Accueil / Romansa / Tawanan Hasrat sang Penguasa / Chapitre 181 - Chapitre 190

Tous les chapitres de : Chapitre 181 - Chapitre 190

224

181. Tidak Lolos Tes

“Tidak … Rafael … mustahil ….” Sienna meraung penuh kesedihan. Dia sudah membujuk Rafael agar tidak memprovokasi Robin, tahu jika putra sulungnya itu dapat melakukan tindakan berlebihan seperti kakeknya. Sejak dia menghilang dari kehidupan putranya, Robin sangat dekat dengan Dante yang membawa pengaruh besar dalam pembentukan kepribadiannya. Dia selalu berharap tebakannya salah. Namun ternyata, Robin benar-benar membunuh adik kandungnya. Robin tidak pernah memercayai bahwa Sienna tak pernah sekali pun berniat mengkhianati keluarganya. Hal itu yang membuat Sienna bertambah semakin menderita.Sebelum pergi, Rod menambahkan, “Karena Rafael sudah mati dan Bruno mungkin sedang menunggu ajalnya, kau bebas keluar dari sini. Lagi pula, Robin pasti akan mendatangimu. Dia selalu ingin melenyapkan keberadaanmu, Sienna.”Poppy segera keluar dari kamar setelah memastikan Rod dan anak buahnya sudah tak ada lagi di sekitar rumah. Dia memeluk Sienna, menangis tanpa mengatakan apa pun. Sementara pel
last updateDernière mise à jour : 2025-02-16
Read More

182. Lawan atau Kawan?

“Hentikan, Rod!! Jangan bawa-bawa mereka semua dengan masalah kita! Rahasia masa laluku akan terkubur begitu aku menelan racun ini, bukan? Robin akan selamanya membenciku seperti keinginan Dante!” Poppy menggeleng pelan. Dia berusaha merebut botol racun dari tangan Sienna, namun langsung ditepis kasar olehnya. Marcello juga tak bisa bergerak leluasa, waspada dengan anak buah Rod yang sangat fokus pada mereka. Sienna memutar botol kaca berisi cairan racun segenggam tangannya itu. Dia sudah siap menerima ajalnya. Setelah kehilangan putra bungsunya, dia tak memiliki apa pun lagi. Robin pun akan selalu membencinya. Dia hanya menyayangkan satu hal, yaitu tak bisa memeluk suami tercintanya lagi. Setidaknya, dia ingin mengatakan kepada Stefan jika selama ini dia selalu setia dan hanya mencintainya. “Tidak … jangan lakukan itu …,” bisik Poppy memohon. Sienna tersenyum padanya, setengah terpaksa karena perasaannya masih diselimuti kesedihan. “Jaga Robin baik-baik. Terangilah jalanny
last updateDernière mise à jour : 2025-02-16
Read More

183. Reuni

“Tidak apa-apa, Nyonya. Mereka ada di pihak kita,” ucap Marcello. Marcello langsung menurunkan senjata, mengikuti perintah. Dia tahu jika seragam orang-orang itu adalah milik polisi internasional yang datang menyelamatkan mereka, pasukan yang dikirim Rafael. Suara tembakan pun tak lagi terdengar. Namun, sesaat kemudian, terdengar seruan dari jauh, “Sienna!!” Stefan berlari kencang sambil menangis. Dia mendorong salah satu polisi internasional dengan kasar, lalu berlari memeluk istrinya penuh kerinduan. “Kau benar-benar Siena-ku! Larry tidak membohongiku!” “Stefan … bagaimana kau bisa berada di sini?” Stefan mengendurkan pelukan, meraba wajah istrinya, memeriksa seluruh tubuhnya dengan tatapan tak percaya. Melihat sosok yang membuatnya menderita karena kerinduan selama belasan tahun, membuat kesadaran Stefan kembali. Tak ada obat yang lebih manjur dibanding mendapatkan satu-satunya keinginannya. Stefan sangat bahagia hingga tak peduli dengan sekelilingnya, mencium istrinya bert
last updateDernière mise à jour : 2025-02-17
Read More

184. Aku Kembali Untukmu

Akhirnya, Poppy sampai di tempat yang sangat dirindukannya setelah menempuh perjalanan jauh. Langit sudah petang dan waktunya untuk mengistirahatkan badan, tetapi dia mengabaikan rasa lelahnya untuk bisa segera bertemu dengan Robin Luciano. “Kau jangan khawatir. Di sini ada banyak anggota kami yang bersiaga di sekeliling kediaman. Anak buah Dante tidak akan berani mendekat,” ucap Franco. Poppy mengangguk dengan mata berair, melihat rumah besar yang dulu begitu menakutkan baginya dari kaca mobil. Namun, saat ini, kakinya tak sabar berlari memasuki rumah itu. “Donna, periksalah keadaan Alice, Lucia, dan Nyonya April lebih dulu. Aku mengkhawatirkan mereka, tapi aku ingin langsung menemui Robin,” perintah Poppy halus saat mereka sampai di depan gerbang depan kediaman. “Baik, Nyonya. Saya juga mengkhawatirkan keadaan mereka.” Mobil yang membawa mereka memasuki halaman depan kediaman. Para pengawal Robin tak ada yang berani mencegah setelah melihat para pasukan khusus kepolisian ya
last updateDernière mise à jour : 2025-02-17
Read More

185. Melihat Keterpurukan Suami Kejam

Poppy pikir, Robin akan mengelak atas semua ucapannya setelah benar-benar bangun. Seperti dulu, berpura-pura mabuk dan menyangkal segalanya.Namun, Robin justru menatapnya penuh kerinduan, mengecup lembut singkat bibirnya. Tak ada sanggahan atau ketidaksetujuan dari sorot matanya.“Kenapa kau kembali?”Di lain sisi, Robin sudah sangat yakin jika Poppy tak akan pernah kembali lagi padanya. Selama Poppy menghilang, dia menyadari dengan semua sikap kejamnya, juga tak pernah menunjukkan perasaan yang sesungguhnya. Dia benar-benar tak menyangka jika Poppy akan kembali untuknya. Namun, dia masih ingin mendengarnya agar semakin percaya jika wanita di hadapannya bukan sekedar ilusi semata.“Sudah kubilang, aku kembali untukmu. Karena aku masih menjadi tawananmu.” Poppy tetap berhati-hati mengutarakan perasaannya. Enggan gegabah menyatakan kasih sayang, yang pada akhirnya mungkin akan ditolak lagi. Apalagi, suasana hati Robin masih diselimuti kesedihan dan peny
last updateDernière mise à jour : 2025-02-18
Read More

186. Mencintaimu

“Ayolah … aku tidak kuat menarikmu. Gunakan sedikit tenagamu untuk berdiri.” Poppy mengalungkan lengan Robin di pundaknya. Wajahnya sampai memerah ketika berusaha berdiri sambil menopang badan kekar suaminya.Setelah bersusah payah membantu Robin sampai duduk di tepi ranjang, Poppy mengambilkan air mineral untuknya. Robin menggeleng pelan, menyingkirkan gelas dari hadapannya.“Dengarkan aku, lalu putuskan setelah berpikir matang. Jika kau ingin tetap tinggal bersamaku atau pergi meninggalkanku, aku akan menghargai keputusanmu. Tapi–” Suara Robin tercekat di tenggorokan. “Tapi, tolong … jangan pernah membenciku.”“Aku akan mendengarmu.”Robin menunduk selagi menatap telapak tangan kanannya di atas paha, gemetaran, masih merasakan kesakitan tak kasat mata karena tindakan tangan jahat itu. Setiap kali melihat tangannya, dada Robin terasa dicabik-cabik oleh penyesalan.Dia melirik sekilas pada istrinya. Poppy masih tampak tenang. Namun, dia yakin jika sebentar lagi P
last updateDernière mise à jour : 2025-02-18
Read More

187. Diusir setelah Sayang-sayangan

‘Mama mencintaimu, Robin ….’ Mendadak, Robin mengingat ucapan ibunya ketika terakhir kali menyatakan kasih sayangnya. Sudah lama Robin tak mendengar kata itu. Tidak. Robin sering mendengarnya dari para wanita, namun kali ini berbeda. Kata cinta yang keluar dari mulut Poppy terdengar berbeda dari yang diucapkan ibunya maupun wanita lain. Hatinya sontak dipenuhi kehangatan, merasakan getaran mendebarkan dalam dadanya, dan perasaan aneh yang menggelitik perutnya. Robin menelan ludah, tercengang tanpa ekspresi, tak tahu bagaimana harus menanggapi. Padahal, dia sudah tahu jika dirinya juga akan mengatakan sesuatu yang sama, sambil memberikan cincin pernikahan untuk istrinya. Namun, lidahnya semakin kaku, tak bisa menjawab langsung. “Maaf … aku tidak seharusnya mengatakan ini sekarang.” Poppy berpaling dengan pipi merona. Dia berencana akan membuat Robin pelan-pelan membuka hati untuknya, namun malah gegabah mengutarakan isi hatinya. Melihat reaksi suaminya, Poppy menjadi ge
last updateDernière mise à jour : 2025-02-18
Read More

188. Menemukan Tambatan Hati

Robin mencuci muka dengan kasar hingga air dari keran membasahi kaosnya. Dia benar-benar sangat malu setelah melihat pantulan wajahnya di cermin kamar mandi.Seumur hidupnya, baru kali ini penampilannya terlihat benar-benar kacau. Dan dia mencium Poppy dengan wajah yang mirip dengan gelandangan! Pantas saja Poppy menyamakan dirinya dengan para pria dari Pulau Solterra.“Sial … sial …!” Robin memukul kaca tanpa banyak tenaga sehingga kaca itu masih utuh.Teringat dirinya menangis pilu seperti anak kecil, wajah Robin kembali merah padam. Namun, senyuman tersungging di bibirnya.Poppy mencintai dirinya, tidak membencinya, dan tidak takut padanya! Poppy juga mengatakan telah mempertaruhkan nyawa demi bisa bersatu lagi dengannya.Robin meringis, menggosok gigi dengan gerakan pelan, memastikan aroma alkohol di mulutnya hilang. Dia kemudian bersiul-siul selagi membasahi badannya di bawah pancuran air hangat, merasakan sensasi segar yang membuat perasaannya semakin bahagia.Dengan banyaknya ma
last updateDernière mise à jour : 2025-02-19
Read More

189. Makan Malam Biasa

Antonio segera mengoreksi ucapannya begitu melihat pipi Donna merona. “Ruang kerja Tuan Robin sedang digunakan kakakmu dan rekan-rekannya! Ruang bawah tanah juga penuh tahanan dan polisi! Jangan salah paham!” Dia yakin jika Donna pasti berpikir yang tidak-tidak. “Iya … iya, Tuan!” Donna mencebik sambil melirik kesal pada tangan kanan Robin itu. Antonio mengabaikan Donna, lalu masuk untuk menemui Poppy. “Nyonya, Tuan Robin sudah menunggu di ruang makan.” “Tunggu sebentar Antonio. Sedikit lagi selesai.” Poppy buru-buru menghias kue. “Biarkan Tuan Matteo yang melanjutkan. Tuan Robin harus segera makan, Nyonya.” Antonio mengingatkan jika Robin belum makan selama berhari-hari. Poppy langsung tersadar. Dia mencuci tangan, lalu melepaskan celemek. “Mohon bantuannya, Tuan Matteo.” Dia segera mengikuti Antonio yang berjalan lebih dulu. Langkahnya cukup cepat hingga berhasil melangkah di samping Antonio. “Kau belum mengobati wajahmu?” “Nanti juga sembuh sendiri. Saya sudah biasa mendapa
last updateDernière mise à jour : 2025-02-19
Read More

190. Rencana Kejutan untuk Poppy

‘Sialan!’ batin Robin panik, fokus menatap kancing kemejanya yang hampir terbuka. Tangannya diam-diam menyelinap ke bawah meja selagi memajukan badan. Dia membenarkan kancing kemeja dengan cepat sambil melirik istrinya, berharap ketidaksempurnaannya tak terlihat. “Makan yang banyak, Robin. Kau harus mengembalikan tenagamu.” Poppy mengulurkan setengah daging panggang miliknya ke atas piring Robin. Dia mulai memberikan perhatian kecil agar suaminya hanya fokus padanya, melupakan kesedihannya sejenak. ‘Dia sampai menyuruhku untuk memukulnya,’ batin Poppy sedih, mengira jika Robin ingin merasakan sakit di tubuhnya agar luka di hatinya sedikit berkurang. “Kau yang seharusnya makan lebih banyak.” Robin justru mengembalikan daging itu ke piring Poppy. Dia juga ingin menunjukkan bahwa dirinya telah berubah, menjadi pria yang dapat diandalkan istrinya. Bukan pria cengeng dan pemabuk seperti para pria dari Pulau Solterra. “Tidak, Robin. Kau yang lebih membutuhkan banyak energi. Aku tid
last updateDernière mise à jour : 2025-02-19
Read More
Dernier
1
...
1718192021
...
23
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status