Share

Bab 86

Penulis: Zayba Almira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 16:00:38

Langit sore di kampus perlahan berubah jingga. Burung-burung terbang kembali ke sarangnya, menciptakan pemandangan indah di atas taman belakang fakultas. Lia melangkah perlahan di jalan setapak, membawa dirinya menuju tempat pertemuan yang diminta Dean. Pesan di ponselnya yang berbunyi, "Ketemu di taman belakang, jam 4 sore. Ada yang mau aku omongin." terus terngiang-ngiang.

Ia berhenti sejenak di bawah pohon beringin besar yang menaungi taman. Dari kejauhan, ia sudah melihat Dean berdiri dengan postur santainya. Pria itu bersandar pada pagar besi, wajahnya setengah tertutup oleh sinar matahari yang menyinari rambut kecokelatannya. Ada sesuatu dalam cara dia menunggu—tenang tapi penuh ketegasan—yang selalu membuat Lia merasa ada sesuatu yang besar sedang menunggunya.

“Hei,” suara Dean memecah keheningan saat Lia semakin dekat.

“Hey,” jawab Lia, mencoba menyembunyikan kegugupannya.

“Duduk, yuk,” ajak Dean, menunjuk bangku kayu di bawah pohon f
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 87

    Bab 87: Keputusan yang Tak TerhindarkanPagi yang cerah menyelimuti kota. Sinar matahari menembus tirai jendela kamar Lia, membangunkannya dari tidur yang tidak nyenyak. Sepanjang malam, pikirannya terus berputar. Pilihan antara Dean dan Raka seperti dua jalan berbeda yang harus ia tentukan, tetapi keduanya sama-sama memiliki kenangan yang melekat di hati.Lia duduk di tepi ranjang, menatap keluar jendela. Jalanan kampus mulai ramai oleh mahasiswa yang berlalu-lalang, membawa semangat hari baru. Tapi ia merasa kosong. Sebuah pesan singkat dari Dean masih menggantung di ponselnya:“Aku butuh jawaban, Lia. Tapi aku nggak mau kamu merasa terburu-buru.”Pesan itu sederhana, tetapi memiliki bobot yang berat. Lia tahu Dean berusaha memberinya ruang untuk berpikir, namun ia tidak bisa mengabaikan rasa sakit yang mungkin dirasakan pria itu.Dia bangkit, melangkah menuju meja belajarnya, di mana ada kotak kecil yang disimpan sejak lama. Isinya adalah b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 88

    Udara pagi yang segar menyelimuti taman kampus. Lia berjalan dengan langkah ringan menuju fakultasnya. Matahari bersinar cerah, seolah memantulkan perasaan lega di hatinya. Setelah sekian lama terjebak dalam kebimbangan, akhirnya ia mengambil keputusan yang memberinya ketenangan.Keputusannya memilih Dean sebagai pasangannya bukanlah hal yang mudah. Lia menyadari betul bahwa ada hati yang mungkin terluka, yaitu Raka, seseorang yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Namun, ia percaya bahwa kejujuran adalah cara terbaik untuk menghadapi segalanya.Dean sudah menunggunya di depan gedung fakultas. Wajahnya berseri-seri, matanya menyiratkan rasa bahagia yang tidak bisa ia sembunyikan. Ketika Lia menghampirinya, Dean langsung tersenyum lebar.“Pagi, Lia,” sapa Dean lembut.“Pagi,” jawab Lia dengan senyum tipis.Dean meraih tas Lia dengan santai, menawarkan untuk membawanya. Lia membiarkannya, merasa nyaman dengan perhatian keci

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 90

    Pagi itu, langit cerah tanpa satu pun awan menggantung. Udara dingin sisa hujan semalam masih terasa, namun sinar matahari mulai menghangatkan suasana. Lia berdiri di depan cermin kamarnya, memandang bayangannya sendiri dengan napas tertahan. Ia tahu, hari ini akan menjadi hari yang penting.Setelah menata rambutnya dengan sederhana, ia mengambil ponsel di meja. Pesan dari Dean yang masuk semalam kembali terngiang di pikirannya. “Besok kita makan bareng, ya? Aku mau ngobrol sesuatu sama kamu.”Sebuah ketukan di pintu mengalihkan perhatian Lia. “Lia, kamu nggak telat kan? Mau aku anter?” suara ibunya terdengar dari balik pintu.“Nggak kok, Bu. Aku jalan sebentar lagi,” jawab Lia sambil mengambil tas. Ia mencoba menenangkan debaran di dadanya.Dean sudah menunggu di meja dekat jendela ketika Lia tiba. Ia tampak santai dengan kemeja putih dan jeans gelap, namun ada ketenangan yang berbeda dari raut wajahnya. Saat melihat Lia mendekat, Dean

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 89

    Koridor kampus tampak lebih ramai dari biasanya. Mahasiswa berlalu-lalang dengan raut wajah penuh semangat. Hari itu, ada presentasi besar yang ditunggu-tunggu oleh semua fakultas. Lia, Dean, dan Raka menjadi pusat perhatian karena mereka tergabung dalam tim yang akan mempresentasikan proyek unggulan kampus.Lia duduk di sudut ruangan, memeriksa ulang bahan presentasinya dengan teliti. Di sebelahnya, Dean sibuk mengatur slide presentasi di laptop, sesekali melirik ke arah Lia untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.“Kamu udah siap?” tanya Dean sambil memutar layar laptop ke arah Lia.Lia mengangguk kecil. “Iya, cuma sedikit deg-degan aja.”Dean tersenyum, menepuk pundaknya pelan. “Kamu bakal hebat, seperti biasa.”Dari kejauhan, Raka memperhatikan keduanya. Meski senyuman tipis terlukis di wajahnya, ada sedikit rasa hampa yang tak bisa ia abaikan. Namun, ia tahu bahwa keputusan Lia sudah jelas, dan ia harus belajar menerim

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 91

    Pagi di pelataran sekolah terasa lebih tenang dari biasanya. Namun, di sudut lain, suasana hati Lia justru sebaliknya. Ia berjalan pelan melewati koridor sambil menggenggam erat buku catatan kecil di tangannya, tatapan matanya kosong menatap lantai. Sejak malam tadi, pesan singkat dari Dean terus terngiang di benaknya."Besok kita bicara, aku akan menunggumu di taman belakang sekolah."Pesan itu sederhana, tapi cukup untuk membuat tidur Lia tak nyenyak. Ada semacam ketegangan yang belum bisa ia uraikan. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat suara panggilan menyadarkannya."Lia!"Suara Raka membuatnya menoleh. Pemuda itu berdiri tak jauh darinya, mengenakan jaket abu-abu yang sudah menjadi ciri khasnya. Raka tersenyum kecil, meski matanya menyiratkan sesuatu yang berbeda—entah gugup atau ragu."Raka?" Lia mencoba tersenyum, meski wajahnya terlihat lelah."Kenapa pagi-pagi kamu kelihatan murung? Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Ra

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 92

    Langit pagi masih dipenuhi rona oranye ketika Lia melangkahkan kaki ke taman kota. Ia sengaja datang lebih awal, mencari ketenangan sebelum menghadapi hari yang penuh keraguan. Aroma embun pagi bercampur dengan harum bunga mawar yang bermekaran di sekeliling membuatnya sedikit lebih tenang.Di tengah hamparan rumput, Lia duduk di bangku kayu yang menghadap kolam kecil. Ia menggenggam secangkir cokelat hangat yang dibawanya dari rumah, sesekali menyeruputnya perlahan. Pandangannya menerawang, memikirkan dua orang yang selama ini mengisi dunianya."Dean..." gumamnya pelan, suaranya tenggelam di antara kicauan burung.Dean, dengan segala ketulusannya, selalu ada untuknya, bahkan di saat Lia sendiri merasa sulit memahami dirinya. Namun, ada Raka, sahabat yang sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil, yang kehadirannya begitu akrab hingga kadang terasa seperti udara—penting, tapi sering kali terlupakan.Lia menarik napas panjang, mencoba men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bba 93

    Hujan gerimis turun membasahi kota di sore itu. Langit tampak kelabu, seperti cerminan suasana hati Raka. Ia duduk di sebuah kedai kopi kecil yang berada di pinggir jalan, memandangi orang-orang yang berlalu lalang dengan payung warna-warni. Secangkir kopi hitam di depannya sudah mulai dingin, tapi ia tidak peduli.Pikirannya melayang pada kejadian pagi tadi. Ia sempat melihat Lia dan Dean berjalan bersama di koridor kampus, dengan senyum yang begitu tulus di wajah mereka. Meski sudah bertekad untuk menerima kenyataan, ada bagian kecil di hatinya yang masih terasa perih."Kenapa masih terasa sulit?" gumamnya pelan, hampir tidak terdengar di tengah suara rintik hujan.Pintu kedai terbuka, mengundang angin dingin masuk ke dalam. Raka mendongak, dan matanya bertemu dengan seorang gadis berambut panjang yang basah kuyup karena hujan. Ia mengenakan mantel kuning cerah, tapi rambutnya yang meneteskan air menunjukkan bahwa payung yang ia bawa tidak banyak me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 94

    Matahari pagi menyinari halaman kampus yang mulai ramai oleh para mahasiswa. Suara riuh dari para mahasiswa baru yang berlatih drama di aula terdengar sampai ke sudut taman kampus. Lia duduk di bangku kayu dengan sebuah buku terbuka di pangkuannya. Namun, pikirannya tidak sepenuhnya ada di sana.Ia menoleh ke kanan, tempat Dean tengah berbicara dengan beberapa temannya. Sesekali tawa Dean terdengar, dan itu cukup untuk membuat jantung Lia berdegup sedikit lebih cepat. Sejak kompetisi debat kemarin, hubungan mereka semakin terasa berbeda. Ada kehangatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, dan ia tahu, perlahan perasaannya terhadap Dean menjadi lebih jelas.“Lia!” Sebuah suara memanggilnya.Lia menoleh dan melihat Raka berjalan ke arahnya, membawa dua gelas kopi di tangan. Ada senyum kecil di wajah Raka, tetapi ia terlihat lebih tenang daripada sebelumnya.“Hai, Raka,” sapa Lia, memberikan ruang di bangku untuknya. “Kopi untukku?”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29

Bab terbaru

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 96

    Senja mulai turun saat Lia duduk di bangku kayu di bawah pohon rindang di taman kampus. Angin sepoi-sepoi mengibaskan ujung rambutnya, namun ia tak peduli. Tatapannya tertuju pada secarik kertas yang ia genggam erat—surat dari Raka.Ia membaca ulang tulisan tangan yang familiar itu, berusaha memahami isi hati Raka yang terukir dalam kata-kata."Lia,Aku tahu hubungan kita telah melalui banyak pasang surut. Aku berterima kasih untuk setiap momen yang pernah kita bagi. Tapi aku sadar, terkadang cinta adalah tentang melepaskan. Aku ingin kamu bahagia, Lia, meskipun itu berarti aku harus mundur. Dean adalah orang yang tepat untukmu, dan aku yakin dia bisa memberikan kebahagiaan yang selama ini kamu cari.Aku akan baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku. Kamu selalu ada di hatiku, tapi aku harus melangkah maju.Terima kasih untuk segalanya.-Raka"Hati Lia mencelos membaca baris terakhir itu. Ada rasa haru, bersamaan dengan rasa lega. Ia tah

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 95

    Langit pagi terasa cerah, dengan sinar matahari lembut menyinari jalanan kampus yang mulai ramai oleh mahasiswa yang berlalu-lalang. Suara tawa dan percakapan ringan menggema di lorong-lorong, menyelimuti suasana kampus yang penuh kehidupan. Lia berjalan pelan menuju kelasnya, dengan tas selempang tergantung di bahu. Namun, di tengah keramaian itu, pikirannya melayang, terjebak dalam euforia percakapannya dengan Dean semalam.Ia tidak bisa berhenti tersenyum. Segala yang terjadi antara dirinya dan Dean terasa seperti mimpi. Setelah sekian lama berada dalam kebingungan tentang perasaan mereka, akhirnya semuanya jelas. Tapi di balik kebahagiaannya, ada perasaan lain yang berusaha ia sembunyikan—rasa bersalah pada Raka.“Lia!” Sebuah suara memanggilnya dari kejauhan.Lia menoleh dan melihat Dean berlari kecil ke arahnya, dengan senyuman khas yang selalu berhasil membuatnya merasa tenang.“Hai,” sapa Lia, berhenti di depan pintu kelas.“

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 94

    Matahari pagi menyinari halaman kampus yang mulai ramai oleh para mahasiswa. Suara riuh dari para mahasiswa baru yang berlatih drama di aula terdengar sampai ke sudut taman kampus. Lia duduk di bangku kayu dengan sebuah buku terbuka di pangkuannya. Namun, pikirannya tidak sepenuhnya ada di sana.Ia menoleh ke kanan, tempat Dean tengah berbicara dengan beberapa temannya. Sesekali tawa Dean terdengar, dan itu cukup untuk membuat jantung Lia berdegup sedikit lebih cepat. Sejak kompetisi debat kemarin, hubungan mereka semakin terasa berbeda. Ada kehangatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, dan ia tahu, perlahan perasaannya terhadap Dean menjadi lebih jelas.“Lia!” Sebuah suara memanggilnya.Lia menoleh dan melihat Raka berjalan ke arahnya, membawa dua gelas kopi di tangan. Ada senyum kecil di wajah Raka, tetapi ia terlihat lebih tenang daripada sebelumnya.“Hai, Raka,” sapa Lia, memberikan ruang di bangku untuknya. “Kopi untukku?”

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bba 93

    Hujan gerimis turun membasahi kota di sore itu. Langit tampak kelabu, seperti cerminan suasana hati Raka. Ia duduk di sebuah kedai kopi kecil yang berada di pinggir jalan, memandangi orang-orang yang berlalu lalang dengan payung warna-warni. Secangkir kopi hitam di depannya sudah mulai dingin, tapi ia tidak peduli.Pikirannya melayang pada kejadian pagi tadi. Ia sempat melihat Lia dan Dean berjalan bersama di koridor kampus, dengan senyum yang begitu tulus di wajah mereka. Meski sudah bertekad untuk menerima kenyataan, ada bagian kecil di hatinya yang masih terasa perih."Kenapa masih terasa sulit?" gumamnya pelan, hampir tidak terdengar di tengah suara rintik hujan.Pintu kedai terbuka, mengundang angin dingin masuk ke dalam. Raka mendongak, dan matanya bertemu dengan seorang gadis berambut panjang yang basah kuyup karena hujan. Ia mengenakan mantel kuning cerah, tapi rambutnya yang meneteskan air menunjukkan bahwa payung yang ia bawa tidak banyak me

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 92

    Langit pagi masih dipenuhi rona oranye ketika Lia melangkahkan kaki ke taman kota. Ia sengaja datang lebih awal, mencari ketenangan sebelum menghadapi hari yang penuh keraguan. Aroma embun pagi bercampur dengan harum bunga mawar yang bermekaran di sekeliling membuatnya sedikit lebih tenang.Di tengah hamparan rumput, Lia duduk di bangku kayu yang menghadap kolam kecil. Ia menggenggam secangkir cokelat hangat yang dibawanya dari rumah, sesekali menyeruputnya perlahan. Pandangannya menerawang, memikirkan dua orang yang selama ini mengisi dunianya."Dean..." gumamnya pelan, suaranya tenggelam di antara kicauan burung.Dean, dengan segala ketulusannya, selalu ada untuknya, bahkan di saat Lia sendiri merasa sulit memahami dirinya. Namun, ada Raka, sahabat yang sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil, yang kehadirannya begitu akrab hingga kadang terasa seperti udara—penting, tapi sering kali terlupakan.Lia menarik napas panjang, mencoba men

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 91

    Pagi di pelataran sekolah terasa lebih tenang dari biasanya. Namun, di sudut lain, suasana hati Lia justru sebaliknya. Ia berjalan pelan melewati koridor sambil menggenggam erat buku catatan kecil di tangannya, tatapan matanya kosong menatap lantai. Sejak malam tadi, pesan singkat dari Dean terus terngiang di benaknya."Besok kita bicara, aku akan menunggumu di taman belakang sekolah."Pesan itu sederhana, tapi cukup untuk membuat tidur Lia tak nyenyak. Ada semacam ketegangan yang belum bisa ia uraikan. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat suara panggilan menyadarkannya."Lia!"Suara Raka membuatnya menoleh. Pemuda itu berdiri tak jauh darinya, mengenakan jaket abu-abu yang sudah menjadi ciri khasnya. Raka tersenyum kecil, meski matanya menyiratkan sesuatu yang berbeda—entah gugup atau ragu."Raka?" Lia mencoba tersenyum, meski wajahnya terlihat lelah."Kenapa pagi-pagi kamu kelihatan murung? Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Ra

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 89

    Koridor kampus tampak lebih ramai dari biasanya. Mahasiswa berlalu-lalang dengan raut wajah penuh semangat. Hari itu, ada presentasi besar yang ditunggu-tunggu oleh semua fakultas. Lia, Dean, dan Raka menjadi pusat perhatian karena mereka tergabung dalam tim yang akan mempresentasikan proyek unggulan kampus.Lia duduk di sudut ruangan, memeriksa ulang bahan presentasinya dengan teliti. Di sebelahnya, Dean sibuk mengatur slide presentasi di laptop, sesekali melirik ke arah Lia untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.“Kamu udah siap?” tanya Dean sambil memutar layar laptop ke arah Lia.Lia mengangguk kecil. “Iya, cuma sedikit deg-degan aja.”Dean tersenyum, menepuk pundaknya pelan. “Kamu bakal hebat, seperti biasa.”Dari kejauhan, Raka memperhatikan keduanya. Meski senyuman tipis terlukis di wajahnya, ada sedikit rasa hampa yang tak bisa ia abaikan. Namun, ia tahu bahwa keputusan Lia sudah jelas, dan ia harus belajar menerim

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 90

    Pagi itu, langit cerah tanpa satu pun awan menggantung. Udara dingin sisa hujan semalam masih terasa, namun sinar matahari mulai menghangatkan suasana. Lia berdiri di depan cermin kamarnya, memandang bayangannya sendiri dengan napas tertahan. Ia tahu, hari ini akan menjadi hari yang penting.Setelah menata rambutnya dengan sederhana, ia mengambil ponsel di meja. Pesan dari Dean yang masuk semalam kembali terngiang di pikirannya. “Besok kita makan bareng, ya? Aku mau ngobrol sesuatu sama kamu.”Sebuah ketukan di pintu mengalihkan perhatian Lia. “Lia, kamu nggak telat kan? Mau aku anter?” suara ibunya terdengar dari balik pintu.“Nggak kok, Bu. Aku jalan sebentar lagi,” jawab Lia sambil mengambil tas. Ia mencoba menenangkan debaran di dadanya.Dean sudah menunggu di meja dekat jendela ketika Lia tiba. Ia tampak santai dengan kemeja putih dan jeans gelap, namun ada ketenangan yang berbeda dari raut wajahnya. Saat melihat Lia mendekat, Dean

  • CINTA DI BALIK BENCI   Bab 88

    Udara pagi yang segar menyelimuti taman kampus. Lia berjalan dengan langkah ringan menuju fakultasnya. Matahari bersinar cerah, seolah memantulkan perasaan lega di hatinya. Setelah sekian lama terjebak dalam kebimbangan, akhirnya ia mengambil keputusan yang memberinya ketenangan.Keputusannya memilih Dean sebagai pasangannya bukanlah hal yang mudah. Lia menyadari betul bahwa ada hati yang mungkin terluka, yaitu Raka, seseorang yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Namun, ia percaya bahwa kejujuran adalah cara terbaik untuk menghadapi segalanya.Dean sudah menunggunya di depan gedung fakultas. Wajahnya berseri-seri, matanya menyiratkan rasa bahagia yang tidak bisa ia sembunyikan. Ketika Lia menghampirinya, Dean langsung tersenyum lebar.“Pagi, Lia,” sapa Dean lembut.“Pagi,” jawab Lia dengan senyum tipis.Dean meraih tas Lia dengan santai, menawarkan untuk membawanya. Lia membiarkannya, merasa nyaman dengan perhatian keci

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status