Share

Bab 74

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2025-01-19 16:16:32

Langit pagi itu cerah, membawa suasana segar ke kampus yang mulai dipenuhi oleh mahasiswa. Lia berjalan di antara kerumunan, langkahnya mantap meskipun pikiran di kepalanya masih terasa berputar-putar. Pertemuan terakhirnya dengan Raka semalam meninggalkan bekas, tapi juga membawa kelegaan. Setidaknya, satu pintu telah tertutup dengan baik.

Di koridor fakultas, Dean sudah menunggu. Ia berdiri di samping papan pengumuman, tangan menyelip di saku jaketnya, sementara matanya sibuk membaca jadwal kuliah. Begitu melihat Lia mendekat, wajahnya berubah cerah.

"Kau datang tepat waktu," katanya, tersenyum hangat. "Aku pikir kau masih akan memikirkan Raka sepanjang malam."

Lia menghela napas, mendekatinya. "Tidak, aku sudah selesai memikirkannya. Semalam aku merasa... lega. Akhirnya semua selesai."

Dean menatapnya dengan ekspresi penuh perhatian, namun tak mengatakan apa-apa. Sebaliknya, ia memberikan tempat bagi Lia untuk mengungkapkan perasaannya tan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 75

    Lia memandangi layar ponselnya, pesan dari Shinta masih terbuka. Kata-katanya sederhana, bahkan terdengar ramah, tapi ada sesuatu yang membuat Lia ragu. Apakah ia harus membalasnya? Jika iya, bagaimana ia harus bersikap?Di sudut perpustakaan yang sepi, pikiran Lia bergulat dengan berbagai kemungkinan. Selama ini ia merasa hubungannya dengan Dean perlahan berkembang ke arah yang lebih pasti. Tapi dengan kehadiran Shinta, semuanya terasa berubah—seperti ada bayangan baru yang mengintai di antara mereka.Lia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Tidak ada gunanya menunda-nunda. Ia mengetik pesan balasan dengan hati-hati."Halo, Shinta. Aku baik. Tentu, kita bisa bertemu kapan-kapan. Kabari saja waktunya."Ia menekan tombol kirim sebelum sempat meragukan keputusannya. Tak lama kemudian, Shinta membalas."Bagaimana kalau kita bertemu sore ini? Aku tahu kafe kecil di dekat kampus, tempat yang nyaman untuk berbincang."

    Last Updated : 2025-01-19
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 75

    Udara sore yang dingin menyusup melalui celah-celah jendela perpustakaan kampus. Lia duduk di sudut ruangan dengan buku terbuka di depannya, namun pikirannya melayang jauh. Di luar, gerimis mulai turun, menciptakan irama lembut yang selaras dengan suasana hatinya.Tatapan Lia kosong, menatap halaman buku yang belum ia pahami isinya. Hatinya terasa sesak setelah percakapan terakhir dengan Raka. Kata-katanya terus bergaung di benaknya."Aku nggak bisa terus begini, Lia. Kalau aku tinggal, aku cuma akan menyakitimu lebih jauh."“Kenapa, sih?” gumam Lia lirih sambil mengusap wajahnya.“Kenapa apa?”Sebuah suara familiar membuatnya mendongak. Dean berdiri di depannya dengan senyuman tipis. Ia mengenakan jaket hitam, rambutnya basah oleh hujan. Tanpa menunggu jawaban, Dean menarik kursi di depannya dan duduk.“Kayaknya aku harus cari tempat lain kalau kamu selalu melamun di sini,” canda Dean ringan, mencoba mencairkan suasana. Nam

    Last Updated : 2025-01-20
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 76

    Suasana pagi di kampus terasa berbeda bagi Lia. Hembusan angin Januari yang sejuk mengiringi langkahnya menuju bangku taman di sisi gedung utama. Pandangannya terusik oleh sekumpulan burung kecil yang hinggap di ranting pohon, seolah-olah bebas dari segala beban. Namun, ketenangan itu tak sedikit pun menjangkau pikirannya. Semalaman ia bergelut dengan bayangan Dean dan Raka. Kata-kata mereka, terutama pengakuan Raka bahwa ia akan pergi ke luar negeri, terus terngiang-ngiang. Seakan-akan dunia tak memberinya waktu untuk berpikir, pesan singkat dari Raka datang pagi ini, memintanya untuk bertemu. Lia tahu, ia tak bisa menghindari pertemuan ini. Raka sudah duduk di salah satu bangku panjang ketika Lia tiba. Jaket abu-abu yang biasa ia kenakan sedikit berantakan, dan rambutnya tampak acak-acakan. Lia dapat melihat keraguan di wajahnya, sesuatu yang jarang ia tunjukkan. “Aku takut kau tidak datang,” kata Raka, mencoba tersenyum.

    Last Updated : 2025-01-20
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 77

    Hujan gerimis membasahi jalan setapak menuju pintu utama kampus. Lia berjalan pelan, langkahnya terasa berat seperti bebatuan yang diikatkan pada kakinya. Udara dingin menembus sweater yang ia kenakan, tetapi itu tidak cukup untuk mendinginkan pikirannya yang terus bergolak.Pertemuan dengan Dean di ruang musik tadi masih segar di ingatannya. Bagaimana matanya yang teduh tampak menahan sesuatu, bagaimana suaranya yang lembut penuh dengan pengertian. Lalu ada Raka, dengan cara khasnya yang selalu memprioritaskan kebahagiaan orang lain di atas dirinya sendiri. Dua pria, dua hati, dua pilihan yang membuat Lia terjebak di pusaran dilema.Lia mendorong pintu kayu dengan hati-hati, mencoba menghindari perhatian. Namun, ia langsung disambut oleh sosok Raka yang tengah berdiri di depan papan tulis kecil, tampak serius mempresentasikan sesuatu kepada beberapa mahasiswa.Ia melangkah masuk dan duduk di kursi belakang, menunggu sesi diskusi selesai. Raka be

    Last Updated : 2025-01-21
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 78

    Matahari mulai turun, menyemburatkan warna jingga yang memeluk langit kampus. Udara sore terasa lembut, membawa aroma dedaunan basah setelah hujan ringan tadi siang. Lia berjalan pelan di sepanjang koridor kampus yang sudah mulai lengang. Sepasang headphone menggantung di lehernya, tetapi ia tidak mendengarkan apa pun. Dunia luar terasa terlalu bising, bahkan dalam keheningan.Ia melangkah menuju perpustakaan, tempat yang selalu menjadi pelariannya saat kebingungan melingkupi pikirannya. Langkahnya melambat ketika melihat sosok yang sudah sangat dikenalnya berdiri di depan pintu perpustakaan."Dean," panggil Lia pelan.Pria itu menoleh, senyum kecil menghiasi wajahnya. "Kau di sini juga?"Lia mengangguk, mendekat. "Aku butuh tempat untuk berpikir."Dean menatapnya sejenak, lalu membuka pintu perpustakaan, memberikan isyarat agar Lia masuk lebih dulu. "Tempat ini memang cocok untuk itu."Mereka berjalan ke arah meja yang terl

    Last Updated : 2025-01-21
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 79

    Langit pagi di kota itu tampak mendung, seolah ikut mencerminkan kekacauan hati Lia. Ia duduk di dekat jendela kamar, memandangi jalanan yang basah setelah hujan semalam. Kopi di cangkirnya sudah dingin, tetapi ia tidak peduli. Semua pikirannya tertuju pada dua nama: Raka dan Dean.Raka telah memberinya ruang untuk berpikir, namun justru membuat segalanya terasa semakin rumit. Di sisi lain, Dean selalu ada, tidak pernah memaksanya untuk memilih, tetapi tetap setia menunggu. Lia merasa seperti benang kusut yang tak bisa ia urai."Kenapa semuanya harus serumit ini?" gumam Lia, lebih kepada dirinya sendiri.Ponselnya berbunyi, mengusik lamunannya. Pesan singkat dari Dean muncul di layar."Apa kau punya waktu hari ini? Aku ingin membicarakan sesuatu."Lia menatap pesan itu cukup lama sebelum akhirnya membalas."Baik, di mana kita bertemu?"Dean menjawab cepat."Taman belakang kampus, jam 3 sore."Lia m

    Last Updated : 2025-01-22
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 80

    Sinar matahari menembus celah-celah daun yang bergoyang, menciptakan bayangan menari di sepanjang trotoar. Lia duduk di bangku taman kampus, pandangannya tertuju pada sepasang anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran. Namun pikirannya melayang jauh."Apa kamu benar-benar yakin, Lia?" Suara lembut Ayu menginterupsi lamunannya. Ayu, sahabat karib Lia, duduk di sampingnya dengan senyum penuh pengertian.Lia menarik napas panjang, menenangkan dirinya. "Aku tidak tahu, Ayu. Kadang rasanya semua terlalu berat untuk dipikirkan."Ayu mencondongkan tubuhnya, menatap Lia dengan serius. "Tapi kamu harus memutuskan, Lia. Dean atau Raka? Mereka berdua nggak mungkin terus menunggu jawaban yang nggak jelas."Lia tersenyum kecil, tetapi matanya tetap dipenuhi kebimbangan. "Dean selalu membuatku merasa dihargai. Tapi, di sisi lain, Raka adalah seseorang yang aku kenal hampir seumur hidupku. Aku takut membuat pilihan yang salah."Sementara Lia men

    Last Updated : 2025-01-22
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 81

    Mentari pagi menyapu lembut dinding kaca perpustakaan kampus. Suara bisik-bisik mahasiswa yang berdiskusi terdengar sayup-sayup, menciptakan suasana yang tenang, namun menyimpan segurat ketegangan. Lia duduk di meja sudut, pandangannya terpaku pada laptop di hadapannya, tapi pikirannya jauh melayang. Di depannya, secangkir kopi telah dingin tanpa tersentuh.Dean muncul dengan langkah percaya diri. Tangannya membawa buku tebal yang terlihat baru. Ia melirik Lia sebelum menarik kursi di sampingnya. "Kopi dingin, pikiranmu pasti panas," godanya.Lia menoleh, sedikit tersenyum. "Bukan pikiran panas, lebih ke kacau."Dean menautkan alis. "Tentang apa? Kampus, kerja, atau… Raka?"Mendengar nama itu, senyuman Lia memudar. Ia menunduk, jarinya menggurat tepi laptop. "Aku nggak tahu, Dean. Semua ini terlalu membingungkan."Dean menatapnya dengan mata penuh perhatian, seperti mencoba menelusuri apa yang Lia sembunyikan. "Lia, aku nggak akan ma

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 100

    Malam yang cerah menyelimuti kota, bulan menggantung sempurna di langit, memancarkan sinar lembut yang menembus tirai jendela kamar Lia. Di balkon, Lia berdiri dengan secangkir teh hangat di tangannya, menatap langit penuh bintang. Hatinya terasa lebih tenang setelah melewati minggu-minggu penuh kegelisahan. Keputusan yang ia buat telah menjadi titik balik dalam hidupnya, dan ia tahu ini adalah langkah awal dari perjalanan baru. Ponselnya yang tergeletak di meja berbunyi. Sebuah pesan dari Dean. “Ada waktu buat ngobrol? Aku di depan kosanmu.” Lia tersenyum tipis. Tanpa berpikir panjang, ia meraih jaketnya dan menuruni tangga. Di luar, Dean berdiri bersandar pada motornya. Ia mengenakan jaket kulit hitam yang membuatnya terlihat lebih santai dari biasanya. Ketika melihat Lia muncul, dia tersenyum hangat, menyembunyikan sedikit kegugupan di balik matanya. “Hai,” sapa Dean pelan. “Hai juga,” jawab Lia. “Kenapa nggak

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 99

    Lia berdiri di depan cermin, tangannya merapikan rambut yang sedikit berantakan. Pikirannya sibuk memutar ulang percakapan terakhirnya dengan Raka beberapa hari lalu. Sesekali, ia menggigit bibir bawahnya, merasa bersalah atas keputusan yang ia buat. Tapi di saat yang sama, ada kelegaan. Dia memandangi pantulan dirinya dengan sorot mata yang penuh pertanyaan. Apakah ini jalan yang benar? Apakah keputusannya memilih Dean adalah langkah terbaik? Hatinya menggelayut di antara rasa percaya diri dan keraguan yang tak henti-henti menghantui. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. “Lia, kita udah telat. Dean nunggu di bawah,” seru Ayu, teman sekamarnya, dengan nada ceria. Lia menarik napas dalam, mencoba menghapus pikiran-pikiran yang membebani. Dia melangkah keluar dengan senyum kecil, meskipun hatinya masih terasa berat. Di kafe kampus, Dean sudah duduk menunggu. Dia sedang sibuk memeriksa laptopnya, tetapi saat

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 98

    Raka berjalan perlahan meninggalkan taman kampus, langkahnya berat seperti menahan beban tak kasatmata. Suara tawa kecil yang samar terdengar dari arah belakang membuat dadanya terasa sesak, tapi ia tidak menoleh. Angin sore menerpa wajahnya, menyapu rambutnya yang sedikit berantakan.Pikirannya bercampur aduk. Antara menyesali apa yang tidak pernah ia lakukan dan mencoba menerima kenyataan bahwa Lia telah memilih.Sesampainya di parkiran, ia duduk di jok motornya tanpa menyalakan mesin. Wajahnya menghadap ke langit yang semakin gelap, seakan mencari jawaban dari kekosongan yang tiba-tiba menyelimutinya.Dia memejamkan mata, mencoba mengingat senyum Lia, suara lembutnya, dan momen-momen kecil yang dulu terasa berarti. Namun, bayangan itu kini terasa seperti serpihan kaca yang menyakitkan saat disentuh.Suara dering ponsel membuyarkan lamunannya. Raka membuka layar, nama “Arin” tertera di sana.Ia menghela napas sebelum menjawab. “Hal

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 97

    Langit sore mulai berubah jingga saat Lia berdiri di depan gedung kampus. Angin berembus lembut, menggoyangkan helaian rambutnya yang terurai. Tatapannya menerawang jauh, seakan pikirannya berada di tempat lain.“Lia.”Suara itu memecah lamunannya. Ia menoleh dan menemukan Dean berdiri tak jauh darinya. Senyum tipis terukir di wajah lelaki itu, meski ada sesuatu di matanya—sesuatu yang membuat dada Lia sedikit bergetar.“Aku sudah menunggumu.”Lia menarik napas dalam-dalam. Ia tahu percakapan ini tak bisa dihindari. Setelah semua yang terjadi, setelah kebingungan yang selama ini menghantuinya, mungkin ini saatnya mengambil keputusan.“Kita bicara di taman belakang?” usul Dean.Lia mengangguk. Mereka berjalan berdampingan, namun ada jarak tipis di antara mereka—seperti tembok tak kasatmata yang memisahkan perasaan mereka.Saat mereka tiba di taman, senja sudah hampir tenggelam. Langit berubah menjadi ungu keemasan, m

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 96

    Senja mulai turun saat Lia duduk di bangku kayu di bawah pohon rindang di taman kampus. Angin sepoi-sepoi mengibaskan ujung rambutnya, namun ia tak peduli. Tatapannya tertuju pada secarik kertas yang ia genggam erat—surat dari Raka.Ia membaca ulang tulisan tangan yang familiar itu, berusaha memahami isi hati Raka yang terukir dalam kata-kata."Lia,Aku tahu hubungan kita telah melalui banyak pasang surut. Aku berterima kasih untuk setiap momen yang pernah kita bagi. Tapi aku sadar, terkadang cinta adalah tentang melepaskan. Aku ingin kamu bahagia, Lia, meskipun itu berarti aku harus mundur. Dean adalah orang yang tepat untukmu, dan aku yakin dia bisa memberikan kebahagiaan yang selama ini kamu cari.Aku akan baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku. Kamu selalu ada di hatiku, tapi aku harus melangkah maju.Terima kasih untuk segalanya.-Raka"Hati Lia mencelos membaca baris terakhir itu. Ada rasa haru, bersamaan dengan rasa lega. Ia tah

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 95

    Langit pagi terasa cerah, dengan sinar matahari lembut menyinari jalanan kampus yang mulai ramai oleh mahasiswa yang berlalu-lalang. Suara tawa dan percakapan ringan menggema di lorong-lorong, menyelimuti suasana kampus yang penuh kehidupan. Lia berjalan pelan menuju kelasnya, dengan tas selempang tergantung di bahu. Namun, di tengah keramaian itu, pikirannya melayang, terjebak dalam euforia percakapannya dengan Dean semalam.Ia tidak bisa berhenti tersenyum. Segala yang terjadi antara dirinya dan Dean terasa seperti mimpi. Setelah sekian lama berada dalam kebingungan tentang perasaan mereka, akhirnya semuanya jelas. Tapi di balik kebahagiaannya, ada perasaan lain yang berusaha ia sembunyikan—rasa bersalah pada Raka.“Lia!” Sebuah suara memanggilnya dari kejauhan.Lia menoleh dan melihat Dean berlari kecil ke arahnya, dengan senyuman khas yang selalu berhasil membuatnya merasa tenang.“Hai,” sapa Lia, berhenti di depan pintu kelas.“

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 94

    Matahari pagi menyinari halaman kampus yang mulai ramai oleh para mahasiswa. Suara riuh dari para mahasiswa baru yang berlatih drama di aula terdengar sampai ke sudut taman kampus. Lia duduk di bangku kayu dengan sebuah buku terbuka di pangkuannya. Namun, pikirannya tidak sepenuhnya ada di sana.Ia menoleh ke kanan, tempat Dean tengah berbicara dengan beberapa temannya. Sesekali tawa Dean terdengar, dan itu cukup untuk membuat jantung Lia berdegup sedikit lebih cepat. Sejak kompetisi debat kemarin, hubungan mereka semakin terasa berbeda. Ada kehangatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, dan ia tahu, perlahan perasaannya terhadap Dean menjadi lebih jelas.“Lia!” Sebuah suara memanggilnya.Lia menoleh dan melihat Raka berjalan ke arahnya, membawa dua gelas kopi di tangan. Ada senyum kecil di wajah Raka, tetapi ia terlihat lebih tenang daripada sebelumnya.“Hai, Raka,” sapa Lia, memberikan ruang di bangku untuknya. “Kopi untukku?”

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bba 93

    Hujan gerimis turun membasahi kota di sore itu. Langit tampak kelabu, seperti cerminan suasana hati Raka. Ia duduk di sebuah kedai kopi kecil yang berada di pinggir jalan, memandangi orang-orang yang berlalu lalang dengan payung warna-warni. Secangkir kopi hitam di depannya sudah mulai dingin, tapi ia tidak peduli.Pikirannya melayang pada kejadian pagi tadi. Ia sempat melihat Lia dan Dean berjalan bersama di koridor kampus, dengan senyum yang begitu tulus di wajah mereka. Meski sudah bertekad untuk menerima kenyataan, ada bagian kecil di hatinya yang masih terasa perih."Kenapa masih terasa sulit?" gumamnya pelan, hampir tidak terdengar di tengah suara rintik hujan.Pintu kedai terbuka, mengundang angin dingin masuk ke dalam. Raka mendongak, dan matanya bertemu dengan seorang gadis berambut panjang yang basah kuyup karena hujan. Ia mengenakan mantel kuning cerah, tapi rambutnya yang meneteskan air menunjukkan bahwa payung yang ia bawa tidak banyak me

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 92

    Langit pagi masih dipenuhi rona oranye ketika Lia melangkahkan kaki ke taman kota. Ia sengaja datang lebih awal, mencari ketenangan sebelum menghadapi hari yang penuh keraguan. Aroma embun pagi bercampur dengan harum bunga mawar yang bermekaran di sekeliling membuatnya sedikit lebih tenang.Di tengah hamparan rumput, Lia duduk di bangku kayu yang menghadap kolam kecil. Ia menggenggam secangkir cokelat hangat yang dibawanya dari rumah, sesekali menyeruputnya perlahan. Pandangannya menerawang, memikirkan dua orang yang selama ini mengisi dunianya."Dean..." gumamnya pelan, suaranya tenggelam di antara kicauan burung.Dean, dengan segala ketulusannya, selalu ada untuknya, bahkan di saat Lia sendiri merasa sulit memahami dirinya. Namun, ada Raka, sahabat yang sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil, yang kehadirannya begitu akrab hingga kadang terasa seperti udara—penting, tapi sering kali terlupakan.Lia menarik napas panjang, mencoba men

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status