Home / Romansa / CINTA DI BALIK BENCI / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of CINTA DI BALIK BENCI: Chapter 71 - Chapter 80

101 Chapters

Bab 71

Hujan turun deras malam itu, menambah keheningan yang menyelimuti kamar Lia. Ia duduk di dekat jendela, memeluk lututnya sambil memandangi tetesan air yang membasahi kaca. Bayangan Raka masih terngiang di kepalanya, begitu pula kata-kata terakhir yang ia ucapkan.“Aku ingin kamu bahagia, Lia.”Namun, bahagia seperti apa yang sebenarnya ia inginkan? Apakah ia benar-benar tidak bisa bahagia tanpa Raka?Pikirannya berkecamuk. Ia merasa seperti tersesat di persimpangan jalan. Tapi di tengah kebingungannya, ada satu nama lain yang terus menyelinap masuk ke dalam hatinya: Dean.Dean, dengan senyumannya yang selalu memberi rasa hangat. Dean, yang meski tidak pernah ia duga, selalu berada di saat ia membutuhkan seseorang.Keesokan harinya, Lia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kampus. Ia membutuhkan ketenangan, atau setidaknya tempat di mana ia bisa mengalihkan pikirannya dari semua kekacauan ini.Langkahnya terhenti ketik
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 72

Lia berjalan pelan di lorong kampus, matanya menatap lurus ke depan, meskipun pikirannya berkecamuk. Hari-hari terakhir terasa begitu berbeda. Kehadiran Dean yang semakin dekat membuatnya merasa nyaman, tetapi di sisi lain, bayang-bayang Raka masih mengintai di setiap langkahnya.Hari itu, Lia memutuskan untuk bertemu Dean setelah kuliah. Ia ingin berbicara lebih banyak, mengungkapkan perasaannya yang telah lama terpendam. Mereka sudah melewati banyak hal bersama, dan sepertinya inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan segala sesuatunya dengan jelas.Sementara itu, Dean yang telah menunggu di taman kampus tersenyum ketika melihat Lia mendekat. Seperti biasa, senyum itu menghangatkan hati Lia. Ia tahu Dean adalah sosok yang selalu bisa membuatnya merasa tenang. Tak ada yang memaksanya untuk menjadi sesuatu yang bukan dirinya."Lia, kau datang juga," ujar Dean dengan suara lembut, namun penuh kehangatan. Matanya yang teduh menatap Lia dengan penuh per
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 73

Langit sore itu terlihat begitu cerah. Cahaya matahari yang lembut menyelimuti kampus, menciptakan suasana yang tenang meski ada banyak orang berlalu-lalang. Lia berjalan di samping Dean, langkah mereka seakan seirama meskipun kadang Lia terhenti, menatap langit dengan pikiran yang penuh."Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Dean, matanya memandang Lia dengan penuh perhatian. Tangannya yang besar menggenggam tangan Lia dengan lembut, seakan memberinya kekuatan.Lia menarik napas dalam-dalam, merasa tenang di dekatnya. "Aku hanya berpikir, apakah ini keputusan yang tepat. Mengakhiri masa lalu dan memulai sesuatu yang baru."Dean tersenyum, senyum yang selalu bisa membuat Lia merasa lebih ringan. "Keputusan itu tak pernah mudah, Lia. Tapi aku yakin kau sudah memilih dengan hati. Kau tak perlu ragu lagi."Lia mengangguk, meskipun ada sedikit rasa khawatir yang masih menghantuinya. Meninggalkan masa lalu memang bukan hal yang mudah. Namun, apa y
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 74

Langit pagi itu cerah, membawa suasana segar ke kampus yang mulai dipenuhi oleh mahasiswa. Lia berjalan di antara kerumunan, langkahnya mantap meskipun pikiran di kepalanya masih terasa berputar-putar. Pertemuan terakhirnya dengan Raka semalam meninggalkan bekas, tapi juga membawa kelegaan. Setidaknya, satu pintu telah tertutup dengan baik.Di koridor fakultas, Dean sudah menunggu. Ia berdiri di samping papan pengumuman, tangan menyelip di saku jaketnya, sementara matanya sibuk membaca jadwal kuliah. Begitu melihat Lia mendekat, wajahnya berubah cerah."Kau datang tepat waktu," katanya, tersenyum hangat. "Aku pikir kau masih akan memikirkan Raka sepanjang malam."Lia menghela napas, mendekatinya. "Tidak, aku sudah selesai memikirkannya. Semalam aku merasa... lega. Akhirnya semua selesai."Dean menatapnya dengan ekspresi penuh perhatian, namun tak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, ia memberikan tempat bagi Lia untuk mengungkapkan perasaannya tan
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 75

Lia memandangi layar ponselnya, pesan dari Shinta masih terbuka. Kata-katanya sederhana, bahkan terdengar ramah, tapi ada sesuatu yang membuat Lia ragu. Apakah ia harus membalasnya? Jika iya, bagaimana ia harus bersikap?Di sudut perpustakaan yang sepi, pikiran Lia bergulat dengan berbagai kemungkinan. Selama ini ia merasa hubungannya dengan Dean perlahan berkembang ke arah yang lebih pasti. Tapi dengan kehadiran Shinta, semuanya terasa berubah—seperti ada bayangan baru yang mengintai di antara mereka.Lia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Tidak ada gunanya menunda-nunda. Ia mengetik pesan balasan dengan hati-hati."Halo, Shinta. Aku baik. Tentu, kita bisa bertemu kapan-kapan. Kabari saja waktunya."Ia menekan tombol kirim sebelum sempat meragukan keputusannya. Tak lama kemudian, Shinta membalas."Bagaimana kalau kita bertemu sore ini? Aku tahu kafe kecil di dekat kampus, tempat yang nyaman untuk berbincang."
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 75

Udara sore yang dingin menyusup melalui celah-celah jendela perpustakaan kampus. Lia duduk di sudut ruangan dengan buku terbuka di depannya, namun pikirannya melayang jauh. Di luar, gerimis mulai turun, menciptakan irama lembut yang selaras dengan suasana hatinya.Tatapan Lia kosong, menatap halaman buku yang belum ia pahami isinya. Hatinya terasa sesak setelah percakapan terakhir dengan Raka. Kata-katanya terus bergaung di benaknya."Aku nggak bisa terus begini, Lia. Kalau aku tinggal, aku cuma akan menyakitimu lebih jauh."“Kenapa, sih?” gumam Lia lirih sambil mengusap wajahnya.“Kenapa apa?”Sebuah suara familiar membuatnya mendongak. Dean berdiri di depannya dengan senyuman tipis. Ia mengenakan jaket hitam, rambutnya basah oleh hujan. Tanpa menunggu jawaban, Dean menarik kursi di depannya dan duduk.“Kayaknya aku harus cari tempat lain kalau kamu selalu melamun di sini,” canda Dean ringan, mencoba mencairkan suasana. Nam
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 76

Suasana pagi di kampus terasa berbeda bagi Lia. Hembusan angin Januari yang sejuk mengiringi langkahnya menuju bangku taman di sisi gedung utama. Pandangannya terusik oleh sekumpulan burung kecil yang hinggap di ranting pohon, seolah-olah bebas dari segala beban. Namun, ketenangan itu tak sedikit pun menjangkau pikirannya. Semalaman ia bergelut dengan bayangan Dean dan Raka. Kata-kata mereka, terutama pengakuan Raka bahwa ia akan pergi ke luar negeri, terus terngiang-ngiang. Seakan-akan dunia tak memberinya waktu untuk berpikir, pesan singkat dari Raka datang pagi ini, memintanya untuk bertemu. Lia tahu, ia tak bisa menghindari pertemuan ini. Raka sudah duduk di salah satu bangku panjang ketika Lia tiba. Jaket abu-abu yang biasa ia kenakan sedikit berantakan, dan rambutnya tampak acak-acakan. Lia dapat melihat keraguan di wajahnya, sesuatu yang jarang ia tunjukkan. “Aku takut kau tidak datang,” kata Raka, mencoba tersenyum.
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 77

Hujan gerimis membasahi jalan setapak menuju pintu utama kampus. Lia berjalan pelan, langkahnya terasa berat seperti bebatuan yang diikatkan pada kakinya. Udara dingin menembus sweater yang ia kenakan, tetapi itu tidak cukup untuk mendinginkan pikirannya yang terus bergolak.Pertemuan dengan Dean di ruang musik tadi masih segar di ingatannya. Bagaimana matanya yang teduh tampak menahan sesuatu, bagaimana suaranya yang lembut penuh dengan pengertian. Lalu ada Raka, dengan cara khasnya yang selalu memprioritaskan kebahagiaan orang lain di atas dirinya sendiri. Dua pria, dua hati, dua pilihan yang membuat Lia terjebak di pusaran dilema.Lia mendorong pintu kayu dengan hati-hati, mencoba menghindari perhatian. Namun, ia langsung disambut oleh sosok Raka yang tengah berdiri di depan papan tulis kecil, tampak serius mempresentasikan sesuatu kepada beberapa mahasiswa.Ia melangkah masuk dan duduk di kursi belakang, menunggu sesi diskusi selesai. Raka be
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 78

Matahari mulai turun, menyemburatkan warna jingga yang memeluk langit kampus. Udara sore terasa lembut, membawa aroma dedaunan basah setelah hujan ringan tadi siang. Lia berjalan pelan di sepanjang koridor kampus yang sudah mulai lengang. Sepasang headphone menggantung di lehernya, tetapi ia tidak mendengarkan apa pun. Dunia luar terasa terlalu bising, bahkan dalam keheningan.Ia melangkah menuju perpustakaan, tempat yang selalu menjadi pelariannya saat kebingungan melingkupi pikirannya. Langkahnya melambat ketika melihat sosok yang sudah sangat dikenalnya berdiri di depan pintu perpustakaan."Dean," panggil Lia pelan.Pria itu menoleh, senyum kecil menghiasi wajahnya. "Kau di sini juga?"Lia mengangguk, mendekat. "Aku butuh tempat untuk berpikir."Dean menatapnya sejenak, lalu membuka pintu perpustakaan, memberikan isyarat agar Lia masuk lebih dulu. "Tempat ini memang cocok untuk itu."Mereka berjalan ke arah meja yang terl
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 79

Langit pagi di kota itu tampak mendung, seolah ikut mencerminkan kekacauan hati Lia. Ia duduk di dekat jendela kamar, memandangi jalanan yang basah setelah hujan semalam. Kopi di cangkirnya sudah dingin, tetapi ia tidak peduli. Semua pikirannya tertuju pada dua nama: Raka dan Dean.Raka telah memberinya ruang untuk berpikir, namun justru membuat segalanya terasa semakin rumit. Di sisi lain, Dean selalu ada, tidak pernah memaksanya untuk memilih, tetapi tetap setia menunggu. Lia merasa seperti benang kusut yang tak bisa ia urai."Kenapa semuanya harus serumit ini?" gumam Lia, lebih kepada dirinya sendiri.Ponselnya berbunyi, mengusik lamunannya. Pesan singkat dari Dean muncul di layar."Apa kau punya waktu hari ini? Aku ingin membicarakan sesuatu."Lia menatap pesan itu cukup lama sebelum akhirnya membalas."Baik, di mana kita bertemu?"Dean menjawab cepat."Taman belakang kampus, jam 3 sore."Lia m
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more
PREV
1
...
67891011
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status