All Chapters of Diselingkuhi Suami, Dinikahi Miliarder: Chapter 31 - Chapter 40

100 Chapters

Bab 31 Bertemu dengan Keluarga Nugroho

"Minggu depan ibu Anda sudah boleh pulang. Beliau mungkin memilih untuk melanjutkan terapinya sebagai pasien rawat jalan," kata dokter kepada Riana. "Namun, dengan membiarkan ibu Anda dirawat di sini, tentunya lebih praktis.""Terima kasih, Dokter. Kami akan mempertimbangkannya," kata Riana sebelum si dokter berjalan pergi.Riana menghampiri Ranita dan duduk di tepi tempat tidurnya, lalu bertanya, "Bu .... Ibu mau nggak pulang ke rumah?"Ranita terdiam sejenak untuk berpikir. Lalu, dia menjawab, "Ibu udah nggak bisa jalan dengan baik, jadi kalau mau ke mana-mana pasti susah. Ibu tinggal di sini saja nggak apa-apa, ya? Lagian, ibu ngerasa lebih aman di sini."Setelah beberapa saat, dia lanjut berkata, "Omong-omong, kamu kalau ke mana-mana diantar sama sopir, ya? Adrian pernah bilang ke ibu kalau dia mempekerjakan seorang sopir untuk mengantarmu. Semua aman, 'kan? Bagaimana keadaan di rumah?"Riana tertawa kecil, lalu berkata, "Bu, yang lagi kita bicarain itu Ibu, bukan aku."Setelah men
Read more

Bab 32 Apakah Kamu Kebahagiaannya?

Di dalam rumah megah yang luas, empat orang duduk diam di meja makan, menunggu kembalinya Abas dan Adrian. Ketiga di antara mereka, yang adalah anggota keluarga Adrian, memfokuskan perhatian mereka pada orang yang sama, Riana, seakan-akan mereka sedang mengikuti lomba menatap.Alfin, Tamara, dan Fredy memperhatikan setiap gerak-gerik Riana, menilainya berdasarkan penampilan.Tamara memiliki rambut hitam pendek, bibir tebal, wajah tirus, dan kulit seputih mutiara. Dia terus memandang ke arah Riana sambil mengangkat alis dan kadang berbisik di telinga Fredy.Fredy juga memiliki kulit putih bersih, rambut cokelat, dan wajah yang tampan. Namun, bagi Riana, Fredy tidak sebanding dengan Adrian.Fredy tidak berhenti menyeringai saat matanya memperhatikan bentuk tubuh Riana. Riana merasa terganggu dengan cara bagaimana Fredy terus menatapnya dan menurut Riana itu sama sekali tidak pantas. Sikap Fredy lantas membuat Riana menjadi tidak nyaman."Apa kamu betul-betul adalah pacar anakku?" tanya A
Read more

Bab 33 Pelecehan

Meskipun makanan laut yang menggugah selera tersaji di atas meja, perjamuan makan malam di hari itu jauh dari ekspektasi yang diharapkan Riana. Terlepas dari usaha Abas untuk menjaga suasana di meja makan tetap terkendali, semua itu menjadi sia-sia dengan ketegangan yang makin terasa seiring waktu.Tatapan Alfin bagaikan belati tajam yang terbang menembus udara dan mendarat tepat pada Adrian. Namun, Adrian seolah-olah tidak peduli dan lanjut mengisi piringnya dengan makanan. Dia mengupas kulit udang dengan lincah, mencelupkannya ke saus cabai, lalu menaruhnya di piring Riana. Dengan nada yang tenang, dia berkata, "Ini udang kesukaanmu, Sayang."Riana tersenyum canggung, lalu membalas, "Makasih, Sayang."Setelah memakan udang besar itu, Riana menenggak segelas anggur putih. Dia menepuk pelan ujung bibirnya dengan kain serbet, lalu berujar, "Em, saya permisi ke toilet dulu.""Biar aku tunjukkan jalannya," kata Adrian menawarkan."Nggak usah. Nggak apa-apa, Adrian." Riana mengambil tasnya
Read more

Bab 34 Di Kamar yang Sama

'Apa? Memberi Adrian kesempatan memimpin perusahaan?' pikir Fredy. Jika Adrian menginginkan posisi direktur utama tahun lalu, Fredy mungkin tidak akan pernah mempertimbangkannya. Namun, dengan kondisi bisnis saat ini, mungkin dia bisa memanfaatkan situasi jika Adrian menjadi direktur utama.PT Bhimasakti kehilangan proyek dan Fredy sudah kehabisan akal mencoba mencari cara untuk mengembalikan kejayaannya. Adrian mungkin saja mempunyai solusi yang tidak ingin dia bagikan.Dalam benaknya, Fredy berpikir, 'Kalau Adrian berpikir dia bisa membuktikan dirinya dengan mengambil alih posisiku untuk sementara waktu, dia salah. Aku akan memanfaatkannya habis-habisan dan saat masa kepemimpinannya yang singkat berakhir, aku yang akan menuai semua hasil kerja kerasnya. Haha!''Adrian, kamu nggak tahu dukungan seperti apa yang aku miliki di dalam dewan direksi sekarang,' pikir Fredy sambil tertawa di dalam hatinya. Meski merasa sangat gembira, Fredy mencoba sebisa mungkin untuk menyembunyikan kegemb
Read more

Bab 35 Tidak Bisa Tidur

Riana menghirup aroma baju Adrian, dan seketika itu juga pipinya memerah. Mengenakan kemeja kebesaran pria itu membuatnya merasa seperti sedang dipeluk oleh Adrian. Setidaknya, begitulah yang dirasakan oleh Riana."Wow," bisiknya, "wanginya sangat enak."Adrian memiliki pelembut pakaian dan cairan pelicin khusus untuk semua pakaiannya. Segala sesuatu di lemarinya memancarkan aroma maskulin khas yang hangat dan sensual.Dia menelan ludah, jantungnya berdebar kencang di dadanya. Setelah mencuci wajahnya, dia kembali ke kamar tidur, langkahnya dipenuhi kegugupan.Adrian sudah berada di tempat tidur. Dia sedang membaca buku. Dia menatapnya, dan mata mereka terpaku satu sama lain selama beberapa detik.Riana terkekeh sebelum mengangkat tangannya dan bertanya, "Gimana penampilanku?"Mata Adrian berbinar geli saat dia melihat penampilan Riana. "Cocok sekali," katanya, suaranya dipenuhi dengan kepuasan.Kaos dalam Adrian merupakan gaun tidur mini yang sempurna untuk Riana. Kaos itu menutupi le
Read more

Bab 36 Ciumannya Luar Biasa

Sambil tertidur, Riana terus berguling dan berputar. Di sisi kiri tempat tidur, dia merasa kedinginan dan sendirian. Riana sering kali mendapati dirinya bergerak ke arah kanan yang lebih hangat.Meskipun bantalnya agak keras, seperti roti yang terlalu matang, dia tanpa sadar merasa bahwa bantal itu menenangkan.  Aromanyalah yang paling menarik perhatiannya. Aroma itu membuatnya merasa aman, dan tertidur seperti bayi sepanjang malam."Hmmm," gumam Riana. Dia tersenyum lebar sambil menikmati aroma maskulin yang menyelimuti dirinya.'Aroma ini sangat familier,' pikir Riana, 'Baunya seperti Adrian.''Adrian?' Riana membuka matanya. Ketika dia melihat bagaimana dia memeluk pria itu seperti boneka beruang, dengan kakinya melingkari tubuh pria itu, dia berteriak dalam hati, 'Oh, ya ampun!'Riana yang terkejut kembali memejamkan mata. Dia tiba-tiba teringat pada sebuah adegan di drama romantis yang dia tonton, di mana pemeran utama wanita terbangun dalam situasi yang sama. Dia berpikir, 'Kok h
Read more

Bab 37 Pelukan Gratis

Ranita berkata, "Saya merasa sangat terhormat bertemu dengan Anda, Pak Abas, dan terima kasih juga untuk sikap tulus Adrian yang bersedia memperkenalkan kami."Riana dan Adrian mengunjungi Ranita di rumah sakit pada sore hari, dan Abas ikut bersama mereka."Saya juga merasa senang karena dapat bertemu dengan ibu dari wanita yang telah merebut hati cucu saya." Abas tertawa dan berkata, "Asal Anda tahu saja, Adrian orangnya sangat pemilih. Riana pastilah gadis yang istimewa."Abas dan Ranita berbincang di meja makan kamar rumah sakit, sedangkan Riana duduk bersama Adrian di seberang mereka."Oh, Riana memang istimewa," Ranita tersenyum saat dia memuji anaknya, sambil melirik Riana dan Adrian. "Tapi Adrian juga baik.""Dia memang baik. Meski cucu saya ini keras kepala, tapi hatinya baik," jelas Abas. "Kadang-kadang saya merasa cemas. Jangan-jangan Adrian akan tetap melajang seumur hidupnya. Belakangan ini saya memang terus mendorongnya untuk segera berkeluarga. Jadi, saya senang dia berte
Read more

Bab 38 Ciuman Selamat Malam

Riana berkata dalam hati, 'Ciuman selamat malam?'Mulut Riana ternganga saat dia menatap Adrian dengan mata terbelalak. Rasa geli di perutnya meningkatkan emosinya.Saat matanya menatap Adrian, jantungnya berdegup kencang di dadanya, dia tergagap, "Ci ... ciuman selamat malam?"Ada sedikit kekecewaan di mata Adrian saat dia bertanya, dan itu membuat Riana panik.'Apakah aku sudah memikirkannya dengan matang? Ya, tentu saja!' Setelah ciuman pertama mereka pagi itu, adegan tersebut sering terlintas di benaknya, dan dia bertanya-tanya bagaimana rasanya jika ciuman itu berlangsung lebih lama atau mungkin benar-benar nyata, bukan sekadar kecupan atau kuluman singkat.Adrian mengalihkan pandangannya sambil berkata, "Kalau kamu nggak mau juga nggak apa-apa, Ri."Dengan cepat, Riana memegangi wajah Adrian, matanya dipenuhi kerinduan. Setelah itu, Adrian tersenyum tipis. Dia mengangkat tubuh bagian atasnya sehingga Riana berbaring di lengan kirinya, dan dia mencondongkan tubuh ke arahnya.Riana
Read more

Bab 39 Kencan Kedua

Adrian berseru setelah membuka penutup mata Riana, "Kejutan!"Mata Riana membelalak tak percaya, dan mulutnya ternganga. Dia sedang melihat sebuah ruangan kantor. Ruangan itu merupakan pusat segala aktivitas. Orang-orang sibuk masuk dan keluar, menyiapkan meja, dan mengatur telepon. Bilik-bilik berdiri dalam barisan yang rapi. Ruangan-ruangan kantor yang tertutup juga sudah dapat digunakan. Logo perusahaan menghiasi dinding-dinding yang baru dicat.Diliputi kegembiraan, Riana berseru, "Ya ampun. Apakah ini nyata?"Matanya berbinar dengan air mata kebahagiaan, jantungnya berdegup kencang dengan kesadaran bahwa mimpinya masih bisa dicapai. Dia dengan riang menoleh ke Adrian. Pria itu sedang berdiri sambil bersandar ke dinding. Riana serta-merta memeluknya dan mencium bibirnya."Terima kasih banyak, Sayang," kata Riana, penuh dengan rasa syukur. "Kantornya sangat indah."Adrian tersenyum. Dia melingkarkan lengannya ke pinggang Riana dan mencium leher kekasihnya dua kali. Lalu dia menjawab
Read more

Bab 40 Leni Erlangga

Saat Kris tengah mengendarai mobil mereka keluar dari gedung opera, Adrian berkomentar, "Kupikir kamu sudah kenyang."Perut Riana berbunyi. Suaranya yang bergemuruh pelan seperti bergema di dalam mobil yang sunyi. Dia terkekeh mendengar suara itu dan berkata, "Tadinya aku memang kenyang. Tadi sore aku makan roti lapis dengan Ibu, jadi aku hanya makan sedikit saat kita makan malam. Sekarang tampaknya aku lapar lagi.""Tadi kamu 'kan cuma makan salad," kata Adrian. Dia menyuruh Kris untuk mampir ke hotel terdekat di mana mereka bisa makan larut malam.Hotel yang terdekat adalah Hotel Marriot, yang anehnya dipenuhi orang-orang pada pukul 10 malam."Sepertinya sedang ada acara, Pak," kata Kris, "Apakah sebaiknya kita pergi ke hotel lain?"Adrian mengerutkan kening. Dia menjawab, "Kita nggak punya pilihan lain. Menurutku restoran hotel seharusnya kosong. Hubungi manajer hotel dan atur agar seorang staf mereka menemui kami.""Ya, Pak," jawab Kris.Sesuai dugaan Adrian, tidak ada orang di dal
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status