Semua Bab Bos Arogan Itu Ayah Anakku: Bab 81 - Bab 90

114 Bab

Bab 83. Hamil di luar nikah

Bab 83 – Evan berjalan dengan langkah cepat menuju rumahnya. Kepalanya dipenuhi kemarahan yang membuncah. Ia tak habis pikir bagaimana bisa surat pemecatan Anya keluar tanpa sepengetahuannya, bahkan dengan tanda tangannya yang jelas-jelas ia tidak pernah bubuhkan. Begitu memasuki rumah, ia langsung melihat ibunya, Saraswati, duduk santai di sofa sambil menyeruput teh. Chintya ada di sampingnya, wajahnya terlihat puas seolah baru saja memenangkan pertempuran besar. Evan langsung menghentikan langkahnya di depan mereka. "Mama," suaranya dingin, "Aku ingin penjelasan. Apa maksudnya memecat Anya tanpa konfirmasi dariku?" Saraswati meletakkan cangkir tehnya dengan santai. Ia menatap putranya dengan ekspresi yang sudah dipersiapkan. "Kau masih berani bertanya, Evan?" suaranya terdengar tenang, tapi penuh tekanan. "Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kau lakukan sejak dulu—menyingkirkan wanita itu dari hidupmu." Evan mengepalkan tangannya. "Mama tidak punya hak untuk mengambil keput
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Bab 84 – Luka yang Tak Termaafkan

Bab 84 – Luka yang Tak Termaafkan Evan masih berdiri di depan pintu rumah Anya, tangannya mengepal, dadanya naik turun menahan emosi. Ketukan kerasnya tak mendapat jawaban. Anya jelas tidak ingin berbicara lagi dengannya. Di dalam rumah, Anya berdiri bersandar pada pintu. Matanya terpejam, dadanya terasa sesak. Tangannya mengepal erat, mencoba mengendalikan amarah dan sakit hati yang bercampur menjadi satu. Sarah, ibunya, berjalan mendekat dengan wajah cemas. “Nak, kau tidak apa-apa?” Anya mengangguk lemah. “Aku lelah, Bu. Aku benar-benar lelah...” Sarah mengusap bahu putrinya dengan lembut. “Kalau begitu, istirahatlah. Jangan biarkan emosimu menguras tenagamu.” Anya menarik napas dalam-dalam. “Aku tidak akan tinggal diam, Bu. Aku harus mendapatkan Kenzo kembali. Aku tidak peduli bagaimana caranya.” Sarah menatap putrinya dengan penuh keyakinan. “Mama tahu kau kuat, Anya. Tapi hati-hati. Evan bukan musuh yang mudah dikalahkan, terutama jika Saraswati masih ada di belakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

bab 85.Hujan Luka di Senja Hari

Bab 85 – Hujan Luka di Senja Hari Sore itu, langit tampak kelabu. Angin bertiup lembut, membawa aroma tanah basah setelah hujan gerimis yang baru saja reda. Anya berdiri di teras rumah, menyapu dedaunan yang berguguran. Pikirannya masih dipenuhi kegelisahan tentang Kenzo. Namun, belum sempat ia menenangkan diri, suara langkah kaki terdengar mendekat. Anya mengangkat kepala dan melihat dua wanita berdiri di depan gerbang rumahnya. Seorang wanita paruh baya dengan tatapan tajam dan seorang wanita muda yang cantik, tapi dengan ekspresi angkuh. Anya mengernyit. Ia tahu siapa wanita paruh baya itu—Mira, ibu Nathan. Tapi siapa wanita yang bersamanya? Dengan sopan, Anya tersenyum tipis. “Selamat sore, Tante Mira. Ada yang bisa saya bantu?” Mira melangkah masuk tanpa permisi, wajahnya penuh kemarahan. “Kau pasti tahu kenapa aku datang ke sini!” Anya menegakkan tubuhnya, berusaha tetap tenang. “Maaf, saya tidak mengerti maksud Tante.” Mira melipat tangan di dada, ekspresinya semaki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 86 – Luka yang Tertinggal

Bab 86 – Luka yang TertinggalSarah menatap putrinya yang masih terisak dalam pelukannya. Hatinya teriris melihat Anya menangis seperti ini, terutama setelah kejadian sore tadi. Ia tahu sesuatu telah terjadi, dan ia tak akan membiarkan putrinya menanggung semuanya sendirian. “Nak, tenangkan dirimu dulu,” ucap Sarah lembut sambil mengusap punggung Anya. Anya menarik napas dalam-dalam, berusaha menghentikan tangisnya. Namun, luka di hatinya terlalu dalam. Ia merasa dunia terus memberinya pukulan tanpa henti. “Apa yang sebenarnya terjadi, Nak?” tanya Sarah penuh keprihatinan. “Kenapa kau terlihat begitu hancur?” Anya menghapus air matanya dengan cepat. Ia tak ingin ibunya ikut cemas. Namun, beban di hatinya terlalu berat untuk ia simpan sendiri. “Tadi sore… Mamanya Nathan datang ke rumah,” Anya berusaha menenangkan suaranya. Sarah mengerutkan kening. “Mira?” Anya mengangguk lemah. “Dia tidak datang sendirian, Ma. Dia datang bersama seorang wanita… Citra. Dia bilang dia tuna
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 87 – Malam yang Tak Terduga

Bab 87 – Malam yang Tak TerdugaTangan Anya sedikit gemetar saat meraih gagang pintu. Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya membukanya. Namun, dugaan Anya dan Sarah salah besar. Bukan Nathan yang berdiri di sana. Melainkan. 'Evan'Pria itu berdiri dengan wajah kusut dan mata yang terlihat redup, seolah menyimpan seribu kepedihan. Ada aroma alkohol samar yang tercium, membuat Anya langsung mengernyit. "Evan?" tanyanya, terkejut. "Kau... sedang mabuk?"Evan menggeleng, tetapi keseimbangannya sedikit goyah. "Aku sadar, Anya... Aku datang karena aku ingin bicara denganmu." Anya menatap pria itu dengan kesal. "Ini sudah malam. Apa yang kau lakukan di sini?"Evan menarik napas panjang, lalu menatap Anya dengan serius. "Aku ingin kau kembali bekerja di perusahaan. Dan lebih dari itu... Aku ingin kau menikah denganku, Anya."Anya membelalakkan mata, hatinya seakan berhenti berdetak sejenak. "Apa?!""Aku ingin kita menikah secara siri," lanjut Evan. "Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 88 – Cinta yang Diuji

Bab 88 – Cinta yang Diuji Anya menutup pintu dengan kasar, seolah ingin menutup semua kenangan yang kembali berputar di kepalanya. Tapi bagaimana pun juga, suara Evan yang terus memanggil namanya masih bergema di benaknya. Sarah menatap putrinya dengan napas berat. "Apa kau benar-benar yakin dengan keputusanmu, Nak?" Anya menghela napas panjang, berusaha mengontrol emosinya. "Ibu, aku sudah cukup menderita karena Evan. Aku tidak mau jatuh ke lubang yang sama lagi." Sarah mengangguk pelan, tapi raut wajahnya tetap terlihat khawatir. "Aku hanya tidak ingin kau menyesal nanti, Anya. Karena dari cara Evan memandangmu tadi, aku bisa melihat bahwa dia benar-benar menginginkan kesempatan kedua." Anya tersenyum pahit. "Tapi kesempatan itu sudah hilang, Bu." Sementara itu, di luar rumah, Evan masih berdiri dengan tubuh yang kedinginan. Ia mengeratkan jaketnya yang sudah basah, menatap pintu rumah Anya dengan tatapan penuh tekad. **---** Keesokan harinya, kabar tentang Eva
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Bab 89 – Luka di Antara Kita

Bab 89 – Luka di Antara KitaDi rumah mewah milik Evan, Kenzo duduk di ruang keluarga dengan wajah murung. Tangannya memainkan mobil-mobilan kecil di atas meja, tetapi hatinya tidak berada di sana. Bocah kecil itu mendongak ke arah neneknya, Saraswati, yang sedang duduk di sofa sambil menikmati secangkir teh. "Nek," suara kecilnya memecah keheningan. Saraswati menoleh dengan senyum lembut. "Ada apa, sayang?" Kenzo menggigit bibirnya ragu-ragu, lalu akhirnya mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. "Kapan aku bisa bertemu Mama? Aku sangat rindu Mama, Nek." Senyum di wajah Saraswati sedikit memudar, tapi ia segera menguasai dirinya. "Mama Anya sedang di luar kota, sayang. Dia sudah menghubungi kami, tapi katanya dia sibuk dan tidak bisa bertemu denganmu sekarang." Kenzo mengerutkan kening. "Benarkah?" Saraswati mengangguk mantap. "Ya, Nenek tidak mungkin berbohong padamu. Mama Anya bilang dia punya banyak urusan dan belum sempat menemui Kenzo. Kasihan ya, Nak." Mata Kenzo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 90 – Perang Hak Asuh

Bab 90 – Perang Hak AsuhDi ruang makan rumah Evan, suasana tampak tegang. Saraswati duduk dengan anggun di kursinya, menyesap teh dengan ekspresi penuh perhitungan. Evan, yang duduk di seberangnya, terlihat lelah dan frustasi. Ia baru saja pulang dari kantor dan ingin istirahat, tetapi ibunya tiba-tiba memulai pembicaraan yang membuatnya semakin terbebani. “Kau sungguh bodoh, Evan,” suara Saraswati terdengar tajam. Evan menghela napas, meletakkan sendok di atas piring. “Apa lagi kali ini, Ma?” “Kau bilang tidak akan memperjuangkan hak asuh Kenzo. Kau benar-benar ingin menyerahkan anakmu begitu saja pada Anya?” Saraswati menatapnya dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Evan memijit pelipisnya. “Ma, sejak awal aku tidak ingin memperpanjang perkara ini. Kalau Anya ingin mengambil hak asuh Kenzo, biarkan saja. Itu memang haknya sebagai ibu.” Saraswati langsung menaruh cangkir tehnya dengan kasar di meja. “Kau benar-benar tidak berpikir panjang, Evan! Jangan jadi pria bodoh!”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

Bab 91 – Malam yang Penuh Penyesalan

Bab 91 – Malam yang Penuh PenyesalanLangit malam tampak kelam, seolah ikut merasakan kehampaan di hati Anya. Ia berjalan tanpa arah di trotoar kota, membiarkan angin dingin menerpa wajahnya yang basah oleh air mata. Hidupnya terasa seperti kapal yang kehilangan arah, hanyut dalam ombak keputusasaan. Anya tidak punya siapa-siapa lagi. Ia kehilangan pekerjaan, kehilangan hak asuh Kenzo, dan bahkan kehilangan sahabatnya. Semua terasa begitu gelap dan tak ada cahaya harapan di ujungnya. Tanpa sadar, langkahnya membawanya ke depan sebuah klub malam. Lampu neon berkelap-kelip, musik menggelegar dari dalam, dan suara tawa orang-orang mabuk terdengar di sekitarnya. Tanpa berpikir panjang, Anya melangkah masuk. Di dalam klub, suasana begitu ramai dan bising. Anya berjalan menuju bar dan tanpa ragu memesan minuman keras. Ia ingin melupakan segalanya—rasa sakit, kehilangan, dan terutama Evan. Satu gelas... dua gelas... tiga gelas... Namun, bukannya menghilang, rasa sakit itu justru se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Bab 92 – Kecurigaan Chintya dan Amarah yang Memuncak.

Bab 92 – Kecurigaan Chintya dan Amarah yang Memuncak.Pagi masih terasa dingin ketika Evan melangkah masuk ke rumah. Wajahnya tampak letih, pikirannya masih dipenuhi kejadian semalam—Anya yang marah, Nathan yang nyaris menghajarnya, dan perasaan bersalah yang semakin menekan dadanya. Namun, sebelum sempat menghela napas lega, suara Chintya yang tajam menyambutnya. "Dari mana saja kamu semalaman?" Evan menoleh dan menemukan Chintya berdiri di depan pintu ruang tamu dengan tangan bersedekap. Matanya menatap tajam, penuh dengan kemarahan yang ditahan. "Aku…" Evan berusaha mencari alasan yang masuk akal, tetapi kepalanya masih terlalu lelah untuk berpikir jernih. Chintya melangkah mendekat, ekspresinya semakin tegang. "Kamu pikir aku bodoh, Evan? Aku menunggumu semalaman, menghubungimu berkali-kali, tapi tidak ada jawaban. Lalu tiba-tiba kamu pulang pagi dengan wajah seperti itu?" Evan mengusap wajahnya. "Chintya, aku tidak ingin bertengkar sekarang." "Oh, kamu pikir aku akan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status