Saat Adrian sedang bertengkar dengan pria kaya itu, Riana hanya menatap kosong kepada wanita di belakangnya. Wanita itu terlihat begitu cantik dan familier.Baru ketika pria itu memperkenalkan diri sebagai direktur utama dari perusahaan besar, Riana akhirnya menyadari siapa wanita itu. Dia adalah Gebian Tandra, aktris dari film "The Fallen Princess' Return"! Kabarnya, Gebian menikah dengan seorang konglomerat dari Kota Bagya, dan ternyata itu Kevin Wicaksono!Gebian mendekati Kevin Wicaksono dan berkata, "Sayang, nggak apa-apa. Aku ingin bawa Kenny ke pantai sekarang.""Benar!" kata Kevin. "Makanya kita butuh vila yang tepat.""Gebi, kamu di situ saja. Biar aku yang urus," ujar Kevin.Adrian jelas akan membantah, tetapi tiba-tiba putra Keluarga Wicaksono berlari ke arahnya. Anak itu tersenyum lebar sambil melihat kursi roda dan berkata, "Wow!"Riana terkejut, begitu juga Adrian. Anak itu tiba-tiba naik ke pangkuan Adrian dan mulai bernyanyi. "Roda-roda di bus berputar-putar. Berputar-p
"Adrian! Vila ini besar sekali! Ada …." Riana buru-buru berjalan mengelilingi vila dan membuka setiap kamar. Mereka berdua tiba di ruang tamu ketika Riana mengatakan, "Ada tiga kamar tidur!""Lihat ini." Riana menunjuk pemandangan dari ruang tamu. Ada beranda di luar, tetapi setelah itu, kolam buatan yang luas membatasi vila mereka dari orang luar. Kolam-kolam kecil itu hanyalah hiasan dalam pandangan Riana. Yang berikutnya adalah pantai yang ada di kejauhan."Kita benar-benar terpencil!" Dengan tangan terangkat, Riana berbalik sepenuhnya dan berkata, "Ini sempurna untuk kita."Juna punya kamar sendiri, jadi Adrian bisa berjalan-jalan dengan bebas. Adrian melonggarkan dasinya dan berkata, "Kurasa begitu. Kupikir kita akan bersenang-senang dengan kolam yang lebih besar."Riana melepas sepatunya. Kakinya terasa lebih nyaman, jadi dia menari ke sisi Adrian. Dia melingkarkan lengannya di leher Adrian dan berkata, "Apa yang akan kita lakukan dengan tiga kamar tidur?"Adrian menyeringai. Dia
"Aku nggak yakin ini ide yang bagus," kata Riana sambil duduk di pangkuan Adrian."Melatih kakimu akan membuatmu merasa lebih baik, Sayang," saran Adrian sambil mengemudikan kursi roda elektriknya menuju pantai.Riana mengeluh. Dia merintih, "Kenapa kamu harus mendorong begitu keras!""Kamu nggak mengeluh tadi malam," kata Adrian, lalu tertawa. "Apa kamu lupa kata-kata yang keluar dari mulutmu? Lebih keras! Lebih ….""Hentikan!" Riana tertawa sambil menutupi wajahnya. "Ayo pergi saja."Pasangan itu mengenakan pakaian renang mereka, bersemangat untuk menikmati pantai. Adrian tidak suka keramaian. Jadi, mereka harus pergi pagi-pagi sekali untuk mencapai tujuan itu. Mengejutkan, mereka tidak sendirian di pantai. Pasangan Keluarga Wicaksono sedang mengajak anak mereka berenang."Halo!" sapa Riana saat melihat mereka."Oh, halo!" kata Gebian membalas. Dia sedang di dalam air, menggendong putranya.Tidak jauh dari situ, Kevin sedang berjalan menuju pantai. Riana yang pertama menyapanya, "Sel
Saat masuk ke vila, Beni terkejut melihat Maria dan adik Clara ada di sana. Mereka tertawa terbahak-bahak menonton acara TV. Adik perempuan Clara, Sarah, mengenakan piama. Maria juga mengenakan pakaian tidur, tetapi wajahnya masih dipenuhi riasan, dan yang mengejutkan, dia mengenakan perhiasan baru."Oh, Beni, Sayang. Bagaimana harimu?" Maria berdiri dengan senyum lebar. Sarah juga menyapanya dan berdiri.Kerutan terbentuk di wajah Beni saat dia bertanya, "Ada apa ini? Kenapa kalian semua ada di sini?"Clara keluar dari dapur sambil membawa semangkuk berondong. Dia tersenyum kepada Beni dan meletakkan makanan itu di meja. Kemudian, dia mendekat dan mencium pipi Beni, sambil mengungkapkan, "Sayang, Ibu dan Sarah akan tinggal sementara di sini untuk membantuku mempersiapkan pernikahan. Nggak apa-apa, 'kan?"Beni dan Clara telah menemukan kapel lain untuk pernikahan kecil mereka, yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu depan. Pernikahan itu sangat mendadak, jadi banyak hal yang harus dikoo
"Burhan?" ulang Maria. "Ya … iya, aku kenal dia.""Bu, aku sudah bilang ke Beni kalau Paman Burhan adalah ayah baptisku," kata Clara sambil bergegas ke samping ibunya."Pak Burhan?" Sarah tampak bingung.Beni melihat reaksi yang beragam. Maria terkejut. Sarah bingung, tetapi satu hal yang pasti, yaitu bahwa mereka semua mengenal Burhan Wirawan."Bu." Clara berdiri di samping Maria dan mengaku, "Maaf. Aku belum cerita. Paman Burhan datang menemuiku Senin lalu."Clara menceritakan apa yang terjadi selama dua kali pertemuannya dengan Burhan. Kemudian, Maria berkata, "Ya ampun!" Dia memegang lengan Clara dan berkata, "Clara, kamu harus mengerti. Ayah baptismu itu hanya ingin melindungimu. Mungkin dia terkejut karena kamu tiba-tiba akan menikah.""Oh," kata Sarah dengan wajah sedih."Jadi, Burhan adalah ayah baptis Clara? Bagaimana ceritanya?" tanya Beni.Maria menjelaskan kepada Beni bahwa dia dahulu bekerja dengan keluarga Burhan Wirawan. Dia berkata, "Saat aku hamil, Burhan berjanji untu
Di toko baru yang disewa di Aruna Mega Mall, bunga-bunga elegan dan pita putih besar menghiasi area tersebut. Meja koktail tersusun rapi di luar toko, sementara pramusaji menyajikan sampanye mahal dan canapes."Hari ini, kita berkumpul untuk menyaksikan momen istimewa. Acara pembukaan PT Adriana. Hadirin sekalian, tamu terhormat, pelanggan tercinta, kita akan memulai perjalanan yang luar biasa ini bersama dalam tiga ... dua ... satu!" seru pembawa acara yang berdiri di depan pintu masuk toko.Adrian dan Riana memotong pita panjang di bagian depan, dan sang pembawa acara mengumumkan, "Selamat untuk PT Adriana! Dan untuk semua yang merayakan bersama kami, PT Adriana memberikan diskon 20% untuk semua barang sampai besok! Jadi, ayo berbelanja sekarang!"Riana masih belum percaya ini nyata. Mimpinya sempat hancur beberapa waktu lalu, tetapi kini, dia kembali mengejarnya. Senyumnya begitu lebar, matanya penuh air mata kebahagiaan saat dia menoleh ke Adrian. Dia memeluknya dan berkata, "Terim
Beni dan manajernya tiba di Mega Mall sekitar pukul 1 siang. Meskipun mereka tahu upacara pembukaan berlangsung di pagi hari, mereka sengaja menghindari keramaian.Siapa pun bisa dengan mudah mengenali mereka. Beni tidak ingin pesaing barunya mengetahui bahwa mereka sedang memeriksa produk di toko tersebut. Selain itu, Beni sendiri tidak yakin apakah dia siap bertemu Riana lagi.Beni bersembunyi di salah satu area mal yang memiliki penglihatan sempurna ke arah toko. Dalam pikirannya, dia membaca, 'Adriana.'Dari kejauhan, dia melihat Riana berjalan menuju toko. Pemandangan itu membuat jantung Beni berdegup kencang.'Itu Riana, 'kan?' Yang mengejutkan, Riana tampak sangat bahagia dan penuh percaya diri. Itu mengingatkannya pada Riana yang dulu pernah dia cintai. Kecantikannya begitu terpancar dan dia terlihat begitu elegan dengan pakaian kerja putihnya. Para pria di sekelilingnya menatapnya dengan kagum.Tenggorokan Beni terasa kering. Sesaat, dia merasa cemburu. Dia ingin menghajar pri
"Aku akan membunuhnya," ujar Adrian."Adrian? Beni itu nggak sebanding dengan waktu kita," tegur Riana. Dia meletakkan tangannya di pinggang dan berkata, "Apa yang akan terjadi pada anak-anak kita kalau ayah mereka dipenjara karena membunuh seseorang?"Mereka berdua sedang membahas kunjungan tak terduga Beni di dalam kantor kecil toko mereka. Kris juga ada di sana, mendengarkan percakapan mereka."Kenapa aku harus masuk penjara?" Adrian menoleh ke asistennya dan berkata, "Kris saja yang melakukannya untukku."Mendengar itu, Kris langsung tersedak. Dia batuk-batuk sebelum berkata, "Ah, Pak Adrian, aku? Nggak harus aku, sih. Aku kenal seseorang yang punya koneksi dengan mafia."Riana menyipitkan mata ke arah Kris sebelum akhirnya tertawa. "Kris lucu sekali," ucap Riana."Aku nggak merasa itu lucu," kata Adrian. "Rahasia besar hanya boleh disimpan oleh orang yang kita percaya. Bagaimanapun, Beni perlu belajar dari kesalahannya. Dia pasti akan bertanya soal PT Adriana."Adrian memberi inst
"Suamimu membayar operasi Clara serta biaya hidup keluarganya termasuk makanan dan sewa. Dia juga baru saja menanggung biaya apartemen mereka di Caraka Indah," lapor Adrian.Banyak informasi terungkap, termasuk bagaimana Burhan meminta sekretarisnya untuk menyuap teknisi laboratorium di RSU Aruna agar memalsukan tes DNA.Anak buah Adrian mendapatkan informasi dari teknisi laboratorium, termasuk tangkapan layar komunikasi mereka dengan sekretaris Burhan.Bukti itu sudah tidak terbantahkan, terutama karena Cindy memiliki kontak sekretaris Burhan di daftar nomornya.Setengah jam berlalu. Riana membantu Cindy duduk. Cindy meneliti setiap bukti di atas meja, tubuhnya gemetaran akibat pengkhianatan yang begitu nyata. Semua orang bisa melihat bahwa dia sangat marah.Hati Riana sakit melihat Cindy. Dia bersimpati. "Maaf kami harus memberitahumu. Kami nggak ingin ikut campur dalam hubunganmu, tapi kami juga nggak bisa menutup mata."Riana menjelaskan bagaimana Clara menghancurkan pernikahannya.
"Ini adalah peluang besar," ujar Cindy sambil melangkah masuk ke Hotel Platinum."Ya, tapi siapa orang ini? Kenapa begitu misterius?" tanya Burhan pada istrinya."Dia bilang kamu akan terkejut! Jadi, aku akan merahasiakannya sampai kita tiba di tempat pertemuan." Cindy berkata sambil meletakkan satu tangan di pinggangnya. "Ayo."Mereka akan bertemu dengan calon pembeli Farmasi Asri. Bukan berarti mereka berencana menjualnya, tetapi karena seseorang menyatakan ketertarikan, Cindy dan Burhan mempertimbangkan untuk bermitra atau menjualnya dengan harga yang sangat tinggi.Anehnya, Cindy berkata bahwa pembeli itu ingin tetap misterius, setidaknya bagi Burhan. Kenapa?Sayangnya, Burhan tidak bisa mendapatkan jawaban dari istrinya. Jadi, dia hanya mengikuti langkahnya menuju sebuah ruang konferensi kecil. Seorang pria dengan ekspresi serius telah menunggu mereka. Dia berkata, "Namaku Juna. Bos akan datang sebentar lagi."Burhan dan Cindy menunggu dengan cemas. Hanya butuh lima menit sebelum
"Itu cuma Viagra. Jadi santai saja. Kalau pun kamu meminumnya, paling buruk, kamu cuma bakal ereksi," kata Zia kepada Kris, sambil menunjukkan kemasan yang ditemukan di tas Clara."Zia, aku merasa perlu membersihkan diri selama sebulan," keluh Kris.Tawa kecil lolos dari bibir Zia. Dia menanggapi, "Dia bukan penderita Ebola! Dia cuma punya kelamin yang kotor.""Kamu serius? Bukankah kita baru menyimpulkan kalau dia mau berhubungan seks denganku? Itu sangat menjijikkan!" seru Kris, memasang ekspresi jijik.Sementara Zia tertawa, Kris menceritakan kejadian saat makan siang dan makan malam dengan Clara dan Maria. Mereka juga membahas keberhasilan rencana mereka untuk menjalankan tes DNA. Setelah itu, Kris bertanya, "Jadi, Viagra itu yang bikin dia pingsan?""Yap. Viagra bisa menurunkan tekanan darah, dan mungkin itu yang terjadi padanya, apalagi dia memang sudah merasa mual, seperti yang kamu bilang." Zia mengonfirmasi. "Tapi kamu membawanya ke sini, jadi semuanya berjalan sesuai rencana.
Krista sedang merajuk di pantai. Selama beberapa malam terakhir, dia terus datang ke tempat yang sama, mencoba memikirkan apa yang harus dilakukan dalam hidupnya sejak kehilangan pekerjaannya.Sambil duduk di area paling gelap di tepi pantai, dia memeluk dirinya sendiri. Dia mengenakan jaket hitam dan celana jeans, menyatu dengan kegelapan.Saat itulah Krista melihat sepasang kekasih berjalan melewatinya. Dia tidak bisa melihat pria tinggi itu dengan jelas, tetapi gadis berbaju merah itu tampak sangat familier. Setelah mengamati beberapa saat, dia menyadari bahwa itu adalah Riana!"Apa yang Riana lakukan di sini? Siapa pria yang bersamanya?" Krista mulai mengikuti mereka. Keduanya begitu tenggelam dalam dunia mereka sendiri hingga tidak menyadari keberadaannya.Tak lama kemudian, Krista mendapat pandangan yang lebih jelas tentang wajah gadis itu dan memastikan itu memang Riana. Kemudian, dia melihat Riana mencium pria misterius yang mengenakan topi itu."Aku nggak percaya ini!" seru Kr
"Dari Hendri ke Burhan, lalu Geri, dan kemudian Beni," Clara bergumam. "Pria yang tertarik padaku semakin muda setiap saat!""Kristian hampir seumuranku. Dia baru dua puluh lima tahun! Ini bisa berhasil, Bu!" Clara berseru di kamarnya sambil berputar."Dengar aku, Clara. Kamu harus menjebak pria ini. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan tidur dengannya!" Maria menyatakan.Clara memanyunkan bibirnya. Dia berkata, "Tapi Bu, aku sedang hamil.""Itu nggak masalah. Seks tetaplah seks! Jangan sia-siakan operasi payudaramu dan manfaatkan sebaik mungkin besok!" Maria memberikan jempol sebelum keluar dari kamar.Saat Clara sendirian, dia memikirkan Kristian. Dia menghela napas dan berkata, "Oh Tuhan, dia benar-benar tampan."Dia masih merasa wajahnya familier, tetapi tidak bisa mengingat dari mana. Meski begitu, memikirkan berhubungan seks dengannya membuatnya bersemangat. Saat bersama Beni, setidaknya dia masih bisa menikmati orgasme secara rutin, tetapi berkat Adrian dan Riana, semua
Di lobi Caraka Indah, Clara dan Maria muncul untuk menyaksikan percakapan antara pemilik gedung dan seorang pria yang tampak sangat kaya."Siapa itu?" Maria bersiul, matanya berbinar saat memandangi pria tak dikenal itu."Dia kelihatan kaya, Bu," komentar Clara.Pria yang berdiri beberapa meter dari mereka mengenakan setelan biru yang dijahit dengan rapi, dengan kancing manset berlian di kemejanya. Sosoknya tinggi dan gagah, dengan fitur wajah yang tegas, rambut pirang gelap yang dipangkas rapi, dan kacamata berbingkai hitam."Tapi dia kelihatan familier, sepertinya aku pernah melihatnya sebelumnya," kata Clara sambil memiringkan kepala untuk melihat wajahnya lebih jelas."Mungkin di majalah bisnis?" bisik Maria."Mungkin," jawab Clara."Pak Kristian, kami sangat senang mendengar Anda mempertimbangkan untuk membeli seluruh gedung apartemen ini. Kami sudah menawarkannya selama setahun terakhir, tapi banyak yang bilang harga yang kami pasang terlalu tinggi." Pemilik gedung mengakui."Ber
Beni menangis mendengar perkataan Adrian.Adrian benar! Riana tampak jauh lebih bahagia dan puas sekarang setelah bersamanya, sesuatu yang gagal diberikan Beni padanya.Beberapa hari terakhir, Beni merenungkan apa yang telah dia kehilangan. Dia ingin Riana kembali, tetapi sayangnya, dia sudah menikah dengan Adrian.Masalah dengan Clara membuat dia sangat tersadarkan.Tentu saja, ditambah fakta bahwa Riana pernah mengandung anak mereka. Beni sebenarnya memiliki kehidupan yang sempurna, tetapi dia menghancurkannya karena tidak bisa menahan diri.Saat Beni terisak, Adrian membentak, "Pukulan itu untuk semua rasa sakit yang kamu berikan pada Riana, untuk malam-malam dia menangis karenamu dan untuk rasa sakit yang sama yang kamu berikan pada Bu Ranita!""Selama berbulan-bulan setelah dia mengetahui perselingkuhanmu, Riana kehilangan sebagian dari dirinya sendiri dan aku membencimu karena itu!" Adrian menambahkan. "Tapi, meskipun aku sangat membencimu, aku rasa istrimu yang sampah itu perlu
Siapa atau apa yang menginspirasimu untuk menciptakan Takhta Nugraha? Sungguh luar biasa bagaimana satu set perhiasan pria bisa meraih ketenaran begitu besar hanya dalam waktu seminggu setelah peluncurannya," tanya pembawa acara TV kepada Riana, menyoroti kesuksesan tak terduga dari koleksi tersebut.Sebagai bagian dari strategi pemasaran PT Adriana, mereka secara strategis memanfaatkan wawancara singkat berdurasi sepuluh menit yang disiarkan langsung di TV nasional. Meski singkat, waktu itu lebih dari cukup untuk meningkatkan profil mereka."Takhta Nugraha sebenarnya terinspirasi oleh suamiku," jawab Riana dengan senyum. Matanya berbinar melalui layar televisi dan senyumnya semakin lebar. "Dia nggak terlalu suka memakai perhiasan yang terlalu mencolok, itulah sebabnya sebagian besar set perhiasan ini dilapisi enamel hitam.""Kenyataannya, nggak banyak perhiasan yang dirancang untuk pria, jadi aku pikir itu juga berkontribusi pada kesuksesan koleksi ini." Riana menyentuh dadanya dan me
"Maria! Buka pintu!" teriak Beni sambil menghantam pintu apartemen."Buka pintunya, dasar nenek lampir! Berani-beraninya kamu menipuku?" teriak Bianka.Sementara itu, Dustin terus menelepon kantor administrasi gedung karena Maria dan Clara tidak mau membuka pintu apartemen."Kamu nggak punya kuncinya, Beni?" tanya Dustin."Aku memberikannya pada mereka," jawab Beni dengan frustrasi.Saat itu juga, sebuah keluarga tiba dan bertanya, "Permisi? Kenapa kalian menggedor pintu unit kami? Ada masalah apa?"Beni kebingungan. Dia menyipitkan mata dan bertanya, "Apartemen kalian? Ini unit milikku."Pria dan istrinya saling berpandangan dengan bingung. Wanita di sebelah pria itu berkata, "Kami membeli apartemen ini seminggu yang lalu dari Clara Damanik. Apa kalian sedang mencoba menipu kami? Apartemen ini atas nama dia!""Apa?" Beni bertanya dengan ngeri. Dia mengulang, "Clara menjual apartemen ini?""Ya, kami kebanyakan berurusan dengan ibunya, Maria," kata pria itu. "Omong-omong, siapa kalian?"