Semua Bab Diselingkuhi Suami, Dinikahi Miliarder: Bab 61 - Bab 70

100 Bab

Bab 61 Aku Pantas

Sebelumnya, di rumah Alfin.Alfin tidak bisa tidur. Sebenarnya, dia sudah kesulitan untuk beristirahat sejak konfrontasinya dengan Adrian beberapa hari lalu. Dia sangat lelah, tetapi pikirannya terus mengingat kata-kata putranya."Akui saja. Ayah sudah lama bukan ayahku lagi.""Apa Ayah benar-benar ayahku? Kalau ibuku ada di sini, dia pasti akan berbagi kebahagiaanku. Sekali ini, lakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan seorang ayah dan pedulikan keinginanku."Yang paling mengganggu Alfin adalah bahwa orang lain lebih mengenal Adrian daripada dirinya, padahal dia adalah ayahnya!Sudah dua jam sejak dia berbaring di tempat tidur, mencoba tidur, tetapi sia-sia. Alfin bangkit dan, sebagai gantinya, meninggalkan kamar yang ditempatinya bersama Tamara. Dia pergi ke kamar utama.Alfin menikahi Tamara, tetapi dia menjaga kenangan istrinya yang telah meninggal dengan mempertahankan kamar utama persis seperti yang ditata oleh Maya.Ketika pintu kamar terbuka, Alfin tersenyum. Kenangan tentang
Baca selengkapnya

Bab 62 Wanita Bergaun Putih yang Familier

Sementara menunggu di mobil pengantin, Riana terpesona dengan cincin pertunangannya. Permata merah muda yang halus itu berkilau dengan cahaya yang memesona. Setiap kilatan cahayanya seperti bintang kecil yang menari di permukaannya yang dipotong sempurna, menciptakan pemandangan yang memukau."Saturasinya bagus," kata Ranita. Dia duduk bersama Riana sepanjang perjalanan mereka dari Hotel Marriot menuju Kapel Cahaya Abadi di Aruna.Riana tersenyum kepada ibunya, yang sudah sangat familier dengan kualitas sebuah permata. Dia berkata, "Ya, dan potongannya sangat indah. Ini cincin ibu Adrian. Ayahnya memberikannya kepada kami tadi malam.""Aku rasa itu pertanda baik," komentar Ranita."Benar." Riana mengangguk. "Adrian dan ayahnya sudah bertahun-tahun nggak saling berbicara dengan tulus. Tadi malam itu benar-benar berbeda. Aku nggak tahu apa yang berubah, tapi aku ikut senang untuk Adrian.""Aku juga ikut senang untuk kalian berdua," kata Ranita. "Kuharap kekhawatiranku tentang keluarga ti
Baca selengkapnya

Bab 63 Janji Adrian

Setelah Beni pergi, Riana akhirnya keluar dari mobil lagi. Saat dia menaiki tangga, Kris dan Zia datang menghampirinya dari pintu keluar lain di dalam kapel, keduanya tampak panik."Riana, kenapa kamu lama sekali?" suara Zia penuh kekhawatiran saat bertanya."Ehm, Bos menyuruhku menjemput," kata Kris."Oh." Riana merengut dan menjawab, "Tadi aku melihat mobil Beni datang ke gerbang. Aku nggak mau dia melihatku." Dia menyipitkan mata kepada Zia, bertanya, "Kamu nggak bilang ke dia, 'kan?""Nggak, kamu bilang nggak usah, 'kan?" jawab Zia."Aku akan memeriksanya, Bu Riana," kata Kris. "Jangan khawatir. Petugas keamanan sudah diberi tahu agar melarang siapa pun masuk."Zia memandu Riana dan koordinator pernikahan menuju pintu. Setelah merapikan gaun elegannya, Riana menenangkan diri. Dia meletakkan tangan di atas dadanya, menyadari bahwa dalam beberapa saat lagi, dia akan menjadi ... Nyonya Adrian, memulai babak baru dalam hidupnya.Dari pintu, Riana bisa mendengar alunan musik yang famili
Baca selengkapnya

Bab 64 Ada Keabadian di Antara Kita

"Orang bilang ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka, dan ada alasan untuk segala hal. Ya, aku mengalami rasa sakit yang sangat besar, dan itu mungkin mencegahku untuk jatuh cinta lagi, tapi …." Riana terisak menahan emosinya. Di balik cadarnya, dia menghapus air mata yang hampir jatuh. Hidungnya mengembang saat dia memaksakan diri untuk tersenyum.Adrian, yang merasakan kecemasannya, hendak memeluknya, tetapi Riana berbisik, "Nggak apa-apa." Adrian mengerti, dan dengan anggukan lembut, dia mundur kembali ke kursi roda.Akhirnya, setelah menata emosinya, Riana melanjutkan, "Sekali lagi, aku melalui patah hati yang buruk, dan kupikir aku nggak akan pernah jatuh cinta lagi, tapi mana mungkin aku nggak mencintaimu? Adrian, kamu adalah jawaban dari doa-doaku, orang yang merakit kembali diriku, dan orang yang menyelamatkan hidupku tujuh tahun yang lalu.""Cintamu kepadaku nggak bisa dibandingkan, dan nggak ada pria yang lebih baik daripada kamu untuk menjadi suamiku, masa depanku, d
Baca selengkapnya

Bab 65 Makan Bersama

Di kamar Presidential Suite Hotel Marriot.'Aku akan mengisi lubang merah mudamu sampai yang kamu rasakan hanya aku.' Puncak gunung kembar Riana mengeras, mengingat tujuan suaminya.Memiliki Adrian di dalam dirinya selalu begitu memuaskan. Bukan hanya karena ukurannya, tetapi ada sesuatu tentang cara Adrian menginginkannya yang selalu membuatnya merasa seksi dan dicintai.Riana sedang mandi, mempersiapkan diri, ketika semua pikiran ini merasuki benaknya.Riana bergegas mandi, dan setelah memastikan dirinya berbau harum, dia mengenakan salah satu pakaian dalam yang dibelinya bersama Zia tempo hari.Riana mengenakan celana dalam model thong kupu-kupu hitam dan bra tembus pandang yang hampir tidak sanggup menahan buah dadanya. Setelah memeriksa dirinya di cermin, Riana menutupi dirinya dengan jubah satin merah. Selanjutnya, dia pergi ke kamar tidur.Adrian menunggunya. Dia bersandar di kepala tempat tidur, telanjang bulat. Kemaluannya terangkat, dan tangannya membelai batangnya. Adegan it
Baca selengkapnya

Bab 66 Andaikan Aku Bisa Berdiri?

Sensasi menyebar di kepala jamur Adrian saat dia mulai memasuki Riana. Rasanya seperti terbakar ringan bercampur kesemutan dan pelukan basah yang hangat.Pintu masuk Riana perlahan meregang untuk menyesuaikan ukurannya. Dinding bagian dalam Riana menciptakan tekanan pada kejantanannya, tetapi pada saat yang sama, tekanan itu lembut, halus, dan menyenangkan."Persetan, Riana." Adrian mendongakkan kepalanya ke belakang, menikmati sensasi itu."Apa kamu merasakannya?" tanya Adrian karena dia memperhatikan bagaimana kaki Riana gemetar setiap kali dia mendorong lebih dalam ke dalam kewanitaannya.Tatapan Riana menerawang. Matanya segera terpejam, dan rona merah menyebar di pipinya saat dia mengangguk. Dia berkata, "Kamu memenuhiku."Adrian masih setengah jalan masuk, dan dia merasakan tekanan tambahan di ujung kejantanannya, seolah-olah menahannya untuk masuk. Ketika dia mendorong sepenuhnya, sensasi kesemutan yang lebih kuat mengalir melalui pembuluh darahnya. Dia tidak bisa menahan diri u
Baca selengkapnya

Bab 67 Kebenaran

"Apa kamu bersedia untuk ronde ketiga?"Rasa panas menjalar ke wajah Riana. Kemudian, gambaran dirinya yang ditekan ke jendela kaca berwarna dan disetubuhi dari belakang terbayang di kepalanya. Tenggorokan Riana menjadi kering saat dia menjawab, "Adrian?"Riana tertawa dan melanjutkan, "Aku hanya bercanda. Haha. Jangan khawatir.""Maksudmu, kamu nggak mau?" tanya Adrian sambil menempelkan wajahnya yang sangat tampan ke tinjunya."Ehm." Riana menggigit bibirnya. Dia membuat ekspresi konyol dan mengakui, "Tentu saja, aku mau. Itu cara yang menyenangkan untuk menjaga api cinta kita tetap menyala, tapi terlepas dari itu, aku senang dan puas dengan apa pun yang bisa kita lakukan.""Tempat tidurnya sangat nyaman," kata Riana."Tapi, seandainya? Bagaimana seandainya aku bisa berdiri dan berjalan, kamu mau?" ulang Adrian.Alis Riana berkerut. Dia tidak yakin ke mana arah pembicaraan Adrian, tetapi dia menjawab pertanyaan hipotetisnya dengan tepat, "Ronde ketiga? Kenapa nggak?"Kemudian, Riana
Baca selengkapnya

Bab 68 Rahasia Terbesar Kedua

"Duduklah sebentar. Aku ada beberapa instruksi untuk Kris," saran Adrian karena kaki Riana gemetar. Rasa bersalah menghampiri Adrian saat melihat istrinya berjalan aneh di lobi hotel. Dia tahu itu salahnya, tetapi Riana memang secara terus terang mengatakan Adrian bisa 'menggasak dirinya'.Mereka bercinta dengan sangat kasar di kamar mandi. Mungkin Adrian terlalu berlebihan, tetapi Riana menjerit karena kenikmatan, dan Adrian tidak sanggup menahan diri."Bu Riana kenapa?" tanya Kris dengan penasaran.Wajah Riana memerah. Dia menjawab, "Nggak apa-apa. Tadi, aku … aku terpeleset di lantai kamar mandi."Adrian batuk. Dia menutup mulutnya mendengar alasan istrinya. Dia ingin tertawa, tetapi dia mengerti mengapa Riana malu untuk mengakuinya di depan Kris."Ah." Mata Kris memutar setelah jawaban Riana. Kemudian, dia melirik Adrian. Ketika pria itu menatapnya, Kris berkata, "Ah.""Ah," ulang Kris. "Aku mengerti.""Apa yang kamu mengerti, Kris? Apa kamu meragukan jawabanku? Aku memang terpeles
Baca selengkapnya

Bab 69 Lepaskan

Kilas balik.Masa SMA adalah waktu yang penuh emosi bagi Riana. Ketiadaan figur ayah dalam hidupnya menjadi kekosongan yang makin besar, yang makin terasa saat melihat teman-temannya bersama ayah mereka. Namun, Ranita, ibunya, dengan tegas menolak untuk membicarakan tentang ayah Riana, dengan alasan yang tidak diketahui.Saat hari sekolah berakhir, langkah kaki Riana menggema di lorong-lorong kosong. Dia terburu-buru pulang, hatinya berat dengan pertanyaan yang tidak terucapkan. Aroma masakan ibunya yang khas menyambutnya saat dia masuk ke dapur."Selamat sore, Riana. Bagaimana sekolah barumu?" tanya Ranita.Ya, sekolah baru. Ini adalah hasil dari gaya hidup nomaden mereka selama bertahun-tahun, terus berpindah dari satu kota ke kota lain. Namun sekarang, ibunya telah mendapatkan pekerjaan yang stabil di Aruna, dan Ranita merasa sudah saatnya untuk menetap."Sekolahnya seru, Bu," kata Riana. "Aku ketemu teman-teman baru.""Bagus. Ayo makan malam sekarang, karena seperti yang kamu tahu,
Baca selengkapnya

Bab 70 Perebutan Vila

Adrian menghela napas, mengikuti permintaan Riana. Dia menarik Riana lebih dekat dan menciumnya di dahi. Dia berkata, "Oke. Kalau itu yang kamu inginkan. Aku akan melepaskannya."Permintaan Riana agar dia mundur meninggalkan perasaan cemas yang mengganjal di hati Adrian. Belum lama ini, Ranita meminta Adrian untuk menyelidiki kecelakaan yang dialaminya, sebuah permintaan yang membuat Adrian menduga ada kaitannya dengan ayah Riana.'Aku harus bagaimana sekarang?' pikir Adrian. 'Apa aku benar-benar bisa membiarkannya begitu saja?'Adrian memutuskan untuk membiarkannya, tetapi itu bukan berarti dia akan berhenti. Lagi pula, masih banyak yang harus dia kerjakan. Untuk saat ini, Adrian akan fokus pada bulan madu mereka."Terima kasih, Adrian. Terima kasih sudah memberitahuku, dan terima kasih sudah memahamiku," kata Riana."Tentu." Adrian mengangguk, suaranya dipenuhi empati. "Aku juga sama, punya masalah dengan ayah. Jadi, aku paham perasaanmu. Lupakan aku pernah menyebutkan ayahmu. Ayo ki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status