Share

Chapter 45

Author: APStory
last update Last Updated: 2025-02-10 20:43:17

Punggung Mervyn benar-benar menghilang di balik daun pintu, meninggalkan Mireya yang masih berdiam diri di ruang tamu.

Hening ....

Tidak ada suara selain detak jantungnya yang terasa begitu keras di telinga. Mireya merasa tubuhnya sangat lemah, seakan seluruh energi yang dia miliki telah terkuras habis setelah berbicara dengan Mervyn.

Dengan langkah terseok-seok, wanita itu berjalan menuju sofa dan duduk, berusaha menstabilkan perasaan.

Dia memejamkan mata, mencoba menenangkan diri, tapi yang datang justru air mata yang mulai menetes.

Ketakutan yang luar biasa merasuki setiap sudut hatinya. Apa yang harus dia lakukan sekarang?

Tanya demi tanya terus berputar dalam pikiran. Bagaimana dia akan menjelaskan semuanya pada Marcell dan Michelle?

Jika kedua anak itu tahu kebenaran ini, apakah mereka akan membenci Mireya dan berpaling ke sisi Mervyn?

Di tengah kesunyian itu, tanpa Mireya sadari, ada dua sosok yang sejak tadi menyaksikan semuanya, menguping percakapan Mireya dan Mervyn secara d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 46

    Setelah menjalani serangkaian prosedur tes DNA dengan mengambil sampel darah, Mervyn, Mireya, Marcell dan Michelle kembali masuk ke dalam mobil. Mereka harus menunggu hasil tes keluar hingga besok atau lusa.“Mami, sekarang kita mau pergi ke mana?” tanya Michelle penasaran.Dibandingkan Marcell yang lebih banyak diam dan hanya membicarakan yang penting-penting saja, Michelle memang termasuk anak yang aktif dalam berkomunikasi.“Kita akan langsung pulang ke rumah,” jawab Mireya yang sedang duduk di dekat kaca sebelah kanan. Hari ini rasanya dia sangat lelah dan butuh lebih banyak waktu untuk istirahat.Michelle mengerucutkan bibir saat mendengar jawaban Mireya. Padahal, dia berharap mereka bisa pergi ke tempat hiburan yang asyik dan menyenangkan.“Paman, apakah Paman juga akan langsung pulang?” Kali ini Michelle menatap ke arah pria dewasa yang duduk di sampingnya.Mervyn sedikit menunduk, mengimbangi tatapan Michelle. “Aku harus kembali ke kantor, tapi tenang saja, kita masih punya ba

    Last Updated : 2025-02-11
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 47

    Mervyn memandang Mireya dengan rasa penasaran yang menuntut sebuah penjelasan, sedangkan Mireya justru memberikan tatapan ambigu, seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan, tetapi lidahnya terasa kelu.Mireya mengerling, berdeham pelan, mencoba mengusir ketegangan saat manik mata mereka saling bertemu.“Kamu hampir meninggalkan dompet.” Mireya menyodorkan dompet tebal ke arah Mervyn dengan kepala menunduk. Dia merasa tidak sanggup jika harus lama-lama bersitatap dengan Mervyn.Tangan Mervyn terulur guna mengambil alih dompet tersebut. “Terima kasih,” ucapnya dengan senyuman lembut di sudut bibir.Setelah itu, Mervyn pergi meninggalkan rumah Mireya. Menyisakan Mireya yang hanya berdiam diri di depan kamar.Mireya menghela napas berat, menyesali ketidakberaniannya untuk mengungkapkan kebenaran di hadapan Mervyn langsung.Awalnya, Mireya berpikir bahwa dia tidak punya kesempatan untuk berlari lebih jauh lagi. Mulutnya bahkan telah terbuka dan kejujuran itu hampir dia bongkar tanpa perlu

    Last Updated : 2025-02-11
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 48

    Sambil menggenggam erat amplop putih di tangannya, Mervyn berdiri di depan rumah Mireya, mengetuk pintu beberapa kali dengan tak sabar.Saat melihat hasil tes yang menunjukkan kecocokan hubungan biologis antara dirinya dengan kedua anak kembar itu, entah kenapa Mervyn merasakan sesuatu yang tidak dapat terungkapkan oleh kata-kata.Ada gemuruh perasaan haru, lega, sedih dan bahagia yang bercampur menjadi satu, memenuhi rongga dada dan membuatnya begitu sesak, hingga tanpa sadar sebutir air terjatuh dari pelupuk matanya, mengalir ke pipi dan berakhir tersapu angin.Cklek!Pintu terbuka, menampilkan sosok Mireya yang berdiri di ambang pintu dengan ekspresi kaget saat melihat siapa yang datang.”Mervyn ...?”Saat melihat sesuatu yang ada di genggaman Mervyn, Mireya tahu, hari yang paling dia takuti akhirnya tiba.Mervyn bertanya, “Di mana anak-anak?”Mireya bergerak mundur satu langkah, tapi Mervyn dengan cepat menangkap pergelangan tangannya. “Jangan coba menghindar lagi, Mireya. Aku sud

    Last Updated : 2025-02-12
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 49

    Sekarang Mervyn mengerti alasan kenapa Mireya mengajaknya bicara dan tiba-tiba menangis. Ternyata dia menyimpan ketakutan tentang Mervyn yang mungkin akan membawa pergi kedua anak kembarnya.Dengan wajah yang telah dibanjiri air mata, wanita itu berlutut di hadapan Mervyn. “Aku mohon, jangan pisahkan aku dengan anak-anak! Aku mengaku salah karena tidak bicara jujur sejak awal, tapi semua itu kulakukan agar tidak kehilangan mereka,” ucapnya sambil terisak-isak. “Kamu boleh mengambil apa pun yang aku miliki di dunia ini, tetapi tidak dengan Marcell dan Michelle. Mereka terlalu berharga untukku,” ungkapnya.Hati Mervyn sedikit melunak saat mendengar ucapan Mireya yang begitu menyedihkan. Dapat dia bayangkan sedalam apa cinta dan kasih sayang yang Mireya punya untuk kedua buah hati yang terlahir dari rahimnya.Pria itu menghela napas sejenak, mengulurkan tangan untuk membantu Mireya berdiri. Akan tetapi, Mireya menggeleng dan kini malah bersimpuh sambil memeluk erat kaki Mervyn.“Mireya,

    Last Updated : 2025-02-13
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 50

    Mireya terbelalak mendengar permintaan Mervyn terkait keputusan untuk membeberkan semuanya kepada Marcell dan Michelle. “T–tapi ... apa menurutmu itu tidak akan membuat mereka marah? Bagaimana kalau aku dibenci karena menutupi fakta kalau kamu adalah ayahnya?”Mervyn menjawab dengan tenang, “Mereka tidak akan membenci kamu, Mireya. Aku lihat, mereka tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan pengertian. Tapi kalaupun mereka marah atau benci padamu, bukankah itu hal yang wajar? Mereka memang belum cukup mampu mengendalikan emosi, tapi percayalah, perlahan waktu pasti akan mendewasakan pikiran anak-anak kita.”Pipi Mireya sedikit memerah saat mendengar tiga kata terakhir yang terucap dari bibir Mervyn.‘Anak-anak kita’?Entah kenapa, meskipun kenyataannya memang benar, tetapi Mireya merasa bahwa ucapan itu sedikit berlebihan. Bukankah itu terkesan seolah mereka adalah keluarga?“Mireya ...?” panggil Mervyn sembari menelengkan kepala, mencoba menatap wajah Mireya lebih detail. “Kenapa diam s

    Last Updated : 2025-02-14
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 51

    “Baiklah, aku duluan.” Karena tidak ingin berdebat terlalu lama, Marcell akhirnya mengalah dan mulai angkat suara untuk menjawab pertanyaan Mervyn. “Paman, sebenarnya kamu baru saja mengajukan pertanyaan retoris. Dari pertanyaan Paman, jawabannya tentu saja; pernah.”Marcell lalu menambahkan, “Memangnya siapa anak yang tidak merasa sedih jika hidup tanpa figur seorang ayah? Tapi, beruntungnya, aku dan Michelle mempunyai ibu yang luar biasa hebat dan kuat seperti Mami, sehingga dengan ada ataupun tanpa adanya sosok ayah, itu bukan lagi menjadi masalah bagi kami.”Mervyn hanya diam sambil mendengarkan dengan serius.“Paman lihat sendiri, ‘kan? Kami tumbuh besar, sehat dan kuat. Kami juga selalu bahagia bersama Mami,” pungkas Marcell, seolah menegaskan bahwa kehilangan seorang ayah sejak masih di dalam kandungan, bukanlah hal yang perlu disesali dalam hidup.Mervyn mengangguk paham. “Itu bagus!” ucapnya seraya tersenyum getir, membayangkan sebesar apa perjuangan Mireya hingga mampu mendi

    Last Updated : 2025-02-14
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 52

    Pertanyaan itu membuat Mervyn terkejut. Dia mengernyitkan dahi, merasakan kekakuan yang mencekam.Meskipun secara biologis Mervyn memang ayah kandung Marcell dan Michelle, tetapi hubungan antara dia dan Mireya tidak cukup kuat untuk menjustifikasi hal seperti itu.Tidak ada status pernikahan antara Mervyn dan Mireya. Jadi, jika mereka berada dalam satu rumah meskipun hanya semalam saja, itu pasti akan menimbulkan tanda tanya besar bagi warga sekitar.Mervyn tidak ingin hal seperti itu terjadi dan mengganggu kenyamanan yang selama ini telah Mireya bangun bertahun-tahun di rumahnya.Mervyn merasa sedikit canggung, tidak tahu bagaimana seharusnya menjawab pertanyaan yang sekilas tampak sederhana bagi anak-anak, tetapi sebenarnya penuh dengan lapisan perasaan dan situasi yang rumit.“Uhm ... anak-anak?” Mervyn bicara dengan suara lembut dan berpikir, “Meskipun Papi adalah ayah kandung kalian, tapi ... Papi dan Mami tidak memiliki hubungan yang sah. Jadi, ada batasan antara Papi dan Mami y

    Last Updated : 2025-02-15
  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 53

    Julian berdiri di depan pintu, matanya terfokus pada Mireya yang baru saja membukakan pintu.Senyum tipis di wajah Julian langsung memudar saat dia melihat pria yang berdiri di samping Mireya.“Mervyn ...?”Julian mengerutkan dahi. Tiba-tiba, kenangan beberapa waktu lalu langsung berputar memenuhi kepala.Saat itu, di sudut lorong perusahaan, setelah menjalani rapat bisnis dengan perusahaan Mervyn, Julian tak sengaja melihat Mervyn berusaha membangun interaksi yang cukup serius dengan Mireya—seolah ada sesuatu yang lebih dari sebatas profesional kerja.Ada ketegangan di antara mereka, yang sempat membuat Julian curiga bahwa sebenarnya Mervyn adalah ayah kandung dari Marcell dan Michelle. Akan tetapi, saat itu Mireya sama sekali tidak menjawab keraguannya.Kini, dengan berdirinya Mervyn di sini, Julian semakin yakin dengan kecurigaan yang dia pendam.Di sisi lain, Mervyn juga merasakan sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan.Masih segar dalam ingatan Mervyn, ketika Rayyan menginformasika

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 114

    Di ruang CEO, Mervyn tampak duduk di kursi putar seraya menatap Rayyan yang berdiri di depan meja kerjanya.“Apa sudah kamu informasikan kepada orang-orang itu mengenai kedatangan istriku hari ini?” tanya sang CEO.Rayyan menjawab, “Sudah, Pak. Persiapannya juga sudah matang.”“Bagus!” Mervyn mengangguk, merasa puas mendengar jawaban asistennya. “Bagaimana dengan hadiah yang aku bicarakan kemarin?”“Hadiahnya juga aman, Pak. Saya sudah menyuruh seseorang untuk memberikan hadiahnya kepada Nyonya, Tuan dan Nona Kecil ketika mereka sampai di rumah.”“Kerja bagus!” puji Mervyn. Rayyan memang selalu dapat diandalkan kapan dan di mana pun dia membutuhkannya.***Beberapa jam setelah melakukan perjalanan, Mireya, Marcell dan Michelle akhirnya tiba di lokasi tujuan.Kedatangan Mireya bersama kedua anaknya di tempat kediaman Mervyn disambut oleh banyak orang yang telah dipekerjakan oleh Mervyn dengan posisi bagian dan tugas yang berbeda-beda.Saat melewati pintu, ada beberapa penjaga yang lang

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 113

    Mervyn meraih telapak tangan Mireya untuk digenggam. “Kamu tahu, ‘kan, alasan dari kedatangan aku ke sini hanya untuk mengurus project anak perusahaan Grup Jordan?”Mireya mengangguk pelan, tetapi dia mulai bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang ingin disampaikan oleh Mervyn.“Dan sekarang urusannya sudah selesai. Aku berencana akan membawa kamu dan anak-anak kembali ke kota A. Apa kamu keberatan?” tanya Mervyn tanpa banyak basa-basi. Sebab, cepat atau lambat dia memang harus bicara jujur pada Mireya.Wajah Mireya berubah murung ketika mendengar ucapan Mervyn.Bagi Mireya, kota A menyimpan banyak kenangan pahit yang telah lama berusaha dia kubur bersama luka-lukanya.Dari sejuta mimpi buruk yang dia miliki di kota tersebut, satu-satunya yang bisa dia syukuri hingga sekarang hanyalah kehadiran anak kembar dalam hidupnya. Sementara sisanya tak lebih dari tumpukan benang yang hanya akan memperparah bongkahan luka di dada.“Maksud kamu, kita akan tinggal di sana?” tanya Mireya dengan

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 112

    Pertanyaan polos Michelle membuat Mireya gelagapan. Napasnya berhenti sejenak seiring kelopak mata yang terbuka lebar. Dengan cepat dia pun menyembunyikan jejak kemerahan di lehernya menggunakan telapak tangan.“I–ini ....” Mireya mencoba menemukan alasan yang masuk akal.Tapi apa?Tak jauh darinya, Mireya melihat Mervyn sedang berdiam diri di depan pintu toilet sembari menahan tawa. Membuatnya melotot kesal.Bisa-bisanya pria itu tertawa dengan sikap yang begitu tenang, sementara Mireya sedang pusing memikirkan jawaban!Padahal, tanda merah yang Mireya dapatkan jelas-jelas dibuat olehnya!Mireya kembali menatap Michelle. “Elle bisa tanya langsung pada Papi. Karena, Papi lebih tahu,” ucapnya seraya tersenyum lebar.“A–apa?” Mervyn mengerjap. Raut wajahnya berubah datar hanya dalam hitungan detik. “Kenapa harus aku yang jawab?”Mireya tersenyum miring. Merasa puas menyaksikan reaksi sang suami. “Bukankah kamu yang menyebabkan ini terjadi? Jadi, kamu saja yang jawab!” putusnya secara mu

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 111

    Mervyn dan Mireya terkejut ketika ada yang mengetuk pintu dari luar. Setelah itu, suara imut khas anak kecil mulai terdengar.“Mami, Papi! Acell dan adik boleh buka pintunya, tidak?” tanya Marcell.Sepasang suami dan istri itu tampak kelimpungan. Bagaimana mungkin mereka membiarkan kedua anak itu masuk dalam keadaan tubuh yang tidak mengenakan apa pun?Ah, kecuali Mervyn yang hanya memakai celana panjang.“T–tunggu sebentar! Mami akan membukanya,” sahut Mireya, lalu mengambil pakaian yang berserakan di lantai dan segera mengenakannya.Usai keduanya mengenakan kembali pakaian mereka, Mireya pun berjalan untuk membukakan kunci pintu.“Elle, Acell, ada apa?” tanya Mireya, sementara Mervyn baru saja masuk ke toilet untuk buang air kecil.“Mami ... eum, ada yang ingin kami katakan, tapi kami khawatir Mami akan marah,” ujar Marcell dengan raut wajah terlihat sedikit cemas.Mireya mengernyit. “Bagaimana kalian bisa tahu Mami akan marah atau tidak, sedangkan kalian saja belum mengatakan apa-a

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 110

    Di atas kasur, Mireya tampak mengenakan selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh polosnya.Wanita itu memandang Mervyn yang baru saja memungut celana dan kaos miliknya yang berserakan di lantai, lalu mulai memakainya kembali.Mireya cukup terkejut menerima perlakuan suaminya yang tiba-tiba menjadi begitu liar dan brutal.Dugaan sementara, Mireya menaruh curiga bahwa semua yang dilakukan Mervyn disebabkan oleh rasa cemburu akibat kesalahpahaman antara pria itu, Mireya dan juga Julian.Selesai mengenakan celana panjang berbahan levis, dengan tubuh bagian atas yang masih telanjang, Mervyn naik ke atas kasur untuk kembali mendekati istrinya.Cup!Mervyn mendekap wanita itu seraya mengecup pelipisnya sekilas. “Ingat apa yang tadi kukatakan? Kamu, dan semua yang ada pada dirimu adalah milikku, Mireya. Jangan biarkan orang lain menyentuhnya!”Mireya mengangguk, tetapi perasaannya tidak kunjung lega meskipun dirinya kini sedang ada dalam dekapan hangat sang suami.“Kenapa menatapku begitu, h

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 109

    Brak!Mervyn membuka pintu kamar, mendapati Mireya yang kini sedang melipat pakaian sembari duduk di tepi kasur bermotif bunga mawar.Wanita itu mendongak saat mendengar derit pintu, lalu bergegas bangkit menghampiri suaminya yang baru pulang ke rumah entah dari mana.“Kamu sudah kembali?” sambut Mireya seraya tersenyum manis.Mervyn, dengan wajah garang serta sorot mata yang menunjukkan amarah, sama sekali tidak menjawab kalimat tanya yang diajukan oleh Mireya.Di sepanjang jalan menuju ke rumah, Mervyn sudah terlalu banyak menahan emosi, dan sekarang kemarahan itu bertambah semakin besar saat dia melihat ekspresi lugu istrinya yang terkesan seakan tidak melakukan kesalahan apa pun di belakangnya.Mireya menyadari ada yang tidak beres dari raut wajah Mervyn. Lantas pada saat dirinya berada di hadapan Mervyn, dia segera mengangkat satu tangan guna menyentuh pipi pria itu.“Mervyn, apa yang terjadi?” tanya Mireya lembut. “Apa kamu baru saja mendapatkan masalah?” tambahnya.Tatapan Merv

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 108

    Mireya pun menjelaskan kejadian mengenai Felix yang membohonginya dengan mengatakan bahwa Henry, ayah mereka, sedang mengalami kritis di rumah sakit. Namun, ternyata Felix malah membawanya ke tempat asing dan menjadikannya jaminan utang. “Felix?” Mervyn mengerutkan dahi saat mendengar nama yang tak dia kenal. “Siapa dia?” “Dia kakak laki-lakiku. Kami lahir dari ibu yang berbeda, tetapi masih satu ayah,” terang Mireya. “Kalau begitu, artinya dia juga kakaknya Felly?” tebak pria itu. Lantas Mireya mengangguk. “Ya, mereka satu ibu,” tambahnya. Mervyn manggut-manggut paham, lalu terdiam setelahnya. Akan tetapi, isi kepalanya terus bekerja memikirkan sosok Felix yang telah membuat istri kesayangannya hampir menjadi korban pemerkosaan. Mervyn bersumpah, suatu saat Felix pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya! “Mervyn, kenapa melamun?” Mireya menyentuh sebelah pipi Mervyn dan membuatnya sedikit terkejut. Mervyn menunduk, menatap ke dalam mata cantik ist

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 107

    “Hey ... apa yang kamu pikirkan?” Mervyn menyelipkan anak rambut Mireya ke belakang telinga wanita itu. “Aku tidak pernah menganggap kamu pembawa sial. Sebaliknya, aku justru merasa lebih bahagia setelah bertemu kembali dengan kamu dan anak-anak. Siapa bilang kalau kamu pembawa sial?”Mireya merasa sedikit lebih lega. Namun, perasaan sedih dan bersalah itu masih belum hilang sepenuhnya dari dalam diri. Melihat kondisi Mervyn yang tidak berdaya seperti saat ini membuatnya sangat sedih.“Mervyn, apa boleh aku menceritakan alasan yang sebenarnya?” tanya Mireya seraya mendongak, menatap mata sang suami dengan lebih serius dan dalam.Cup!Mervyn mengecup pelipis Mireya lekat-lekat. “Ceritakanlah,” balasnya.Mireya menghela napas sejenak. “Sebenarnya ... saat tiba di rumah sakit, aku duduk menunggu kamu di luar ruangan. Aku terus mendoakan untuk keselamatan kamu. Kemudian, tiba-tiba Ibu datang bersama Lisa. Aku menjelaskan pada Ibu mengenai apa yang terjadi dengan kamu, lalu Ibu menyalahkan

  • Pahitnya Cinta: Mengandung Benih CEO Dingin   Chapter 106

    Setelah menjalani rawat inap selama hampir satu minggu di rumah sakit, Mervyn akhirnya diperbolehkan pulang oleh dokter hari ini. Akan tetapi, dia tetap membutuhkan banyak istirahat di rumah, supaya proses penyembuhan luka di perutnya lebih cepat selesai.Malam itu, di saat Marcell dan Michelle sedang belajar bersama di kamar mereka, Mireya membuatkan segelas susu hangat untuk Mervyn.Mireya menghampiri Mervyn yang berbaring di atas kasur, meletakkan sejenak gelas di atas meja. Kemudian, membantu Mervyn mengubah posisi menjadi duduk dengan kedua kaki diluruskan serta punggung yang bersandar pada kepala kasur.“Minumlah ...” ucap Mireya sembari menyodorkan kembali susu di dalam gelas berbahan kaca ke arah Mervyn.“Terima kasih,” ucap Mervyn seraya mengambil alih benda itu dan mulai meneguk minumannya pelan-pelan.“Mireya, aku mau tanya sesuatu.” Mervyn meletakkan gelas di atas meja, lalu menatap istrinya dengan serius.“Tanyakan saja,” kata Mireya yang tengah duduk di tepi kasur, menun

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status