Semua Bab Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin: Bab 41 - Bab 50

113 Bab

Chapter 41

“Diamlah” Mervyn mengerling gusar, menyembunyikan garis wajahnya yang memerah setelah mendengar ucapan Rayyan. “Belikan mainan dan hadiah untuk Mireya dan anak-anak! Nanti sore aku akan datang ke rumahnya.” Rayyan mengangguk. “Baik, Pak. Bagaimana kalau sebuket bunga untuk Nona Mireya?” tawarnya. “Boleh juga.” “Lalu, mainan seperti apa yang ingin Anda berikan untuk si kembar?” Mendengar pertanyaan itu, Mervyn segera menatap tajam mata Rayyan. “Apa kamu pikir aku cukup berpengalaman tentang ini?” sindir Mervyn sambil terkekeh sinis. “Kamu tanyakan saja pada orang lain! Aku belum pernah membelikan mainan untuk anak-anak!” omelnya. “M–maaf, Pak.” Rayyan langsung menundukkan kepala. “Baiklah, tidak masalah. Saya akan bertanya pada yang lain,” ucapnya sambil tertawa renyah untuk menyembunyikan rasa takut. *** Sambil menunggu Mireya pulang, Marcell dan Michelle memutuskan membuat bolu cokelat panggang. Walaupun tidak cukup pandai di bagian dapur, tetapi mereka masih bisa me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

Chapter 42

Sebelum Mervyn sempat menjawab pertanyaan Michelle, Marcell sudah lebih dulu menyikut lengan adiknya. “Michelle, jangan bicara sembarangan!” ucapnya dengan nada tegas, mengingatkan bahwa mereka harus berhati-hati pada orang baru. Interaksi lucu kedua bocah itu membuat Mervyn sangat gemas. Dia tidak bisa menahan tawa melihat betapa spontan dan polosnya mereka. Ada sekelumit perasaan haru yang perlahan mengalir dalam rongga dada Mervyn—saat melihat kedua anak itu tumbuh besar dengan penuh rasa ingin tahu dan kekhawatiran yang tulus. “Anak Pintar, di mana ibu kalian?” tanya Mervyn yang masih memasang senyuman ramah di wajahnya. “Mami belum pulang, Pap—” “Hush!” Marcell kembali menegur Michelle dengan menepuk mulutnya pelan. “Jangan panggil dia ‘Papi’, sebelum Mami mengizinkannya.” Mervyn mengerutkan alis sambil menahan senyum di ujung bibir. Marcell mungkin mengira kalau suaranya sudah sangat kecil dan Mervyn tidak akan mendengarnya. Padahal, Mervyn masih mampu menangkap j
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Chapter 43

Kini Michelle menatap Marcell penuh tanda tanya, menunggu arahan apakah dia boleh menjawab pertanyaan Mervyn atau tidak. Lalu, Marcell mengangguk setuju, mengizinkan adiknya untuk memberitahu nama mereka. “Aku Michelle, bisa dipanggil Elle. Kalau ini namanya Marcell,”—sesaat Michelle menunjuk ke arah sang kakak—“tapi kamu juga bisa memanggilnya Acell, supaya lebih singkat.” Mervyn tersenyum, mengangguk paham. “Baiklah, Marcell dan Michelle, senang berkenalan dengan kalian,” ungkapnya, lalu menambahkan, “Namaku Mervyn.” Usai bertukar nama, Marcell dan Michelle mengajak Mervyn langsung masuk ke dalam rumah, menuju ruang tamu yang bersih, rapi dan nyaman. Meskipun tempat tinggalnya sangat sederhana, tetapi sepertinya Mireya dan kedua anaknya tampak nyaman dan selalu menjaga kebersihan rumah itu—seolah sudah sangat bersyukur dengan apa yang mereka miliki sekarang. Mervyn meletakkan tas hadiah di dekat sofa, dikawal oleh Michelle yang sejak tadi mengikutinya dengan raut wajah antu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Chapter 44

Mireya terpaku dengan tubuh bergetar saat melihat keberadaan Mervyn. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Hanya ada kecemasan yang tidak terkendali di dalam dirinya. Selama ini, setelah memutuskan menjauh dari hidup Mervyn, Mireya selalu berpikir bahwa dunianya akan baik-baik saja bersama anak-anak. Marcell dan Michelle bisa menjalani hari-hari dengan tenang, aman dan nyaman. Tanpa perlu khawatir akan bertemu lagi dengan ayah biologis mereka. Tapi ... pemandangan apa yang dia lihat saat ini? “Mami!” Kedua anak itu langsung bangkit dan berlari menghampiri Mireya, melupakan sejenak mainan baru yang dibelikan oleh Mervyn. Tangan-tangan mungil itu melingkari pinggang Mireya—memeluknya dengan begitu erat dan penuh cinta. Namun, Mireya sama sekali tidak membalas. Raganya seperti terlepas dari tubuh dan melayang jauh entah ke mana. Sambil mengepalkan kedua tangan kuat-kuat, Mireya menatap Mervyn dengan emosi yang memenuhi dada. “Apa yang kamu lakukan di sini?” Mervyn,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Chapter 45

Punggung Mervyn benar-benar menghilang di balik daun pintu, meninggalkan Mireya yang masih berdiam diri di ruang tamu.Hening ....Tidak ada suara selain detak jantungnya yang terasa begitu keras di telinga. Mireya merasa tubuhnya sangat lemah, seakan seluruh energi yang dia miliki telah terkuras habis setelah berbicara dengan Mervyn.Dengan langkah terseok-seok, wanita itu berjalan menuju sofa dan duduk, berusaha menstabilkan perasaan.Dia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri, tapi yang datang justru air mata yang mulai menetes.Ketakutan yang luar biasa merasuki setiap sudut hatinya. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Tanya demi tanya terus berputar dalam pikiran. Bagaimana dia akan menjelaskan semuanya pada Marcell dan Michelle?Jika kedua anak itu tahu kebenaran ini, apakah mereka akan membenci Mireya dan berpaling ke sisi Mervyn?Di tengah kesunyian itu, tanpa Mireya sadari, ada dua sosok yang sejak tadi menyaksikan semuanya, menguping percakapan Mireya dan Mervyn secara d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Chapter 46

Setelah menjalani serangkaian prosedur tes DNA dengan mengambil sampel darah, Mervyn, Mireya, Marcell dan Michelle kembali masuk ke dalam mobil. Mereka harus menunggu hasil tes keluar hingga besok atau lusa.“Mami, sekarang kita mau pergi ke mana?” tanya Michelle penasaran.Dibandingkan Marcell yang lebih banyak diam dan hanya membicarakan yang penting-penting saja, Michelle memang termasuk anak yang aktif dalam berkomunikasi.“Kita akan langsung pulang ke rumah,” jawab Mireya yang sedang duduk di dekat kaca sebelah kanan. Hari ini rasanya dia sangat lelah dan butuh lebih banyak waktu untuk istirahat.Michelle mengerucutkan bibir saat mendengar jawaban Mireya. Padahal, dia berharap mereka bisa pergi ke tempat hiburan yang asyik dan menyenangkan.“Paman, apakah Paman juga akan langsung pulang?” Kali ini Michelle menatap ke arah pria dewasa yang duduk di sampingnya.Mervyn sedikit menunduk, mengimbangi tatapan Michelle. “Aku harus kembali ke kantor, tapi tenang saja, kita masih punya ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Chapter 47

Mervyn memandang Mireya dengan rasa penasaran yang menuntut sebuah penjelasan, sedangkan Mireya justru memberikan tatapan ambigu, seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan, tetapi lidahnya terasa kelu.Mireya mengerling, berdeham pelan, mencoba mengusir ketegangan saat manik mata mereka saling bertemu.“Kamu hampir meninggalkan dompet.” Mireya menyodorkan dompet tebal ke arah Mervyn dengan kepala menunduk. Dia merasa tidak sanggup jika harus lama-lama bersitatap dengan Mervyn.Tangan Mervyn terulur guna mengambil alih dompet tersebut. “Terima kasih,” ucapnya dengan senyuman lembut di sudut bibir.Setelah itu, Mervyn pergi meninggalkan rumah Mireya. Menyisakan Mireya yang hanya berdiam diri di depan kamar.Mireya menghela napas berat, menyesali ketidakberaniannya untuk mengungkapkan kebenaran di hadapan Mervyn langsung.Awalnya, Mireya berpikir bahwa dia tidak punya kesempatan untuk berlari lebih jauh lagi. Mulutnya bahkan telah terbuka dan kejujuran itu hampir dia bongkar tanpa perlu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Chapter 48

Sambil menggenggam erat amplop putih di tangannya, Mervyn berdiri di depan rumah Mireya, mengetuk pintu beberapa kali dengan tak sabar.Saat melihat hasil tes yang menunjukkan kecocokan hubungan biologis antara dirinya dengan kedua anak kembar itu, entah kenapa Mervyn merasakan sesuatu yang tidak dapat terungkapkan oleh kata-kata.Ada gemuruh perasaan haru, lega, sedih dan bahagia yang bercampur menjadi satu, memenuhi rongga dada dan membuatnya begitu sesak, hingga tanpa sadar sebutir air terjatuh dari pelupuk matanya, mengalir ke pipi dan berakhir tersapu angin.Cklek!Pintu terbuka, menampilkan sosok Mireya yang berdiri di ambang pintu dengan ekspresi kaget saat melihat siapa yang datang.”Mervyn ...?”Saat melihat sesuatu yang ada di genggaman Mervyn, Mireya tahu, hari yang paling dia takuti akhirnya tiba.Mervyn bertanya, “Di mana anak-anak?”Mireya bergerak mundur satu langkah, tapi Mervyn dengan cepat menangkap pergelangan tangannya. “Jangan coba menghindar lagi, Mireya. Aku sud
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Chapter 49

Sekarang Mervyn mengerti alasan kenapa Mireya mengajaknya bicara dan tiba-tiba menangis. Ternyata dia menyimpan ketakutan tentang Mervyn yang mungkin akan membawa pergi kedua anak kembarnya.Dengan wajah yang telah dibanjiri air mata, wanita itu berlutut di hadapan Mervyn. “Aku mohon, jangan pisahkan aku dengan anak-anak! Aku mengaku salah karena tidak bicara jujur sejak awal, tapi semua itu kulakukan agar tidak kehilangan mereka,” ucapnya sambil terisak-isak. “Kamu boleh mengambil apa pun yang aku miliki di dunia ini, tetapi tidak dengan Marcell dan Michelle. Mereka terlalu berharga untukku,” ungkapnya.Hati Mervyn sedikit melunak saat mendengar ucapan Mireya yang begitu menyedihkan. Dapat dia bayangkan sedalam apa cinta dan kasih sayang yang Mireya punya untuk kedua buah hati yang terlahir dari rahimnya.Pria itu menghela napas sejenak, mengulurkan tangan untuk membantu Mireya berdiri. Akan tetapi, Mireya menggeleng dan kini malah bersimpuh sambil memeluk erat kaki Mervyn.“Mireya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Chapter 50

Mireya terbelalak mendengar permintaan Mervyn terkait keputusan untuk membeberkan semuanya kepada Marcell dan Michelle. “T–tapi ... apa menurutmu itu tidak akan membuat mereka marah? Bagaimana kalau aku dibenci karena menutupi fakta kalau kamu adalah ayahnya?”Mervyn menjawab dengan tenang, “Mereka tidak akan membenci kamu, Mireya. Aku lihat, mereka tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan pengertian. Tapi kalaupun mereka marah atau benci padamu, bukankah itu hal yang wajar? Mereka memang belum cukup mampu mengendalikan emosi, tapi percayalah, perlahan waktu pasti akan mendewasakan pikiran anak-anak kita.”Pipi Mireya sedikit memerah saat mendengar tiga kata terakhir yang terucap dari bibir Mervyn.‘Anak-anak kita’?Entah kenapa, meskipun kenyataannya memang benar, tetapi Mireya merasa bahwa ucapan itu sedikit berlebihan. Bukankah itu terkesan seolah mereka adalah keluarga?“Mireya ...?” panggil Mervyn sembari menelengkan kepala, mencoba menatap wajah Mireya lebih detail. “Kenapa diam s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status