Beranda / Fantasi / Lembah Kaisar Takdir / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Lembah Kaisar Takdir : Bab 91 - Bab 100

109 Bab

Bab 91: Dalam Cengkeraman Kegelapan

Kegelapan itu begitu pekat, seolah-olah tidak ada lagi cahaya di dunia ini. Liu Feng tidak bisa melihat apa-apa, bahkan tidak bisa merasakan pijakan di bawah kakinya. Suara angin berputar yang sebelumnya memekakkan telinga kini menghilang, digantikan oleh keheningan yang menyeramkan.Dia mencoba melangkah, tetapi tubuhnya terasa seperti mengapung di udara. "Apa ini?" gumam Liu Feng, mencoba mengendalikan napasnya yang mulai memburu. "Di mana aku sebenarnya?"Tiba-tiba, suara berat yang sudah dikenalnya menggema dari kegelapan. "Kau sekarang berada di tempat di mana hanya jiwa yang bertahan," kata suara itu, menggema di segala arah. "Tidak ada jalan keluar, kecuali kau mampu menemukan keberanian sejati di dalam hatimu."Liu Feng mengepalkan tangannya, merasakan denyut jantungnya yang semakin cepat. "Keberanian sejati?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Apa maksudnya?"Tiba-tiba, cahaya kecil muncul di kejauhan, seperti bintang yang bersinar di tengah malam tanpa akhir. Cahaya itu tampak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Bab 92: Duel di Ujung Takdir

Hembusan angin kencang yang membawa debu dan kegelapan melingkupi padang luas tempat Liu Feng berdiri. Di hadapannya, naga hitam raksasa itu berdiri gagah, memancarkan aura yang mampu membuat makhluk mana pun gemetar ketakutan. Matanya, yang berkilauan seperti bara api, mengunci pandangannya pada Liu Feng, seolah-olah menilai seberapa besar tekad pemuda itu.“Manusia bodoh,” suara naga itu menggema, mengguncang tanah di bawah kaki Liu Feng. “Kau berpikir bisa melawan kekuatan yang melampaui pemahamanmu? Kematian adalah satu-satunya takdirmu.”Namun, Liu Feng tidak bergeming. Ia menggenggam pedangnya erat, memusatkan seluruh kekuatan dan energinya ke dalam satu tujuan: bertahan hidup dan melangkah maju. Cahaya redup yang memancar dari pedangnya tampak seperti lilin kecil di tengah badai, tetapi tekad di matanya membakar lebih terang dari apa pun.“Aku tidak peduli seberapa kuat kau,” jawab Liu Feng, suaranya penuh keberanian meski tubuhnya bergetar. “Selama aku masih berdiri, aku tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 93: Api Kebenaran yang Tidak Padam

Di tengah kehancuran yang menggema, Liu Feng berdiri tegak, meskipun tubuhnya telah dihujani luka. Pedangnya, yang kini bercahaya lebih terang daripada sebelumnya, menjadi satu-satunya tanda keberadaan harapan di tengah kegelapan yang menelan segalanya.Di seberangnya, bayangan itu tampak tidak tergoyahkan. Mata gelapnya menyala seperti bara api neraka, memandang Liu Feng seolah-olah ia hanyalah seorang serdadu kecil di medan perang yang sudah kalah sejak awal."Masih ingin melanjutkan ini, Liu Feng?" Bayangan itu berbicara dengan nada yang penuh ejekan. "Ketahananmu mengagumkan, tapi sia-sia. Takdir tidak akan berubah hanya karena keberanianmu."Liu Feng menghapus darah di sudut bibirnya dengan punggung tangan. Napasnya berat, tetapi tekad di matanya tidak goyah. "Takdir adalah pilihan," ujarnya dengan tegas. "Dan aku telah memilih untuk tidak tunduk pada kegelapanmu."Bayangan itu tertawa dingin. "Pilihanmu adalah ilusi. Aku adalah akhir dari segalanya. Aku adalah yang tak terhindar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 94: Cahaya di Tengah Kegelapan

Kegelapan itu begitu pekat, menelan seluruh arena seperti tirai malam tanpa akhir. Tidak ada suara, tidak ada cahaya, hanya keheningan yang menusuk dan perasaan tertahan yang mencekam semua orang yang menyaksikannya. Bai Lin menatap dengan mata membelalak, napasnya tercekat seolah-olah kegelapan itu tidak hanya melahap Liu Feng, tetapi juga harapan mereka."Liu Feng!" teriaknya putus asa, suaranya menggema ke arah kehampaan. Namun, tidak ada jawaban.Sementara itu, di dalam tirai kegelapan, Liu Feng berdiri di tengah kehampaan yang menyesakkan. Bayangan gelap itu melingkupinya seperti arus deras yang berputar-putar, mencoba menembus setiap lapisan pertahanannya. Tapi meski tubuhnya lemah, hatinya tetap kukuh. Ia menatap kosong ke depan, mencari secercah cahaya di tengah lautan gelap yang tampaknya tanpa akhir.“Apakah kau merasa lelah, Liu Feng?” suara bayangan itu muncul, menggema dari segala arah. “Ini adalah takdirmu. Kegelapan adalah akhir yang tidak bisa kau hindari. Kau hanya pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 95: Kebangkitan Harapan

Medan perang yang gelap gulita kini dipenuhi aura mencekam. Langit merah darah masih berputar, seolah-olah dimensi itu sendiri sedang berteriak dalam penderitaan. Sosok kegelapan raksasa berdiri dengan angkuhnya, menatap Liu Feng, Bai Lin, dan pasukan kecil mereka dengan penuh penghinaan.Namun, di tengah kehancuran itu, secercah harapan perlahan menyala. Cahaya dari pedang Bai Lin memancar semakin terang, seakan menantang kegelapan yang mendominasi. Liu Feng memandang cahaya itu dengan pandangan penuh tekad, menyadari bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk mengubah keadaan."Semua orang, dengarkan aku!" seru Liu Feng, suaranya bergema di antara deru angin dan gemuruh tanah yang retak. "Kegelapan ini hanya bisa dihentikan jika kita bersatu. Jangan biarkan rasa takut menguasai kalian!"Yao Mei melangkah maju, matanya bersinar dengan keberanian. "Kami akan mengikutimu, Liu Feng. Apa pun yang terjadi, kami akan melawan hingga akhir."Pasukan kecil itu, meskipun tampak kele
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 96: Kembali ke Awal

Langit di atas medan perang tampak retak seperti kaca yang hendak pecah. Cahaya yang dahulu menjadi sekutu tampak berjuang keras untuk menembus lapisan kegelapan yang semakin tebal. Di tengah kehancuran, Liu Feng berdiri dengan napas terengah-engah. Tubuhnya dipenuhi luka, namun matanya masih menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan.“Aku tidak akan membiarkan ini berakhir di sini,” gumamnya sambil menggenggam pedangnya lebih erat.Di hadapannya, makhluk raksasa yang baru muncul itu menatapnya dengan senyum mengejek. Duri-duri tajam di tubuhnya memancarkan kilauan beracun, sementara raungan dalam yang keluar dari dadanya terdengar seperti guntur yang bergulung."Apa yang kau harapkan, manusia lemah?" ejeknya, suaranya menggema di seluruh medan perang. "Kalian hanya serangga yang mencoba melawan badai."Namun, di balik ancaman itu, Liu Feng merasakan sesuatu yang aneh. Meskipun makhluk itu terlihat jauh lebih kuat dari yang sebelumnya, ada sesuatu yang goyah dalam auranya. Seolah-olah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 97: Janji di Bawah Langit Kelam

Medan perang yang kelam kini dipenuhi dengan gemuruh langkah ribuan pasukan bayangan yang mendekat. Seolah-olah bumi sendiri bergemuruh oleh beban mereka. Liu Feng berdiri tegak, tubuhnya diterangi oleh sinar kekuatan yang baru ia dapatkan. Pedangnya memancarkan cahaya emas yang tajam, namun bahkan cahaya itu tampak kecil di tengah gelombang kegelapan yang mendekat.Bai Lin dan Yao Mei berdiri di sisi Liu Feng, meskipun luka-luka mereka belum sepenuhnya pulih. Tatapan mereka mencerminkan keteguhan hati, meskipun kekhawatiran terlihat jelas."Liu Feng," Yao Mei berbisik dengan nada cemas, "mereka terlalu banyak. Kita tidak mungkin bisa mengalahkan mereka semua."Liu Feng tidak menjawab, matanya terpaku pada pasukan bayangan yang semakin mendekat. Ia tahu bahwa ini adalah ujian yang melampaui kekuatan fisik. Ini adalah ujian tekad, keberanian, dan pengorbanan."Aku tidak akan menyerah," jawab Liu Feng akhirnya, suaranya penuh dengan keyakinan. "Jika mereka ingin menghancurkan dunia ini,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Bab 98: Kebangkitan Harapan Baru

Kehancuran yang menyelimuti tanah itu perlahan menyisakan keheningan yang mencekam. Sisa-sisa medan perang hanya berupa puing-puing dan debu yang beterbangan di bawah langit malam yang penuh bintang. Bai Lin berdiri di tengah kekosongan itu, tubuhnya gemetar dan tatapannya terpaku pada tempat terakhir Liu Feng menghilang. Di sisi lain, Yao Mei menunduk, tangannya mengepal erat seolah berusaha menahan ledakan emosi yang siap meletup."Liu Feng... kau benar-benar..." Bai Lin berhenti, suaranya tercekat. Ia tidak sanggup mengucapkan kata-kata itu, karena hatinya menolak untuk menerima kenyataan.Namun, di tengah keheningan itu, angin berhembus pelan, membawa aroma yang asing namun menenangkan. Dalam hembusan itu, seolah-olah ada suara lembut yang berbisik. Bai Lin dan Yao Mei saling memandang, keduanya merasakan hal yang sama—kehadiran Liu Feng masih ada di sekitar mereka, meskipun tubuhnya telah lenyap.Yao Mei akhirnya memecah keheningan. "Dia tidak benar-benar pergi," katanya dengan s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Bab 99: Bayangan Tak Berujung

Langit kembali gelap. Tidak ada bulan, tidak ada bintang, hanya kehampaan pekat yang meliputi seluruh medan perang. Bai Lin dan Yao Mei berdiri di tengah kehancuran, tubuh mereka masih bergetar oleh kekuatan yang baru saja mereka terima dari simbol bercahaya. Namun, kekuatan itu terasa seperti bayangan kecil dibandingkan dengan ancaman besar yang mulai bergerak di sekitar mereka. Dari kejauhan, suara langkah kaki berat bergema, menggetarkan tanah yang retak. Setiap langkah terdengar seperti dentuman palu raksasa yang menghantam dunia. Yao Mei menoleh, napasnya tersengal-sengal. "Bai Lin, kau mendengar itu?" Bai Lin mengangguk, tangannya dengan refleks menggenggam pedangnya lebih erat. "Aku mendengar. Ini belum berakhir." Kabut hitam yang mulai berkumpul di cakrawala terasa hidup. Itu bukan kabut biasa—ia seperti makhluk yang bernafas, bergerak dengan tujuan tertentu. Dari dalamnya, mata merah besar mulai bermunculan, satu per satu, seperti bintang yang baru lahir di tengah malam. N
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Bab 100: Cahaya Harapan

Ketika cahaya itu muncul, medan pertempuran yang sebelumnya gelap gulita seolah terbelah oleh kekuatan yang tak terlukiskan. Langit yang kelam menjadi terang, dan bayang-bayang yang sebelumnya mendominasi mulai surut seperti gelombang pasang yang mundur.Arka memicingkan matanya, berusaha memahami sosok yang perlahan muncul dari balik cahaya itu. Langkah-langkahnya tenang namun penuh wibawa. Setiap pijakan sosok tersebut seolah membawa energi yang menyembuhkan tanah yang telah tercemar oleh kegelapan.Sosok itu mengenakan jubah putih keemasan yang bersinar, dengan pola-pola rumit yang tampak bergerak seperti riak air. Rambutnya memanjang hingga punggung, memancarkan aura bercahaya seperti sinar mentari pagi. Namun, yang paling mencolok adalah matanya—kedua bola mata itu bersinar seperti dua bintang yang mampu menembus jiwa siapa pun yang menatapnya.Para prajurit yang tadinya hampir kehilangan harapan kini kembali berdiri, terpana oleh kehadiran sosok tersebut. Bahkan bayangan-bayanga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status