Share

Kedinginan

Penulis: NihayatuZain
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 20:55:12

Hurraim membawa Sandrina ke dalam tenda. Hujan di luar semakin deras, dan angin pun lumayan bertiup kencang. Sandrina meringis kesakitan, hal itu membuat Hurraim kebingungan sekaligus khawatir padanya.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Hurraim sembari menatap cemas.

Sandrina melipat bibirnya ke dalam, menahan sakit di kakinya. Sebenarnya tidak terlalu sakit, tapi jika digerakkan, rasanya ngilu dan berdenyut. "Jangan khawatir. Ini hanya sakit biasa."

"Yang benar saja? Aku nggak mau kamu kenapa-napa. Apa perlu telepon dokter?" tanya Hurraim semakin cemas. Kedua matanya kini melirik pada kaki kanan Sandrina yang mungkin sedikit terkilir.

Sandrina refleks menggeleng. "Eh, nggak perlu. Ini cuma sakit biasa aja, Pak CEO. Nanti tinggal diurut sama ibu di rumah."

"Oh, begini saja, biar aku bantu urut," ucap Hurraim yang kemudian memegang kaki Sandrina.

Sontak saja Sandrina terperanjat kaget. Kakinya hendak ia tarik, tapi Hurraim menggenggamnya dengan erat. Tentu saja Sandrina merasa cang
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Diantar Pulang

    Hurraim membuka pintu tenda. Melihat sosok lelaki berpakaian hitam dan mengenakan mantel di sana. Sedikit kesal pada kedatangan asisten pribadinya itu. Namun, dia juga sekarang tidak akan bisa mengulang kejadian itu. Jikalau pun Hurraim kembali melakukan itu setelah Bastian pergi, pasti Sandrina akan langsung menolak atau menjauh. Ingat kata pepatah, kesempatan tidak datang dua kali. "Mau apa kau kemari, sialan!?" bentak Hurraim dengan ekspresi kesal. "Saya bawakan mantel, jaket, dan pakaian ganti untuk Anda dan Bu Sandrina," jawab Bastian sedikit berteriak karena hujan masih deras. Sontak saja Hurraim membuang napasnya kasar dan mengusap wajah asal. Benar, saat hujan tiba, dia sempat mengirim pesan pada Bastian untuk membawakan pakaian ganti. Entah apa alasannya, dia bisa sampai lupa. Mungkin saja keindahan dan kenyamanan dengan Sandrina lah yang membuatnya lupa akan hal itu. Sandrina sendiri kini merasa lega dan bersyukur Bastian datang membawa pakaian ganti. Dia sendiri sudah s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Makan Bersama Lagi

    Hurraim telah sampai di kediaman Sandrina. Betapa senangnya dia karena bisa mengantarkan sekretarisnya itu pulang. Sekarang, dia sudah tahu di mana alamat rumah Sandrina. Itu akan membuatnya lebih mudah menemui Sandrina sesuka hatinya di rumah itu. "Terima kasih ya, Pak CEO," ucap Sandrina sembari membuka seat belt nya. Hurraim mengangguk singkat. Dia buru-buru keluar dari mobil, padahal Sandrina tidak meminta Hurraim untuk ikut turun. Dengan sigap, Hurraim membukakan pintu mobil untuk Sandrina. Dia benar-benar perhatian dan berlagak seperti Romeo pada Juliet. Sandrina sampai dibikin melongo oleh perhatiannya itu. "Silakan," ucap Hurraim. Sandrina tertegun sesaat. Dia hanya diam dan melongo sambil menatap tidak percaya pada Hurraim. Namun setelah beberapa detik kemudian, dia pun mengangguk lantas keluar dari mobil itu. "Ini terlalu berlebih-lebihan, Pak CEO. Aku nggak minta dibukain pintu kayak gini," ucap Sandrina sedikit merasa tidak enak. Hurraim tersenyum miring. "No problem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Memelukmu

    Sandrina terbangun dalam keadaan tidak enak badan. Kepalanya terasa pusing, hidungnya tersumbat dan tubuhnya sedikit menggigil. Masih pagi ini, sang Ibu pun membuatkan ramuan tradisional untuk putrinya. Awalnya Marlinda menyarankan Sandrina untuk izin tidak bekerja. Tentu saja karena Sandrina sedang tidak enak badan. Mungkin efek semalam dia sempat hujan-hujanan dan terlalu lama memakai baju basah. Namun, Sandrina menolak. Dia ingat kalau hari ini ada sebuah meeting yang tidak bisa dilewatkan. Hurraim juga pasti akan marah jika tiba-tiba Sandrina tidak masuk kerja. "Hachim!" Sandrina kembali bersin. Sekarang dia sudah sampai di perusahaan. Pagi ini cuaca sedikit mendung. Sandrina yang sedang meriang pun harus memakai mantel cukup tebal dan celana panjang. Selain itu, Sandrina selalu menggenggam minyak tetapi untuk dioleskan di dahi, bahu, dan dihirup aromanya. "San, kenapa kamu bersin terus? Apakah kamu sakit?" tanya Juna. Dia tampak menatap khawatir pada Sandrina. Sandrina tersen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Juna Kecewa

    Bumi terus berputar. Detik demi detik terlewati. Dua manusia di dalam ruangan itu benar-benar terhanyut dalam kehangatan pelukan. Sejak tadi, Sandrina dan Hurraim tak beranjak dari sofa. Bakso dan minuman hangat sudah habis dilahap keduanya. Sekarang, Hurraim tidak ingin ke mana-mana. Namun, alarm di ponsel Sandrina membuat mereka harus mengurai pelukan. "Sudah waktunya meeting, Pak CEO. Klien kita akan datang lima belas menit lagi," ucap Sandrina sembari menatap serius. Hurraim membuang napasnya kasar. Mengacak rambut jengkel. Inilah hal yang membuatnya malas menjadi CEO. "Ajaib sekali. Tubuhku jadi hangat dan kembali fit setelah berpelukan lama denganmu," ucap Hurraim membahas hal lain. Sandrina memutar bola matanya dan menatap setengah kesal. "Skip. Jangan bahas itu. Mari siap-siap untuk meeting.""Aku rasa, hidupku akan semakin baik jika setiap hari memelukmu," celetuk Hurraim. Membuat Sandrina semakin bertambah kesal. "Pak CEO, bersikaplah profesional. Jangan bercanda, pleas

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Kecemburuan Michael

    "Kau tahu siapa klien kita hari ini?" tanya Hurraim pada Sandrina. Mereka kini sedang berjalan menuju ruangan rapat. "Klien kita bernama...." Sandrina mengintip berkas di tangannya. Begitu kedua mata menangkap nama kliennya, sontak saja dia terperanjat kaget. "Ada apa? Siapa namanya?" tanya Hurraim dengan nada penasaran. Dia kini masuk ke dalam ruangan."Dia adalah...." Ssrrrttt!Mobil milik Michael berhenti di loby. Dia pun turun. Staf membawanya ke atas. Kedua matanya berkeliling, mengagumi perusahaan baru yang megah dan besar itu. "CEO sudah menunggu di dalam. Anda sangat beruntung bisa bergabung dengan kami," ucap staf pada Michael. Michael yang ditemani oleh sekretaris nya, tampak tersenyum bangga. Dia pun kini masuk ke ruangan. Pada saat itu, matanya tertuju pada dua manusia yang sangat membuatnya terkejut. "Selamat siang," sapa Hurraim dengan ekspresi ramahnya. Sandrina yang berdiri di samping Hurraim pun turut melempar senyuman. "Selamat siang."Michael benar-benar tida

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Wanita berada besar

    Hurraim menatap gemas Sandrina yang sedang makan di hadapannya. Sekarang, mereka sedang berada di restoran Jepang. Awalnya, Hurraim mengajak Sandrina makan di San Kitchen. Namun, Sandrina menolak dengan alasan bosan. Tentu saja itu karena San Kitchen adalah miliknya. "Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Sandrina sembari menghentikan kunyahannya. Agak risih juga diperhatikan seperti itu oleh Hurraim. "Kamu mulai ketagihan berpelukan denganku. Apakah kamu mulai jatuh cinta padaku?" tanya Hurraim sembari menatap genit. Sontak saja Sandrina mendelikan mata dan menatap setengah tidak percaya. "Siapa yang ketagihan!? Pertanyaan macam apa ini. Skip-skip! Lebih baik makan yang banyak.""Jawab dulu! Tadi 'kan kamu tiba-tiba peluk aku. Hmm, apakah itu karena kamu ingin membuat Michael cemburu?" tanya Hurraim lagi. Padahal dia sendiri sudah tahu jawabannya. Hanya karena sanang melihat Sandrina kesal dan mengomel padanya, Hurraim terus-terusan menggoda sekretarisnya itu. "Hmmmm," jawab Sandr

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Camping

    "Ada apa?" tanya Hurraim sembari menatap lekat wajah Sandrina. "Tidak ada," jawab Sandrina singkat. Hurraim tersenyum tipis. "Aku menabrak seorang wanita berdada besar tanpa sengaja. Dia minta aku membangunkannya, tapi aku menolak. Dan aku minta nomor rekeningnya untuk bertanggung jawab. Ini, dia berikan. Cepat sebutkan. Tenang aja, aku nggak doyan sama wanita kayak gitu."Sandrina mengangguk kecil dan membuang napasnya lega. Kemudian dia pun menyebutkan nomor rekening itu. Sandrina tidak tahu kalau ternyata Hurraim bertemu dengan Clara. "Minggu depan kita adakan camping bersama staf," ucap Hurraim yang berhasil membuat Sandrina terperanjat kaget. "Camping?" Sandrina menatap setengah tidak percaya. "Ya. Camping. Apakah kamu setuju?" tanya Hurraim. "Apakah itu kondusif?" Sandrina balik bertanya. "Tentu saja. Kita adakan game di sana. Siapa yang menang, akan mendapatkan hadiah yang menakjubkan," jawab Hurraim dengan jelas. "Begitu. Kayaknya ide bagus sih. Aku juga udah lama ngga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Ikan-ikan hias

    Para staf dan karyawan sedang mendirikan tempat untuk masak dan makan. Sebagian orang mendirikan tenda untuk tidur. Hurraim sendiri lebih memilih menyewa villa untuknya tidur selama 2 malam di sana."Bos, wahana air ada di sebelah sana. Pemancingan ada di belakang. Hutan buatan ada di sebelah utara pemancingan," ucap Bastian memberi info pada Bos mudanya. Hurraim mengangguk singkat. Dia akan mengadakan lomba mancing, menikmati wahana air seperti arung jeram, dan mengadakan game di hutan buatan. Hurraim sendiri tentunya akan mengikuti perlombaan itu. "Umumkan pada semuanya kalau hari ini kita akan bermain arung jeram," perintah Hurraim sembari mendudukkan bokongnya di sofa. "Siap, Bos!" jawab Bastian sigap. Sementara itu di luar, Sandrina tampak sedang memasang tenda bersama team San Kitchen. Tentu saja dia akan tidur satu tenda dengan Zakiah. Sekarang, Sandrina tersenyum puas melihat tenda warna pink nya sugan berdiri tegak dan siap digunakan. "Sip, tendanya sudah siap, Kiah. Sek

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21

Bab terbaru

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Lorenza Minta Maaf

    Lorenza duduk termenung di dalam kamar. Sejak tadi dia menunggu kedatangan anak-anaknya untuk menyelesaikan semua kekacauan yang terjadi. Lorenza tidak ingin menjadi orang tua yang egois lagi. Sudah terlalu banyak dosa dan kesalahan yang dia lakukan pada kedua anaknya itu. "Kemana mereka pergi? Aku harap mereka mau memaafkan semua kesalahan aku pada mereka," gumam Lorenza. Tak berapa lama, Michael dan Eleanor pun tiba di rumah mereka. Sang Papi mengantarkan mereka sampai rumah. Namun sebelum benar-benar pulang, mereka menyempatkan diri untuk belanja di supermarket. Tentu saja Papi mereka yang mengajak. Eleanor membeli stok makanan untuk beberapa hari ke depan. Dia juga membelikan makanan kesukaan Maminya. "Papi, mau mampir dulu?" tanya Eleanor. "Nggak, sayang. Papi langsung pulang aja ya. Bunda sudah menunggu di rumah," jawab sang Papi dengan lembut. "Kapan-kapan kenalkan kami padanya," timpal Michael. "Itu pasti. Besok kita bertemu lagi. Banyak kegiatan yang belum kita selesaik

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Nenek Marsiah

    Di sebuah rumah jadul..."Papi akan pertemukan kalian dengan seseorang." Papi Eleanor dan Michael mengajak kedua anaknya masuk. Seorang wanita tua menyambut dengan gembira. Dia adalah orang tua Papi Eleanor, atau lebih tepatnya adalah Nenek mereka. Sampai saat ini, Michael dan Eleanor tidak tahu Nenek mereka dari sang Papi. Namun, hari ini juga mereka akan mengetahuinya. "Putraku yang gagah. Kenapa baru datang? Nggak kangen ya sama masakan Ibu," seru Nenek Masriah sembari mengusap-usap wajah Papi Eleanor. "Kangen, Bu. Ini saya bawa anak-anak ke sini. Ibu pasti mau ketemu mereka juga kan," balas Papi Eleanor. Nenek Marsiah tampak kaget dan sedikit tidak menyangka. Dia pun berjalan ke ruang tamu, di sana Eleanor dan Michael sedang duduk di sofa. "Duh Gusti, cucu-cucu Eyang sudah besar." Ia langsung mendekati Eleanor lalu duduk di sampingnya. Tatapannya begitu mengharukan. Eleanor tersenyum dan menyalami tangan neneknya itu. Mendengar ucapan wanita tua itu, membuat Eleanor mengerti

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Sebuah Penyesalan

    "Pi, itu Sandrina. Aku ingin bertemu dengannya. Berhenti dulu sebentar," ucap Michael dengan wajah penuh permohonan. Sang Papi menggeleng dan tidak menghentikan kendaraannya. Hal itu sukses membuat Michael kesal. Pasalnya, sang Papi terlihat tidak mengerti keinginannya. "Berhenti atau aku akan membencimu seumur hidup!" ancam Michael. Papinya menarik napas dalam lalu membuangnya kasar. "Ini bukan saatnya, Michael. Sekarang kita akan pergi ke suatu tempat yang menunjukkan bukti bahwa selama ini Papi mencari mu dengan adikmu ini. Jadi, jangan buang-buang waktu lagi.""Tapi aku harus bertemu dengan Sandrina. Dia perempuan yang sangat aku cintai. Aku menyesal karena sudah mengkhianatinya. Karena dia, aku juga mendapat kutukan seperti ini," celoteh Michael sedikit memaksa. "Sudahlah Kak jangan maksa begitu. Nanti juga Kakak akan bertemu lagi dengan Kak San. Lagipula, Kak San terlihat sedang bersama pria. Mungkin itu pacarnya atau calon suaminya," tukas Eleanor yang tampak sebal melihat

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Makan Sate

    Michael sudah selesai diobati. Papinya membawa Michael ke rumah sakit. Awalnya Michael menolak dan bersikukuh tidak mau diobati. Pria itu bahkan seperti tidak merasakan sakit apapun di kepalanya."Sejak kapan kamu pulang ke Indonesia?" tanya Michael dengan ekspresi sinisnya. "Sudah lama, Michael. Tapi Papi minta maaf karena baru sempat menemui kamu sekarang," jawab sang Papi dengan rendah hati."Aku bahkan tidak mengharapkan kamu kembali," ucap Michael ketus. Papi mengusap wajahnya kasar. Sepertinya dia harus menjelaskan kembali seperti kemarin menjelaskan pada Eleanor. Namun, dia tidak begitu yakin apakah Michael akan percaya atau tidak. Kendati demikian, dia akan tetap menjelaskan karena itu sangat perlu diluruskan. "Kak Michael belum tahu penjelasan Papi. Jadi, Kak Michael masih marah dan benci pada Papi," timpal Eleanor. "Penjelasan apa? Kita sudah tahu apa yang terjadi. Jadi, jangan percaya apapun yang dia katakan," ujar Michael yang tampak menekan setiap ucapannya. "Sebenar

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Papi Menemui Michael

    Hari ini Sandrina mengunjungi San Kitchen. Wanita cantik itu tampak semangat karena melihat pengunjung yang mulai ramai. Sudah beberapa hari dia tidak mengunjungi San Kitchen dikarenakan sibuk bekerja sebagai sekretaris CEO. "Bu, pemasukan semakin lancar," ucap Zakiah memberikan informasi. Sandrina tersenyum sumringah. "Alhamdulillah, Kiah. Tidak sia-sia kita berjuang.""Iya Bu. Sepertinya kepercayaan kembali mereka miliki," ucap Zakiah. "Itu harus. Kita tidak boleh lalai lagi. Jika ada yang mencurigakan, langsung lapor pada keamanan," imbuh Sandrina dengan serius. Zakiah mengangguk paham. "Iya Bu. Tapi kayaknya sekarang musuh-musuh Bu San udah nggak ada lagi ya. Saya juga udah jarang lihat mantan suami Bu San.""Alhamdulillah mereka sudah tidak mengganggu hidup saya lagi, Kiah. Itu yang saya inginkan. Mungkin mereka sudah mulai tenang dengan kehidupannya. Syukur-syukur mereka bisa hidup rukun tanpa mengusik hidup saya," tutur Sandrina, "bay the way, emangnya kamu sering lihat Mic

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Dia Kekasihku

    Begitu sampai di rumah, Hurraim langsung dihampiri oleh sang Bunda. Ekspresi bundanya terlihat serius sekaligus penuh selidik. Hurraim langsung disuruh duduk di sofa dan berhadapan dengan Pristilla. “Jawab pertanyaan Bunda. Siapa perempuan yang tadi pergi bersamamu?” tanya Pristilla dengan raut wajah serius sekaligus penuh intimidasi. Hurraim menghela napas panjang lalu membuangnya perlahan. Benar dugaannya dengan Bastian. Bahwa sang Bunda akan mengetahui masalah ini. Baru beberapa menit lalu dia membahas ini dengan Bastian. “Siapa yang mengadukan ini pada Bunda? Sejak kapan Bunda punya mata-mata untuk mengikuti aku?” tanya Hurraim dsngan tampang sangar dan kesal. Dia berpikir kalau sang bunda menyuruh seseorang untuk memata-matai dirinya. “Jawab saja! Jangan balik nanya. Nggak sopan banget kamu. Bunda tahu sesuatu tentang kamu. Tapi kamu mencoba menutupi dari Bunda? Anak macam apa kamu ini. Selama ini, Bunda selalu melakukan yang terbaik untuk kamu, Hurraim! Apapun tentangmu, sel

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Lelaki Idaman

    Hurraim mengantar Sandrina sampai ke rumahnya. Belanjaan yang banyak itu diangkut oleh Bastian dan dibantu oleh mbak-mbak yang bekerja di rumah Sandrina. Marlinda tampak menatap kaget dan tercengang melihat semua itu. Apa yang Sandrina bawa, sudah seperti hendak melakukan seserahan saja. "Aku pulang dulu. Besok weekend mau ke mana?" tanya Hurraim. "Nggak kemana-mana, sayang. Aku mungkin mau ke San Kitchen aja. Mau cek pemasukan di sana. Dengar-dengar, sekarang pengunjung sudah kembali ramai seperti semula," jawab Sandrina dengan jelas. Hurraim mengangguk singkat. "Oke. Kalau mau jalan, hubungi aku.""Memangnya kamu nggak ada acara dengan keluarga?" tanya Sandrina. "Nggak ada," jawab Hurraim, "Oh ya, aku ingin secepatnya kenalkan kamu pada orang tuaku. Apakah kamu sudah siap?" lanjutnya bertanya. Sandrina tersenyum tipis. Sejujurnya dia masih belum siap, tentu saja karena masih merasa insecure dengan status jandanya. Hurraim adalah lelaki yang belum pernah menikah. Di zaman sekara

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Aduan Naima

    Sandrina sudah selesai belanja. Sekarang dia benar-benar penasaran, apakah Hurraim mampu membayar belanjaan yang banyak itu? Sebenarnya, tanpa ditanya pun pasti Hurraim akan mampu. Secara dia seorang pengusaha kaya. Hanya saja, Sandrina cukup pemasaran dengan pengeluaran kali ini. “Sudah ku bilang, ini pasti terlalu berlebihan, sayang.” Sandrina bicara dengan nada pelan dan sedikit meremehkan. Hurraim menggeleng pelan. “Kamu ambil semua isi di dalam mal ini pun, itu tidak masalah.”“Hah, ada-ada aja kamu ini. Ya nggak mungkin lah! Buat apa juga aku ambil semua isi di dalam mal ini,” tukas Sandrina. “Ayo. Sekarang kita bermain di sana,” ajak Hurraim sembari meraih tangan kekasihnya. Sandrina melongo tak habis pikir. Bagaimana mungkin Hurraim mengajaknya bermain, sedangkan belanjaannya belum dibayar. Benar-benar membuat Sandrina merasa tidak enak. “Lepaskan!” sentak Sandrina sembari melepaskan tangannya. Tatapannya kini begitu tajam dan dingin. “Ada apa? Kamu nggak mau bermain den

  • Diceraikan Suami Toxic, Dibahagiakan CEO Romantis   Jalan-jalan ke Mall

    Eleanor menceritakan apa yang terjadi pada keluarganya belakangan ini. Hal itu sontak membuat Papinya tercengang kaget. Terlebih saat mendengar kabar Michael yang depresi. Dia juga baru tahu apa yang terjadi pada rumah tangga Michael. Saat tahu Michael selingkuh, Papi Eleanor benar-benar geram dan menyangkut pautkan dengan sifat Lorenza. "Wajar aja kalau kakakmu seperti itu, Ele. Soalnya mamimu yang menghasutnya. Dari dulu mami kamu nggak mau berubah. Dia doyan selingkuh, dan malah diturunkan pada anaknya. Miris sekali. Papi harap, kamu tidak seperti itu, Nak. Karena jika itu terjadi, maka kamulah yang akan menghancurkan dirimu sendiri," tutur Papi Eleanor dengan serius. Eleanor mengangguk pelan. Maka setelah dia tahu banyak tentang maminya, seorang Eleanor mengerti mengapa maminya bersikeras menghasut Michael untuk selingkuh dengan Clara. Sampai-sampai rumah tangga kakaknya itu hancur oleh perbuatan mami mereka. "Ele nggak akan kayak mami. Tapi untung aja Papi berhasil temukan jal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status