Share

Bab 80

Penulis: Zayba Almira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-22 17:42:02

Sinar matahari menembus celah-celah daun yang bergoyang, menciptakan bayangan menari di sepanjang trotoar. Lia duduk di bangku taman kampus, pandangannya tertuju pada sepasang anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran. Namun pikirannya melayang jauh.

"Apa kamu benar-benar yakin, Lia?" Suara lembut Ayu menginterupsi lamunannya. Ayu, sahabat karib Lia, duduk di sampingnya dengan senyum penuh pengertian.

Lia menarik napas panjang, menenangkan dirinya. "Aku tidak tahu, Ayu. Kadang rasanya semua terlalu berat untuk dipikirkan."

Ayu mencondongkan tubuhnya, menatap Lia dengan serius. "Tapi kamu harus memutuskan, Lia. Dean atau Raka? Mereka berdua nggak mungkin terus menunggu jawaban yang nggak jelas."

Lia tersenyum kecil, tetapi matanya tetap dipenuhi kebimbangan. "Dean selalu membuatku merasa dihargai. Tapi, di sisi lain, Raka adalah seseorang yang aku kenal hampir seumur hidupku. Aku takut membuat pilihan yang salah."

Sementara Lia men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 81

    Mentari pagi menyapu lembut dinding kaca perpustakaan kampus. Suara bisik-bisik mahasiswa yang berdiskusi terdengar sayup-sayup, menciptakan suasana yang tenang, namun menyimpan segurat ketegangan. Lia duduk di meja sudut, pandangannya terpaku pada laptop di hadapannya, tapi pikirannya jauh melayang. Di depannya, secangkir kopi telah dingin tanpa tersentuh.Dean muncul dengan langkah percaya diri. Tangannya membawa buku tebal yang terlihat baru. Ia melirik Lia sebelum menarik kursi di sampingnya. "Kopi dingin, pikiranmu pasti panas," godanya.Lia menoleh, sedikit tersenyum. "Bukan pikiran panas, lebih ke kacau."Dean menautkan alis. "Tentang apa? Kampus, kerja, atau… Raka?"Mendengar nama itu, senyuman Lia memudar. Ia menunduk, jarinya menggurat tepi laptop. "Aku nggak tahu, Dean. Semua ini terlalu membingungkan."Dean menatapnya dengan mata penuh perhatian, seperti mencoba menelusuri apa yang Lia sembunyikan. "Lia, aku nggak akan ma

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 82

    Langit pagi di kampus tampak cerah, meskipun Lia merasa sebaliknya. Langkahnya pelan saat ia menuju kelas, pikirannya terjebak dalam kebimbangan. Setelah pembicaraannya dengan Raka, ia merasa seperti membawa beban yang semakin berat. Tidak hanya satu, tapi dua hati yang kini menunggunya untuk memberikan jawaban.Di dekat tangga menuju aula utama, suara tawa riang membuyarkan lamunannya. Nina dan beberapa teman mereka tengah bercanda sambil mengobrol. Lia berusaha tersenyum saat Nina melambai ke arahnya.“Lia! Sini, gabung!” seru Nina.Lia menggeleng lembut. “Nggak, aku buru-buru. Ada kelas pagi.”Nina menatapnya curiga. “Kamu baik-baik aja? Mukamu pucat banget.”Lia mengangguk pelan. “Iya kok, aku cuma kurang tidur.”Nina memiringkan kepala, lalu melangkah lebih dekat. Ia menepuk bahu Lia dengan lembut. “Kalau ada apa-apa, jangan pendam sendiri, ya. Aku di sini.”Lia tersenyum tipis, merasa hangat oleh perhatian Nin

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 83

    Angin semilir menyentuh wajah Lia saat ia duduk di bangku kayu taman kampus. Matahari siang mulai condong ke barat, menciptakan bayangan panjang dari pepohonan yang mengelilingi tempat itu. Lia menggenggam kedua tangannya di pangkuan, berusaha meredakan kegelisahan yang terus menggempur hatinya.Setelah semua ini, setelah perjalanan panjang penuh dilema, akhirnya ia memutuskan untuk jujur pada dirinya sendiri. Keputusannya sudah bulat, meskipun rasa bersalah masih menyelimuti.Langkah kaki yang dikenalnya menghentikan lamunannya. Lia mengangkat wajah, dan di sana, Dean berjalan menghampirinya. Ia mengenakan kemeja biru muda yang membuatnya terlihat sederhana, namun tetap memancarkan kharisma yang selalu membuat Lia merasa nyaman.“Hai,” sapa Dean dengan senyum kecil. Ia duduk di samping Lia tanpa banyak bicara, membiarkan keheningan di antara mereka berbicara lebih dulu.Lia menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Tapi seperti bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 84

    Ruang kelas yang biasanya menjadi tempat penuh canda hari ini terasa tegang. Lia duduk di bangku pojok, memandangi papan tulis tanpa benar-benar membaca apa yang tertulis. Kegelisahan menyelimuti pikirannya, bercampur dengan pertanyaan besar yang selama ini ia hindari untuk dijawab—siapa yang akan ia pilih?Dean, dengan segala kedewasaannya, selalu ada untuknya tanpa perlu diminta. Di sisi lain, Raka, sosok penuh gairah dan spontanitas, pernah menjadi cahaya terangnya. Tapi waktu telah mengubah segalanya.Di lorong kelas, Dean berdiri sambil memegang buku catatan. Matanya mencari Lia di antara kerumunan siswa. Ketika ia menemukannya, ada seberkas cahaya kebahagiaan yang muncul di wajahnya, meski ragu-ragu.“Lia.” Suaranya lembut, tapi cukup tegas untuk membuat gadis itu menoleh.Lia mendongak, sedikit terkejut. “Dean?”“Bisa kita bicara?” tanyanya sambil menunjuk pintu kelas, mengisyaratkan mereka untuk keluar.Lia hanya men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 85

    Langit pagi di sekolah itu tampak cerah, seakan mencerminkan suasana hati Lia yang mulai menemukan ketenangan. Setelah semua yang ia lalui—keraguan, kebingungan, hingga rasa bersalah—akhirnya ia merasa mantap dengan keputusannya.Lia berjalan menyusuri koridor sekolah yang ramai dengan obrolan siswa. Sebuah senyuman kecil menghiasi wajahnya, meskipun langkahnya terasa lebih berat hari ini. Di depan ruang kelas, ia melihat Dean berdiri menunggunya, seperti biasa, dengan ekspresi yang tenang namun penuh perhatian.“Hei,” sapa Dean pelan saat Lia mendekat.“Hei,” balas Lia, suaranya sedikit gemetar, tapi senyumnya tetap ada.Dean memiringkan kepala, menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. “Kamu kelihatan lebih santai hari ini.”Lia mengangguk. “Mungkin karena aku akhirnya tahu ke mana aku harus melangkah.”Dean tidak berkata apa-apa. Sebaliknya, ia mengulurkan tangannya, memberikan ruang bagi Lia untuk meraih jika ia mau. Lia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 86

    Langit sore di kampus perlahan berubah jingga. Burung-burung terbang kembali ke sarangnya, menciptakan pemandangan indah di atas taman belakang fakultas. Lia melangkah perlahan di jalan setapak, membawa dirinya menuju tempat pertemuan yang diminta Dean. Pesan di ponselnya yang berbunyi, "Ketemu di taman belakang, jam 4 sore. Ada yang mau aku omongin." terus terngiang-ngiang.Ia berhenti sejenak di bawah pohon beringin besar yang menaungi taman. Dari kejauhan, ia sudah melihat Dean berdiri dengan postur santainya. Pria itu bersandar pada pagar besi, wajahnya setengah tertutup oleh sinar matahari yang menyinari rambut kecokelatannya. Ada sesuatu dalam cara dia menunggu—tenang tapi penuh ketegasan—yang selalu membuat Lia merasa ada sesuatu yang besar sedang menunggunya.“Hei,” suara Dean memecah keheningan saat Lia semakin dekat.“Hey,” jawab Lia, mencoba menyembunyikan kegugupannya.“Duduk, yuk,” ajak Dean, menunjuk bangku kayu di bawah pohon f

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 87

    Bab 87: Keputusan yang Tak TerhindarkanPagi yang cerah menyelimuti kota. Sinar matahari menembus tirai jendela kamar Lia, membangunkannya dari tidur yang tidak nyenyak. Sepanjang malam, pikirannya terus berputar. Pilihan antara Dean dan Raka seperti dua jalan berbeda yang harus ia tentukan, tetapi keduanya sama-sama memiliki kenangan yang melekat di hati.Lia duduk di tepi ranjang, menatap keluar jendela. Jalanan kampus mulai ramai oleh mahasiswa yang berlalu-lalang, membawa semangat hari baru. Tapi ia merasa kosong. Sebuah pesan singkat dari Dean masih menggantung di ponselnya:“Aku butuh jawaban, Lia. Tapi aku nggak mau kamu merasa terburu-buru.”Pesan itu sederhana, tetapi memiliki bobot yang berat. Lia tahu Dean berusaha memberinya ruang untuk berpikir, namun ia tidak bisa mengabaikan rasa sakit yang mungkin dirasakan pria itu.Dia bangkit, melangkah menuju meja belajarnya, di mana ada kotak kecil yang disimpan sejak lama. Isinya adalah b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 88

    Udara pagi yang segar menyelimuti taman kampus. Lia berjalan dengan langkah ringan menuju fakultasnya. Matahari bersinar cerah, seolah memantulkan perasaan lega di hatinya. Setelah sekian lama terjebak dalam kebimbangan, akhirnya ia mengambil keputusan yang memberinya ketenangan.Keputusannya memilih Dean sebagai pasangannya bukanlah hal yang mudah. Lia menyadari betul bahwa ada hati yang mungkin terluka, yaitu Raka, seseorang yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Namun, ia percaya bahwa kejujuran adalah cara terbaik untuk menghadapi segalanya.Dean sudah menunggunya di depan gedung fakultas. Wajahnya berseri-seri, matanya menyiratkan rasa bahagia yang tidak bisa ia sembunyikan. Ketika Lia menghampirinya, Dean langsung tersenyum lebar.“Pagi, Lia,” sapa Dean lembut.“Pagi,” jawab Lia dengan senyum tipis.Dean meraih tas Lia dengan santai, menawarkan untuk membawanya. Lia membiarkannya, merasa nyaman dengan perhatian keci

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 98

    Raka berjalan perlahan meninggalkan taman kampus, langkahnya berat seperti menahan beban tak kasatmata. Suara tawa kecil yang samar terdengar dari arah belakang membuat dadanya terasa sesak, tapi ia tidak menoleh. Angin sore menerpa wajahnya, menyapu rambutnya yang sedikit berantakan.Pikirannya bercampur aduk. Antara menyesali apa yang tidak pernah ia lakukan dan mencoba menerima kenyataan bahwa Lia telah memilih.Sesampainya di parkiran, ia duduk di jok motornya tanpa menyalakan mesin. Wajahnya menghadap ke langit yang semakin gelap, seakan mencari jawaban dari kekosongan yang tiba-tiba menyelimutinya.Dia memejamkan mata, mencoba mengingat senyum Lia, suara lembutnya, dan momen-momen kecil yang dulu terasa berarti. Namun, bayangan itu kini terasa seperti serpihan kaca yang menyakitkan saat disentuh.Suara dering ponsel membuyarkan lamunannya. Raka membuka layar, nama “Arin” tertera di sana.Ia menghela napas sebelum menjawab. “Hal

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 97

    Langit sore mulai berubah jingga saat Lia berdiri di depan gedung kampus. Angin berembus lembut, menggoyangkan helaian rambutnya yang terurai. Tatapannya menerawang jauh, seakan pikirannya berada di tempat lain.“Lia.”Suara itu memecah lamunannya. Ia menoleh dan menemukan Dean berdiri tak jauh darinya. Senyum tipis terukir di wajah lelaki itu, meski ada sesuatu di matanya—sesuatu yang membuat dada Lia sedikit bergetar.“Aku sudah menunggumu.”Lia menarik napas dalam-dalam. Ia tahu percakapan ini tak bisa dihindari. Setelah semua yang terjadi, setelah kebingungan yang selama ini menghantuinya, mungkin ini saatnya mengambil keputusan.“Kita bicara di taman belakang?” usul Dean.Lia mengangguk. Mereka berjalan berdampingan, namun ada jarak tipis di antara mereka—seperti tembok tak kasatmata yang memisahkan perasaan mereka.Saat mereka tiba di taman, senja sudah hampir tenggelam. Langit berubah menjadi ungu keemasan, m

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 96

    Senja mulai turun saat Lia duduk di bangku kayu di bawah pohon rindang di taman kampus. Angin sepoi-sepoi mengibaskan ujung rambutnya, namun ia tak peduli. Tatapannya tertuju pada secarik kertas yang ia genggam erat—surat dari Raka.Ia membaca ulang tulisan tangan yang familiar itu, berusaha memahami isi hati Raka yang terukir dalam kata-kata."Lia,Aku tahu hubungan kita telah melalui banyak pasang surut. Aku berterima kasih untuk setiap momen yang pernah kita bagi. Tapi aku sadar, terkadang cinta adalah tentang melepaskan. Aku ingin kamu bahagia, Lia, meskipun itu berarti aku harus mundur. Dean adalah orang yang tepat untukmu, dan aku yakin dia bisa memberikan kebahagiaan yang selama ini kamu cari.Aku akan baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku. Kamu selalu ada di hatiku, tapi aku harus melangkah maju.Terima kasih untuk segalanya.-Raka"Hati Lia mencelos membaca baris terakhir itu. Ada rasa haru, bersamaan dengan rasa lega. Ia tah

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 95

    Langit pagi terasa cerah, dengan sinar matahari lembut menyinari jalanan kampus yang mulai ramai oleh mahasiswa yang berlalu-lalang. Suara tawa dan percakapan ringan menggema di lorong-lorong, menyelimuti suasana kampus yang penuh kehidupan. Lia berjalan pelan menuju kelasnya, dengan tas selempang tergantung di bahu. Namun, di tengah keramaian itu, pikirannya melayang, terjebak dalam euforia percakapannya dengan Dean semalam.Ia tidak bisa berhenti tersenyum. Segala yang terjadi antara dirinya dan Dean terasa seperti mimpi. Setelah sekian lama berada dalam kebingungan tentang perasaan mereka, akhirnya semuanya jelas. Tapi di balik kebahagiaannya, ada perasaan lain yang berusaha ia sembunyikan—rasa bersalah pada Raka.“Lia!” Sebuah suara memanggilnya dari kejauhan.Lia menoleh dan melihat Dean berlari kecil ke arahnya, dengan senyuman khas yang selalu berhasil membuatnya merasa tenang.“Hai,” sapa Lia, berhenti di depan pintu kelas.“

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 94

    Matahari pagi menyinari halaman kampus yang mulai ramai oleh para mahasiswa. Suara riuh dari para mahasiswa baru yang berlatih drama di aula terdengar sampai ke sudut taman kampus. Lia duduk di bangku kayu dengan sebuah buku terbuka di pangkuannya. Namun, pikirannya tidak sepenuhnya ada di sana.Ia menoleh ke kanan, tempat Dean tengah berbicara dengan beberapa temannya. Sesekali tawa Dean terdengar, dan itu cukup untuk membuat jantung Lia berdegup sedikit lebih cepat. Sejak kompetisi debat kemarin, hubungan mereka semakin terasa berbeda. Ada kehangatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, dan ia tahu, perlahan perasaannya terhadap Dean menjadi lebih jelas.“Lia!” Sebuah suara memanggilnya.Lia menoleh dan melihat Raka berjalan ke arahnya, membawa dua gelas kopi di tangan. Ada senyum kecil di wajah Raka, tetapi ia terlihat lebih tenang daripada sebelumnya.“Hai, Raka,” sapa Lia, memberikan ruang di bangku untuknya. “Kopi untukku?”

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bba 93

    Hujan gerimis turun membasahi kota di sore itu. Langit tampak kelabu, seperti cerminan suasana hati Raka. Ia duduk di sebuah kedai kopi kecil yang berada di pinggir jalan, memandangi orang-orang yang berlalu lalang dengan payung warna-warni. Secangkir kopi hitam di depannya sudah mulai dingin, tapi ia tidak peduli.Pikirannya melayang pada kejadian pagi tadi. Ia sempat melihat Lia dan Dean berjalan bersama di koridor kampus, dengan senyum yang begitu tulus di wajah mereka. Meski sudah bertekad untuk menerima kenyataan, ada bagian kecil di hatinya yang masih terasa perih."Kenapa masih terasa sulit?" gumamnya pelan, hampir tidak terdengar di tengah suara rintik hujan.Pintu kedai terbuka, mengundang angin dingin masuk ke dalam. Raka mendongak, dan matanya bertemu dengan seorang gadis berambut panjang yang basah kuyup karena hujan. Ia mengenakan mantel kuning cerah, tapi rambutnya yang meneteskan air menunjukkan bahwa payung yang ia bawa tidak banyak me

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 92

    Langit pagi masih dipenuhi rona oranye ketika Lia melangkahkan kaki ke taman kota. Ia sengaja datang lebih awal, mencari ketenangan sebelum menghadapi hari yang penuh keraguan. Aroma embun pagi bercampur dengan harum bunga mawar yang bermekaran di sekeliling membuatnya sedikit lebih tenang.Di tengah hamparan rumput, Lia duduk di bangku kayu yang menghadap kolam kecil. Ia menggenggam secangkir cokelat hangat yang dibawanya dari rumah, sesekali menyeruputnya perlahan. Pandangannya menerawang, memikirkan dua orang yang selama ini mengisi dunianya."Dean..." gumamnya pelan, suaranya tenggelam di antara kicauan burung.Dean, dengan segala ketulusannya, selalu ada untuknya, bahkan di saat Lia sendiri merasa sulit memahami dirinya. Namun, ada Raka, sahabat yang sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil, yang kehadirannya begitu akrab hingga kadang terasa seperti udara—penting, tapi sering kali terlupakan.Lia menarik napas panjang, mencoba men

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 91

    Pagi di pelataran sekolah terasa lebih tenang dari biasanya. Namun, di sudut lain, suasana hati Lia justru sebaliknya. Ia berjalan pelan melewati koridor sambil menggenggam erat buku catatan kecil di tangannya, tatapan matanya kosong menatap lantai. Sejak malam tadi, pesan singkat dari Dean terus terngiang di benaknya."Besok kita bicara, aku akan menunggumu di taman belakang sekolah."Pesan itu sederhana, tapi cukup untuk membuat tidur Lia tak nyenyak. Ada semacam ketegangan yang belum bisa ia uraikan. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat suara panggilan menyadarkannya."Lia!"Suara Raka membuatnya menoleh. Pemuda itu berdiri tak jauh darinya, mengenakan jaket abu-abu yang sudah menjadi ciri khasnya. Raka tersenyum kecil, meski matanya menyiratkan sesuatu yang berbeda—entah gugup atau ragu."Raka?" Lia mencoba tersenyum, meski wajahnya terlihat lelah."Kenapa pagi-pagi kamu kelihatan murung? Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Ra

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 89

    Koridor kampus tampak lebih ramai dari biasanya. Mahasiswa berlalu-lalang dengan raut wajah penuh semangat. Hari itu, ada presentasi besar yang ditunggu-tunggu oleh semua fakultas. Lia, Dean, dan Raka menjadi pusat perhatian karena mereka tergabung dalam tim yang akan mempresentasikan proyek unggulan kampus.Lia duduk di sudut ruangan, memeriksa ulang bahan presentasinya dengan teliti. Di sebelahnya, Dean sibuk mengatur slide presentasi di laptop, sesekali melirik ke arah Lia untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.“Kamu udah siap?” tanya Dean sambil memutar layar laptop ke arah Lia.Lia mengangguk kecil. “Iya, cuma sedikit deg-degan aja.”Dean tersenyum, menepuk pundaknya pelan. “Kamu bakal hebat, seperti biasa.”Dari kejauhan, Raka memperhatikan keduanya. Meski senyuman tipis terlukis di wajahnya, ada sedikit rasa hampa yang tak bisa ia abaikan. Namun, ia tahu bahwa keputusan Lia sudah jelas, dan ia harus belajar menerim

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status