All Chapters of Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis: Chapter 41 - Chapter 50

102 Chapters

Sekretaris Bandel

"San, mau pulang bareng aku nggak?" tanya Juna saat Sandrina baru keluar dari ruangan Hurraim. Sandrina tersenyum simpul lantas menggeleng pelan. "Aku sudah dewasa, bisa pulang sendiri. Jangan khawatir, ok!" Ia bicara dengan santai. Juna menyeringai sembari menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak terasa gatal. "Aku cuma mau antarkan kamu pulang. Sesama rekan kerja, kita harus saling tolong menolong. Bukan begitu, sekretaris CEO?""Terima kasih atas niat baiknya, Juna. Tapi kumohon jangan sekarang, ya," ucap Sandrina meminta pengertian dari lawan bicaranya. Juna mengusap wajahnya kasar. Dia sungguh merasa kesulitan mendekati Sandrina. Saat pertama kali bertemu, Juna langsung tertarik pada Sandrina yang begitu positif vibes. Sekarang, mereka berjalan berdampingan menuju lantai bawah. Jam pulang kantor telah tiba. Sandrina berniat mampir ke San Kitchen sebelum benar-benar pulang ke rumahnya. Saat tiba di pintu utama perusahaan, Sandrina berpapasan dengan Hurraim. Lelaki tampan i
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Karpet dan Tenda

"Terima kasih ya, Pak," ucap Sandrina pada sopir grab car. Ya, malam ini Sandrina memilih menggunakan grab car. Hal itu dia lakukan karena malas menyetir. Lagipula, jarak dari rumahnya ke danau tidak terlalu jauh. Penjaga danau tersenyum melihat Sandrina. Setelah tahu bahwa hanya Sandrina yang diperbolehkan masuk ke danau itu, penjaga itu mulai mengerti jika Sandrina adalah wanita spesial bagi Hurraim. Saat ini Hurraim sudah menunggu di tepi danau. Lelaki tampan itu menatap danau yang bergelombang terhempas angin malam. Kegelapan membawanya masuk ke dalam sebuah hayalan. Ya, dia menghayal bisa menikah dengan wanita yang tepat. Wanita yang bisa menerima segala kekurangannya. "Selamat malam, Pak Hurraim," sapa Sandrina dengan suara anggun. Hurraim tidak menyahuti. Tentu saja karena dia tidak fokus. Hal itu membuat Sandrina mengerutkan dahi. Wanita cantik itu pun mencoba melangkah lebih dekat. Lalu, berdiri di hadapan Hurraim yang termangu tanpa kata. "Hei, serius amat ngelamunnya!"
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Piknik Dadakan

Bintang di langit malam ini bersembunyi di balik awan hitam. Bulan pun sama seperti bintang, tidak menampakan wujudnya. Angin sepoi-sepoi semakin dingin dan kian mengencang. Ranting pohon bergoyang-goyang dan membuat dedaunan saling berdesakan. Di atas tikar, menghadap sebuah danau buatan, dua manusia tengah menikmati malam dengan sepasang cangkir kopi hangat dan mie instan dalam cup. Berbagai macam olahan seafood yang sudah dibakar, tersedia di hadapan keduanya. Malam ini, Hurraim sengaja menyiapkan semua ini untuk dinikmati dengan Sandrina. Awalnya Sandrina sedikit kaget sekaligus heran. Mengapa lelaki aneh seperti Hurraim tiba-tiba mau menikmati pop mie dan sate obong seperti ini. Namun, saat tahu alasannya, Sandrina pun akhirnya bisa memahami. "Aku tidak pernah pergi piknik seperti kebanyakan orang," ucap Hurraim sembari menatap danau yang tenang. Sandrina menoleh, sedikit tidak percaya. Namun, mengingat semua orang tidaklah mengalami kehidupan yang sama, akhirnya dia pun coba
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Kedinginan

Hurraim membawa Sandrina ke dalam tenda. Hujan di luar semakin deras, dan angin pun lumayan bertiup kencang. Sandrina meringis kesakitan, hal itu membuat Hurraim kebingungan sekaligus khawatir padanya. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Hurraim sembari menatap cemas.Sandrina melipat bibirnya ke dalam, menahan sakit di kakinya. Sebenarnya tidak terlalu sakit, tapi jika digerakkan, rasanya ngilu dan berdenyut. "Jangan khawatir. Ini hanya sakit biasa.""Yang benar saja? Aku nggak mau kamu kenapa-napa. Apa perlu telepon dokter?" tanya Hurraim semakin cemas. Kedua matanya kini melirik pada kaki kanan Sandrina yang mungkin sedikit terkilir. Sandrina refleks menggeleng. "Eh, nggak perlu. Ini cuma sakit biasa aja, Pak CEO. Nanti tinggal diurut sama ibu di rumah.""Oh, begini saja, biar aku bantu urut," ucap Hurraim yang kemudian memegang kaki Sandrina. Sontak saja Sandrina terperanjat kaget. Kakinya hendak ia tarik, tapi Hurraim menggenggamnya dengan erat. Tentu saja Sandrina merasa cang
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Diantar Pulang

Hurraim membuka pintu tenda. Melihat sosok lelaki berpakaian hitam dan mengenakan mantel di sana. Sedikit kesal pada kedatangan asisten pribadinya itu. Namun, dia juga sekarang tidak akan bisa mengulang kejadian itu. Jikalau pun Hurraim kembali melakukan itu setelah Bastian pergi, pasti Sandrina akan langsung menolak atau menjauh. Ingat kata pepatah, kesempatan tidak datang dua kali. "Mau apa kau kemari, sialan!?" bentak Hurraim dengan ekspresi kesal. "Saya bawakan mantel, jaket, dan pakaian ganti untuk Anda dan Bu Sandrina," jawab Bastian sedikit berteriak karena hujan masih deras. Sontak saja Hurraim membuang napasnya kasar dan mengusap wajah asal. Benar, saat hujan tiba, dia sempat mengirim pesan pada Bastian untuk membawakan pakaian ganti. Entah apa alasannya, dia bisa sampai lupa. Mungkin saja keindahan dan kenyamanan dengan Sandrina lah yang membuatnya lupa akan hal itu. Sandrina sendiri kini merasa lega dan bersyukur Bastian datang membawa pakaian ganti. Dia sendiri sudah s
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Makan Bersama Lagi

Hurraim telah sampai di kediaman Sandrina. Betapa senangnya dia karena bisa mengantarkan sekretarisnya itu pulang. Sekarang, dia sudah tahu di mana alamat rumah Sandrina. Itu akan membuatnya lebih mudah menemui Sandrina sesuka hatinya di rumah itu. "Terima kasih ya, Pak CEO," ucap Sandrina sembari membuka seat belt nya. Hurraim mengangguk singkat. Dia buru-buru keluar dari mobil, padahal Sandrina tidak meminta Hurraim untuk ikut turun. Dengan sigap, Hurraim membukakan pintu mobil untuk Sandrina. Dia benar-benar perhatian dan berlagak seperti Romeo pada Juliet. Sandrina sampai dibikin melongo oleh perhatiannya itu. "Silakan," ucap Hurraim. Sandrina tertegun sesaat. Dia hanya diam dan melongo sambil menatap tidak percaya pada Hurraim. Namun setelah beberapa detik kemudian, dia pun mengangguk lantas keluar dari mobil itu. "Ini terlalu berlebih-lebihan, Pak CEO. Aku nggak minta dibukain pintu kayak gini," ucap Sandrina sedikit merasa tidak enak. Hurraim tersenyum miring. "No problem
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Memelukmu

Sandrina terbangun dalam keadaan tidak enak badan. Kepalanya terasa pusing, hidungnya tersumbat dan tubuhnya sedikit menggigil. Masih pagi ini, sang Ibu pun membuatkan ramuan tradisional untuk putrinya. Awalnya Marlinda menyarankan Sandrina untuk izin tidak bekerja. Tentu saja karena Sandrina sedang tidak enak badan. Mungkin efek semalam dia sempat hujan-hujanan dan terlalu lama memakai baju basah. Namun, Sandrina menolak. Dia ingat kalau hari ini ada sebuah meeting yang tidak bisa dilewatkan. Hurraim juga pasti akan marah jika tiba-tiba Sandrina tidak masuk kerja. "Hachim!" Sandrina kembali bersin. Sekarang dia sudah sampai di perusahaan. Pagi ini cuaca sedikit mendung. Sandrina yang sedang meriang pun harus memakai mantel cukup tebal dan celana panjang. Selain itu, Sandrina selalu menggenggam minyak tetapi untuk dioleskan di dahi, bahu, dan dihirup aromanya. "San, kenapa kamu bersin terus? Apakah kamu sakit?" tanya Juna. Dia tampak menatap khawatir pada Sandrina. Sandrina tersen
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Juna Kecewa

Bumi terus berputar. Detik demi detik terlewati. Dua manusia di dalam ruangan itu benar-benar terhanyut dalam kehangatan pelukan. Sejak tadi, Sandrina dan Hurraim tak beranjak dari sofa. Bakso dan minuman hangat sudah habis dilahap keduanya. Sekarang, Hurraim tidak ingin ke mana-mana. Namun, alarm di ponsel Sandrina membuat mereka harus mengurai pelukan. "Sudah waktunya meeting, Pak CEO. Klien kita akan datang lima belas menit lagi," ucap Sandrina sembari menatap serius. Hurraim membuang napasnya kasar. Mengacak rambut jengkel. Inilah hal yang membuatnya malas menjadi CEO. "Ajaib sekali. Tubuhku jadi hangat dan kembali fit setelah berpelukan lama denganmu," ucap Hurraim membahas hal lain. Sandrina memutar bola matanya dan menatap setengah kesal. "Skip. Jangan bahas itu. Mari siap-siap untuk meeting.""Aku rasa, hidupku akan semakin baik jika setiap hari memelukmu," celetuk Hurraim. Membuat Sandrina semakin bertambah kesal. "Pak CEO, bersikaplah profesional. Jangan bercanda, pleas
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Kecemburuan Michael

"Kau tahu siapa klien kita hari ini?" tanya Hurraim pada Sandrina. Mereka kini sedang berjalan menuju ruangan rapat. "Klien kita bernama...." Sandrina mengintip berkas di tangannya. Begitu kedua mata menangkap nama kliennya, sontak saja dia terperanjat kaget. "Ada apa? Siapa namanya?" tanya Hurraim dengan nada penasaran. Dia kini masuk ke dalam ruangan."Dia adalah...." Ssrrrttt!Mobil milik Michael berhenti di loby. Dia pun turun. Staf membawanya ke atas. Kedua matanya berkeliling, mengagumi perusahaan baru yang megah dan besar itu. "CEO sudah menunggu di dalam. Anda sangat beruntung bisa bergabung dengan kami," ucap staf pada Michael. Michael yang ditemani oleh sekretaris nya, tampak tersenyum bangga. Dia pun kini masuk ke ruangan. Pada saat itu, matanya tertuju pada dua manusia yang sangat membuatnya terkejut. "Selamat siang," sapa Hurraim dengan ekspresi ramahnya. Sandrina yang berdiri di samping Hurraim pun turut melempar senyuman. "Selamat siang."Michael benar-benar tida
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Wanita berada besar

Hurraim menatap gemas Sandrina yang sedang makan di hadapannya. Sekarang, mereka sedang berada di restoran Jepang. Awalnya, Hurraim mengajak Sandrina makan di San Kitchen. Namun, Sandrina menolak dengan alasan bosan. Tentu saja itu karena San Kitchen adalah miliknya. "Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Sandrina sembari menghentikan kunyahannya. Agak risih juga diperhatikan seperti itu oleh Hurraim. "Kamu mulai ketagihan berpelukan denganku. Apakah kamu mulai jatuh cinta padaku?" tanya Hurraim sembari menatap genit. Sontak saja Sandrina mendelikan mata dan menatap setengah tidak percaya. "Siapa yang ketagihan!? Pertanyaan macam apa ini. Skip-skip! Lebih baik makan yang banyak.""Jawab dulu! Tadi 'kan kamu tiba-tiba peluk aku. Hmm, apakah itu karena kamu ingin membuat Michael cemburu?" tanya Hurraim lagi. Padahal dia sendiri sudah tahu jawabannya. Hanya karena sanang melihat Sandrina kesal dan mengomel padanya, Hurraim terus-terusan menggoda sekretarisnya itu. "Hmmmm," jawab Sandr
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status