Semua Bab Tawanan Hasrat sang Penguasa: Bab 171 - Bab 180

224 Bab

171. Pencarian

Di sebuah kamar motel, Poppy sedang menatap tajam Marcello dan Donna yang duduk sopan di depannya. Sebelumnya, Marcello terpaksa mengikat tangan dan membungkam mulut Poppy dengan lakban karena terus berteriak di jalan. Setelah sampai di kamar motel itu, mereka baru melepaskannya. Marcello menyembunyikan kunci pintu agar Poppy tak bisa melarikan diri.“Siapa yang menyuruh kalian berbuat seperti ini?”Marcello menatap Donna, meminta persetujuannya untuk menjawab Poppy. Namun, pelayan itu menggeleng sebagai tanda ketidaksetujuan.“Apa kalian mengkhianati Robin?” Poppy bergeleng-geleng tak percaya. “Kalian sendiri yang mengatakan jika hidup kalian jadi lebih baik setelah Robin menyelamatkan kalian.”“Jangan salah paham dulu, Nyonya. Kami–”“Bagaimana aku tidak salah paham?! Aku sudah mengatakan tidak mau pergi dan akan mengajakmu ke tempat aman! Tapi, kalian malah menyeretku, mengikat, dan membekapku begini!” teriak Poppy frustasi.“Situasi di kediaman sedang bahaya. Bisa jadi, mereka sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

172. Kakak-Adik

“Di mana istriku, Rafael?!” bentak Robin Rafael menyeringai. “Kupikir kau mencari mama kita. Bukankah kau akan balas dendam padanya?” Seperti ucapan Larry, Rafael sangat mirip dengan Sienna. Dia bekerja dalam diam, menyelidiki sekitarnya. Meski tak sepenuhnya tahu rencana Robin, dia dapat memastikan jika Robin berniat membalas dendam pada Sienna. Dia tak mungkin membiarkan kakaknya larut dalam balas dendam hingga membunuh wanita yang melahirkan mereka. Apa pun kesalahan Sienna, Rafael tetap menyayanginya. Tak ada satu pun di dunia seorang anak yang menginginkan kematian ibunya, kecuali orang dengan gangguan jiwa, pikirnya. “Jawab saja pertanyaanku kalau kau masih sayang dengan nyawamu,” ancam Robin. Saat Rafael berdiri, kursi tua yang didudukinya berderit. Robin yang sensitif mendengar suara ketika sedang berkonsentrasi memegang senjata, langsung mengarahkannya pada Rafael. Rafael yang melihat kesiapsiagaan kakaknya hanya tersenyum tanggung. Dia bahkan tak memedulikan s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

173. Dendam dan Kasih Sayang

Ucapan Rafael justru terdengar seperti hinaan, tantangan untuk membuktikan kata-katanya. Robin memantapkan pegangan pada pistol agar tak goyah. “Kau pikir, aku tidak sanggup menembakmu?” Benar, Robin sempat ragu. Dia sempat bimbang untuk sesaat. Namun, saat ini adalah waktu yang dinantinya. Dia pun akan melakukan hal yang sama pasa Sienna nanti. Dia tak boleh goyah! “Coba saja,” tantang Rafael. Rafael langsung terkejut saat Robin menarik slide pistol, sungguh bersiap menembaknya. “Kau … sungguh akan menembakku? Aku adikmu, Kakak! Sadarlah!” Robin tahu jika Rafael hanya mengulur waktu. Seperti ucapan Rafael, Poppy mungkin dalam bahaya saat ini. Dia harus bertindak cepat dan menemukan istrinya. "Kau pasti akan menyesali perbuatanmu ini, Robin. Poppy, tidak, Stella Valentine akan membencimu seumur hidup kalau kau membunuh adikmu sendiri." Rafael kini sadar bahwa Robin tak pernah menganggapnya keluarga. Namun, dia malah tersenyum di balik kesedihannya. “Aku bertanya untuk yang terak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

174. Kemenangan Pahit

Robin memungut kertas yang tadinya dibawa Rafael. Dia segera meluruskan pikiran agar fokusnya kembali pada sang istri. Lagi pula, dia memang berencana melenyapkan Sienna beserta orang-orang yang berhubungan dengannya, meski hatinya masih sesak oleh sesuatu yang menyakitkan.Sebelum membaca kertas itu, terdengar teriakan dari arah belakang, “Rafael!” Bruno tak memedulikan bahaya ketika berlari melewati Robin. Dia langsung menuju tepi tebing, bersimpuh hampir terjatuh saat melihat Rafael telah menghilang. Hanya terlihat debur ombak besar menghantam dinding batu tebing di bawahnya.“Ternyata, kau datang bersama ayahmu,” gumam Robin.Rasa bersalah yang berusaha menggerogoti jiwanya perlahan menghilang. Dia segera mengambil pistol yang ada di tanah, lalu mendekat perlahan ke arah Bruno yang masih memanggil Rafael dengan teriak keputusasaan.“Tidak! Rafael!!!” Bruno meraung histeris. Dia datang terlambat!! “Tidak!! Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak berbuat sejauh ini, Rafael!!” Tang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

175. Sangat Rindu

Di atas kapal motor berukuran besar, Robin baru sempat membuka kertas yang ditinggalkan Rafael. Dia langsung menggertakkan gigi ketika melihat gambaran anak kecil dalam kertas itu, bukan lokasi Poppy.“Sampai akhir pun, kau masih menipuku ….”Dia awalnya tak menyadari makna pada gambar, hampir membuang kertas itu. Namun, dia tiba-tiba mengingatnya.“Kenapa dia masih menyimpan barang yang tidak berguna ini?” geram Robin.Kertas itu berisi gambar mereka ketika Robin berusia enam tahun, saat mereka masih selalu bermain bersama. Mereka sering mencoret-coret pada kertas, melanjutkan bergantian sampai membuat sebuah bentuk gambaran yang utuh.Dada Robin terasa sesak membayangkan masa itu. Tangan kanannya langsung mengepal saat teringat telah menembak adik kecilnya. Namun, bukankah itu adalah keinginan terpendamnya selama ini?‘Dia hanya orang asing yang tidak berhubungan denganku,’ batin Robin, mencoba menyingkirkan Rafael dari benaknya.“Apa kau menyesali perbuatanmu, Robin?” Bruno yang dii
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

176. Persembunyian Sienna

Poppy membuka mulutnya cukup lama. Jika Donna tak menyikut pelan perutnya, dia mungkin lupa menutup mulutnya.“Anda ….”“Selamat datang di tempat tinggalku. Kau pasti sangat lelah. Ikut denganku, Poppy. Aku akan menyiapkan kebutuhanmu selagi kau istirahat.”Poppy masih diam di tempat, melepaskan tangan Donna. Ketika dia sadar jika saat ini adalah kenyataan, dia segera menyusul wanita itu, meraih lengannya sampai berhenti berjalan.“Nyonya Sienna … kenapa Anda ada di sini?”Sienna Lori tersenyum hangat padanya. “Nanti saja bicaranya. Kita masuk ke rumah dulu.” Lalu menepuk-nepuk punggung tangan Poppy singkat, kembali ke arah rumah di tengah pepohonan besar yang jauh dari penduduk sekitar.“Donna, bagaimana kau bisa mengenal Nyonya Sienna? Tidak, apa kau bahkan tahu siapa wanita itu?”Donna tersenyum lega setelah Poppy tak lagi menatapnya penuh penghakiman. “Tuan Rafael yang menyuruh saya pergi ke tempat ini untuk menemui ibunya. Dia mengatakan jika Nyonya Sienna akan menjaga Anda dari p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

177. Identitas Rafael

Poppy tercengang. “Lalu mengapa aku harus menyuapinya?” gumamnya, menyesal telah membuang tenaga untuk melayani orang sejahat Dante, juga sempat mengasihani kondisinya.‘Mengerikan,’ batin Poppy. Dante benar-benar terlihat sakit. Dia bahkan tak bisa menggerakkan tangannya.Hanya demi menguji kelayakan Robin, Dante mampu berbuat sejauh itu. Robin yang baru memimpin Luciano belum bisa mengungguli koneksi kakeknya. Informasi yang Robin dapatkan membutuhkan waktu dan proses yang tidak mudah.“Rafael sejak awal sudah tahu kalau kakeknya pura-pura sakit. Robin pun pasti juga menyadarinya.”“Hanya aku yang berhasil dibodohi ….”Sienna tersenyum tipis melihat reaksi Poppy. Sekarang, dia tahu asalan Rafael selalu antusias menceritakan tentang Poppy meski hanya melalui tulisan. Dia mulai terpikat pada kepolosan menantunya. Poppy menunjukkan dengan jelas berbagai ekspresi wajah sesuai dengan perasaannya, berbeda dari orang-orang di sekelilingnya yang penuh dengan tipu daya.“Rafael dulu sempat a
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

178. Melindungi Kakak

“Kakekku tidak mau menjalin hubungan dengan keluarga Martinez. Dia sendiri yang menembak Hugo karena kasus Bruno.”Robin masih mengingatnya dengan jelas. Sebab, itulah saat pertama Dante mengajarinya cara menembak.“Saya juga kurang memahaminya, Tuan. Tapi, isi perjanjian itu sudah sangat jelas.”Kerutan muncul di antara alis Robin. Dia segera membaca kertas perjanjian itu. Tangannya sontak gemetaran ketika mulai menyadari kesalahan besarnya.“Mustahil ….”Dia membaca ulang salah satu klausa perjanjian mereka. ‘Keluarga Luciano akan memberikan pembayaran secara berkala kepada keluarga Martinez untuk menjaga perjanjian ini.’“Saul memerintahkan orang-orangnya untuk menyerang, mungkin karena Anda telah menggantikan posisi Tuan Dante dan tidak mengetahui perjanjian ini.”“Dan kakekku memanfaatkanku untuk melenyapkan Pulau Solterra agar perjanjian mereka berakhir,” ujar Robin lemas, tak menduga jika Dante akan selicik ini.Robin tak bisa tinggal diam di kamar istrinya lebih lama. Dia haru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

179. Dihantui Rasa Bersalah

‘Bocah itu sangat bodoh … dia hanya ingin tahu apakah dia bisa mengembalikan sosok kakaknya seperti dulu. Aku sudah mengatakan kalau kau hanya iblis yang sudah tidak bisa diselamatkan! Tapi, dia tetap melakukan rencana gila itu sampai mati dengan sia-sia!’‘Rencana kami sudah berhasil. Kami sudah mendapatkan semua bukti nyata, baik dari pihak Luciano maupun Martinez! Dia tidak perlu ikut campur lagi dalam pertarungan kalian! Dia tidak perlu mendatangimu!’Ucapan Bruno terngiang dalam kepala Robin. Di kamar Poppy tanpa lampu yang menyala, dia berbaring lemas sambil memukul-mukul kepalanya agar suara Bruno menghilang.Seharusnya dia tak menemui Bruno setelah Antonio melapor. Tidak, seharusnya dia tak gegabah mengakhiri hidup adiknya … adik kandungnya! Mengapa dia harus membenci Rafael?“Sialan ….”Kepala Robin terasa akan pecah. Dadanya sangat sesak dan begitu menyakitkan.Dia membutuhkan kehadiran Poppy untuk memberinya ketenangan. Namun, istrinya pun tak ada di sisinya.‘Rafael selalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

180. Kedatangan Rod

Pagi harinya, Poppy membuka mata dan langsung terkejut melihat suasana asing di sekelilingnya. Namun, dia segera sadar jika saat ini tidak berada di kediaman Robin.Dia merindukan Robin setelah memimpikannya. Namun, suasana damai dan tenang di sekitarnya membuat hatinya sedikit ringan, meski ada sedikit rasa mengganjal tanpa tahu alasannya.“Nyonya, kau sudah bangun?” bisik suara familier di pintu.Donna membuka pintu kamar itu, hanya memasukkan kepalanya ke sela pintu. Setelah melihat Poppy bangun, dia segera masuk dan mengunci pintu, mengangkat telunjuk di depan hidungnya.“Jangan bersuara, Nyonya.”“Kenapa?” Poppy berbisik dengan suara serak sambil mengusap mata.“Kata Nyonya Sienna, sekarang jadwal kedatangan orang suruhan Tuan Dante mengantar pasokan makanan. Kita terlalu cepat sampai karena Marcello sangat cemas sepanjang perjalanan kemarin.”“Pantas saja kau bilang tempat ini aman, tapi berbahaya.” Poppy berdecak lirih. Dia bahkan tak merasa jika pemberian Dante adalah sebuah k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
23
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status