layar, membuat alisnya terangkat. Awalnya Bima ragu untuk mengangkat, tetapi bunyi dering itu seolah memaksanya.“Ada apa?” tanya Bima dengan nada kesal.“Aku butuh bicara. Ini penting,” Suara Nina terdengar parau.Bima menghela napas panjang. “Aku tidak bisa. Aku baru saja—”“Aku di kafe biasa. Kalau kamu peduli padaku dan anak kita, kamu akan datang sekarang,” potong Nina.Kata-kata itu membuat Bima terdiam sejenak. Frustasi bercampur rasa bersalah menghantui pikirannya. Bima menutup telepon dan melemparkan ponselnya ke kursi penumpang. Dengan perasaan dilema, dia menyalakan mesin mobil dan melaju menuju kafe tempat Nina menunggu.***Setibanya di kafe, Bima menemukan Nina duduk di sudut ruangan. Wajah Nina terlihat lebih pucat dari biasanya, tapi ada senyuman kecil yang dia berikan saat melihat Bima mendekat.“Kamu datang juga,” kata Nina pelan.Bima duduk di hadapannya tanpa membalas senyuman itu. “Jadi, apa y
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 34 Merebut Perhatian

"Kamu pikirkan saja apa yang lebih penting sekarang,” Sulastri duduk di samping Bima. Begitu dekat, seakan tidak ingin orang lain dengar. “Masa depan anakmu atau apa kata orang? Maya tetap istri sahmu di mata hukum, jadi warisan itu tetap aman. Tapi Nina harus kamu jaga, karena dia mengandung darah dagingmu," terang Sulastri.“Maya sudah pergi dari rumah, dan dia pasti tidak akan terima kalau tahu aku menikah lagi. Walaupun secara siri," balas Bima dengan nada frustrasi.Sulastri mendesah panjang. Dia melirik Bima sedikit kesal. "Kamu itu laki-laki, Bima. Kamu harus bisa mengatur semuanya,” tuntutnya. Maya sudah mendapatkan semua dari kamu. Rumah, kehormatan, status … ““Rumah itu rumah peninggalan orang tua Maya,” potong Bima cepat. “Mama lupa?”Sulastri mengedipkan mata cepat. Lalu menggeleng. “Tapi Nina memberikan sesuatu yang lebih berharga! Yaitu anak. Kalau kamu sampai kehilangan anak ini, itu kesalahanmu sendiri,”Bima diam, menatap kosong ke lantai. Di dalam hati dia tahu apap
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 35 Menjadi Milikku

Pagi itu, Nina bangun lebih awal dari biasanya. Waktu masih menunjukkan pukul empat subuh, dan rumah keluarga Harjono masih terlelap dalam keheningan. Nina melangkah pelan keluar dari kamar tamu, memastikan tidak ada yang mendengar derap langkahnya. Dia menatap sejenak ke arah pintu kamar-kamar lain, lalu tersenyum puas sebelum mengambil ponsel. Dengan hati-hati, dia membuka aplikasi pemesanan makanan online.Nina memesan berbagai hidangan mewah untuk sarapan pagi itu—nasi uduk lengkap, bubur ayam, serta aneka kue basah seperti pastel dan risoles. Tak lupa dia menambahkan jus buah segar dan kopi untuk melengkapi hidangan. Setelah memastikan pesanan selesai, Nina kembali ke kamar tamu dan menunggu dengan sabar hingga kurir tiba.***"Ada apa ini?" tanya Harjono dengan alis terangkat ketika dia tiba di ruang makan.Dia dan keluarganya tertegun. Meja makan sudah tertata rapi dengan berbagai hidangan. Di tengah semua itu, Nina berdiri sambil sibuk menuangkan jus ke gelas-gelas kaca. Rambu
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 36 Terlihat Ketakutan

“Aku sudah memikirkan ini sejak lama, Han,” ujar Maya, mengaduk teh hijau di depannya perlahan. “Aku ingin memulai bisnis kecil-kecilan. Sesuatu yang bisa aku jalankan sendiri, tanpa campur tangan siapa pun,”Hana mengangkat alis, lalu tersenyum tipis. “Kamu serius? Pasti butuh banyak waktu dan tenaga,”Maya mengangguk mantap. “Aku serius. Setelah apa yang terjadi, aku sadar aku harus lebih mandiri,” jawabnya. “Kalau aku bisa sukses dengan caraku sendiri, itu akan jadi pembalasan terbaik,”Hana menghela napas pendek, lalu tersenyum lebar. “Jadi, apa rencananya? Bisnis seperti apa yang kamu pikirkan?”Maya mengambil napas dalam, mencoba menyusun kata-katanya. “Aku ingin mulai dari yang sederhana. Mungkin toko online dulu. Fokus ke produk seperti kerajinan tangan lokal atau produk ramah lingkungan. Aku mau sesuatu yang tidak hanya menghasilkan uang, tapi juga memberi dampak positif,”“Itu ide bagus, May,” timpal Hana dengan mata berbinar. “Aku tahu beberapa pengrajin lokal yang mungkin
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 37 Urusan Rumah Tangga

Reza bangkit berdiri lalu menjabat tangan Raka. "Saya Reza, teman Maya sekaligus atasannya di kantor,” Tatapannya lurus, sama sekali tidak goyah. Raka tampak canggung, tetapi akhirnya ikut menjabat tangan Reza. "Saya Raka, adik iparnya,"Maya segera menyela. "Mantan ipar, Raka," ralatnya.“Oh ya?” Raka menautkan alis. “Aku tidak ingat kamu sudah bercerai dari Mas Bima, Kak,”"Selamat menikmati makan malammu, Raka,” Maya buru-buru mengubah topik.Raka tampak ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi akhirnya hanya mengangguk kecil dan kembali ke meja rekan-rekannya.Setelah memastikan Raka benar-benar pergi, Reza menoleh ke arah Maya. Tampak wa
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 38 Kesal Setengah Mati

Maya berdiri di antara mereka, wajahnya pucat. “Jangan buat keributan di sini, Bim! Sebaiknya kamu pergi,”Bima menunjuk Maya dengan jarinya, ekspresinya penuh amarah. “Kamu pikir, kamu bisa sembunyi dariku? Aku akan mencarimu kemanapun, bahkan ke sudut paling ujung bumi ini!” bentaknya. “Kamu tetap istriku yang sah!”“Istri?” Hati Maya terasa amat sakit. Dia teringat akan kemesraan Bima dan Nina tempo hari di rumahnya. “Kamu asyik bersama wanita lain dan kamu menyebutku istri?”Reza melangkah maju, melindungi Maya dari Bima. "Cukup! Kalau kamu terus ganggu Maya, aku tidak akan tinggal diam!”“Apa yang akan kau lakukan, hah!” tantang Bima. Dia tersenyum sinis. “Aku tahu, kau punya maksud
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 39 Usaha Nina

Maya berdiri di depan pintu tokonya yang baru saja selesai dihias dengan cantik. Spanduk bertuliskan nama tokonya melambai lembut terkena angin. Akhirnya setelah hampir seminggu berkutat dengan pembukaan toko, hari ini semua terealisasi."Akhirnya," Maya berbisik sambil menatap papan nama toko dengan mata yang berkaca-kaca.Reza dan Hana datang beberapa menit kemudian. Membawa kotak-kotak kecil yang ternyata berisi peralatan tambahan untuk toko."Selamat, Maya,” kata Reza sambil menyerahkan kotak pada salah satu pegawai.“Kamu benar-benar luar biasa, May," Hana menimpali, memeluk Maya erat. "Ada yang perlu kita bantu?""Terima kasih sudah datang,” balas Maya. “Aku cuma butuh bantuan untuk menata beberapa barang dan menyiapkan area kasir," jawab Maya, tersenyum.Ketiganya langsung sibuk membantu mengatur interior toko. Hana dengan cekatan menata barang-barang di rak, sementara Reza membantu menyusun meja kasir dan memastikan semua peralatan elektronik bekerja dengan baik.Beberapa pela
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 40 Di Atas Kertas

Maya tiba di rumah Bima. Tangannya menggenggam map berisi surat gugatan cerai yang sudah dia siapkan matang bersama pengacaranya. Setelah kabar pernikahan Bima dan Nina beredar, Maya memutuskan untuk mengambil keputusan ini. Saat pintu rumah terbuka, Bima muncul di ambang pintu dengan ekspresi kaget. “M-Maya?” Namun dia langsung berusaha menguasai diri. “Ada apa datang kemari?”Maya mengeluarkan map dari tasnya dan menyerahkan map itu pada Bima. "Ini surat gugatan cerai. Aku sudah menandatanganinya. Aku hanya perlu tanda tanganmu,"Mata Bima membulat. "Cerai? Kamu bercanda, kan?”Maya mengangkat dagunya. “Apa pernikahanmu juga hanya bercanda? Pernikahanmu dengan Nina,”Bima terkesiap. “Darimana kamu tahu soal itu?”“Jangan konyol, Bim!” seru Maya. “Pernikahan itu bukan aib, dan sudah sepantasnya semua orang tahu!”Bima tertawa sinis. "Kamu pikir kamu bisa hidup tanpa aku?”Maya balas tertawa. Bahkan sedikit lebih keras. "Kamu lupa, Bima. Semua ini, termasuk rumah yang kamu tinggali s
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more
PREV
1234569
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status