Home / Romansa / Tawanan Hasrat sang Penguasa / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Tawanan Hasrat sang Penguasa: Chapter 151 - Chapter 160

224 Chapters

151. Ingin Mengatakan Sesuatu

“Jadi, kau selama empat hari sibuk sampai tidak pulang karena masalah ini? Aku lebih berharap kau ada di sisiku ….”Keinginan Poppy sedikit berubah. Dia lebih menginginkan kehadiran Robin dibanding mengurus masa lalu yang tak dapat diulangi lagi, meski dia masih tak menyangkal kebahagiaan ketika Robin membantunya mengambil hak-haknya yang telah dirampas Carita.Di markas lain Luciano, tempat berkumpul para pengikut setia Robin, suami Poppy itu sedang mengetik sesuatu di ponsel. Banyak hal yang ingin dia katakan kepada Poppy, termasuk mengancamnya agar tidak tersenyum di hadapan pria lain.Namun, dia malah menghapus semua pesan yang sudah diketik itu. Akhirnya, Robin hanya mengetik kalimat seperlunya saja.[Semua bukti bahwa Carita terlibat dengan organisasi perdagangan manusia sudah terkumpul. Tapi, ibu tirimu menghilang saat anak buahku mendatanginya untuk melayangkan tuntutan secara hukum. Kau tidak perlu khawatir atau takut selama kau tidak meninggalkan kediaman.]
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

152. Tepat Sasaran

“Saya akan menemani Anda menemui Tuan Rafael, Nyonya.” Marcello menawarkan diri. Poppy meletakkan senjata selagi mengangguk. Dia terburu-buru mengikuti Donna yang berjalan cepat meski sepertinya melupakan sesuatu. Saat melewati bangunan utama, Poppy tiba-tiba ingat sesuatu yang dilupakannya itu. “Tunggu! Ponselku ketinggalan.” Siapa tahu Robin akan menghubunginya. Akhir-akhir ini Poppy sering memakai ponsel, menanti kabar Robin. “Biar saya ambilkan, Nyonya,” ucap Marcello. “Tidak perlu.” Poppy berbalik sambil berlari kecil. Namun, Marcello tetap mengikuti. Ketika Marcello sedikit membuka tempat latihan menembak, dia langsung menatap Poppy dengan dahi berkerut, begitu pula dengan Poppy. Terdengar suara tembakan dari dalam ketika biasanya tak ada yang berani masuk ruangan itu saat jam latihan Poppy. Poppy mendadak khawatir ketika ingat Alice masih ada di dalam. “Alice masih di sana, bukan? Bagaimana kalau ada penyusup yang melukainya?” “Mari ikuti saya, Nyonya. Jangan
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

153. Surat dari Adik Ipar

Poppy kembali melanjutkan langkah. “Tidak mungkin. Robin malah menyuruhku untuk menjaga Alice.” Dia kemudian terdiam dengan berbagai pikiran setelah mengatakannya. Ucapan Marcello ada benarnya. Namun, Poppy tetap yakin jika Robin tak mungkin mau membantu Alice, apalagi sampai menyuruhnya tinggal di kediaman jika memang ada kecurigaan seperti dugaan Marcello. “Kalau dia bisa menembak sebaik itu, bukankah mustahil anak buah Saul bisa menculiknya?” gumam Poppy. Marcello tak mendengarkan Poppy selagi berpikir keras, kemudian dia berkata, “Nyonya, demi keamanan, saya harap Anda menjaga jarak dengan Nona Alice untuk sementara waktu. Saya akan bertanya dulu kepada Tuan Robin, siapa sebenarnya gadis itu.” “Tidak usah! Aku saja yang bertanya pada Robin.” Poppy sudah cukup mahir menyembunyikan kekhawatirannya. Fakta bahwa Alice bisa menembak seperti profesional memang cukup meresahkan. Ucapan Marcello pun sebenarnya juga sempat terpikir dalam benaknya. Terlebih lagi, Poppy tadi melih
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

154. Jangan Percaya

[Keluarlah dari rumah kakakku tiga hari lagi. Pengawal Robin selalu berjaga di area batas rumah, tapi ada satu tempat yang tidak boleh dimasuki siapa pun. Pergilah ke tempat itu dan aku akan menjemputmu. Percayalah padaku kali ini saja, Poppy. Aku berjanji akan melindungimu. Satu hal lagi, jangan percaya siapa pun di rumah kakakku, termasuk gadis yang mengaku sebagai teman Robin.]Ada sebuah peta kediaman Robin yang digambar kasar di bawah tulisan tangan Rafael. Serta, titik yang ditandai dengan tinta merah yang dimaksud Rafael untuk melarikan diri.“Untuk apa aku keluar diri dari sini?”Robin sebelumnya menegaskan jika Poppy tak perlu mengkhawatirkan apa pun selama tidak keluar dari kediaman. Sementara adik Robin justru mengatakan hal yang sebaliknya.“Sebenarnya, apa yang sedang terjadi? Apa Robin dan Rafael sedang bertengkar hebat?”Rasa penasaran Poppy pada Alice belum terjawabkan. Kini, Rafael menambah beban pikirannya semakin banyak.[Bakar surat ini setelah kau membaca dan mel
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

155. Menahan Robin

“Kita tidak perlu mengkhawatirkan keluarga mafia lain yang saat ini saling bertikai.” Usaha Robin sedikit demi sedikit telah berhasil. Ada beberapa kepala mafia dikabarkan menghilang setelah dia menjadi penguasa keluarga mafia Luciano. Namun, nama Robin tak pernah terseret dalam perselisihan mereka. Robin yang telah mendapatkan akses penuh pada klien-kliennya dengan mudah mengadu domba para keluarga mafia itu. Memang cara itu terkesan pengecut, tetapi Robin berusaha sebisa mungkin melindungi orang-orangnya dari kematian akibat pertarungan dengan orang-orang kejam itu. Sementara itu, dia akan fokus menghancurkan yang terdekat lebih dulu, yaitu Pulau Solterra, sebelum mencari target lain yang termudah dan sedang dalam masa keterpurukan akibat perkelahian dengan kelompok lain. “Buat orang-orang di markas Luciano mabuk saat Saul menyerang. Biarkan mereka kalah telak sehingga kita punya alasan untuk membalas. Setidaknya kita harus menunjukkan pada pemimpin lain kalau kita tidak meny
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

156. Jangan Pergi Lagi

Pengakuan Poppy bagaikan rentetan tembakan yang tepat menembus jantungnya. Robin Luciano baru kali ini mengalami kekalahan. Poppy menyerangnya dengan kata-kata yang sesungguhnya sangat ingin didengarnya, mengalahkan dirinya dengan telak.“Aku merindukanmu, Robin.”Ledakan dalam dada Robin semakin besar setelah mendengar kata rindu dan namanya disebut dengan mesra. Dia tak kuasa lagi menahan diri atau melanjutkan rencana ‘hanya pulang sebentar’.Robin berbalik, melihat kesungguhan Poppy dalam sekejap. Wanita itu langsung menunduk malu setelah secara impulsif menyatakan kasih sayangnya.“Aku tidak mendengarmu bicara. Apa yang kau katakan?”‘Mustahil! Aku mengatakannya dengan suara yang cukup keras!’ jerit Poppy dalam hati, tak kuasa menatap Robin setelah mulutnya sudah kurang ajar mengungkap rahasia hatinya.“Kau selalu bicara dengan suara pelan. Katakan sekali lagi,” titah Robin.“Aku merindukanmu!” seru Poppy sambil memejamkan mata, wajahnya terlihat merah padam.Sedetik kemudian, Pop
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

157. Nanti

Pada akhirnya, ‘hanya pulang sebentar’ menjadi kalimat yang terlupakan. Robin memutuskan untuk tidur di kediaman, menemani Poppy yang tak berhenti memohon agar dirinya tidak pergi. Poppy juga menyerangnya terus-menerus dengan pengakuan hati. Bagaimana mungkin Robin bisa meninggalkan istri yang begitu membutuhkannya? Dia setidaknya akan memberi kepuasan pada istrinya agar tak begitu merindukannya nanti. Meski Poppy memohon, dia tetap akan pergi selama beberapa waktu dan belum tahu pasti kapan akan kembali.“Kau mau pergi lagi? Kau bilang tidak akan pergi ke mana-mana malam ini,” rengek Poppy, matanya masih terpejam. Dia tampaknya belum puas memeluk suaminya, tak membiarkan Robin melangkah keluar kamar, bahkan sampai hampir tengah malam dan di saat dia masih sangat mengantuk.Robin saat ini duduk di tepi ranjang kamar istrinya. Dia hanya akan ke toilet sebentar, tetapi Poppy kembali terbangun sambil menarik tangannya.“Aku ingin buang air. Apa kau mau ikut?”“Tidak. Kau pasti berbohon
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

158. Kebohongan

“Kau tahu aku tidak suka mengulang perkataanku.” Robin bersikeras tak ingin menjawab sekarang.Poppy menunduk lesu, lalu ambruk di dada Robin, menikmati hangat tubuh suaminya dan air yang merendam tubuhnya. Tubuh bawahnya tak lupa menggoda. Dia ingin membuat Robin kelelahan sehingga tak bisa pergi ke mana-mana.“Masukkan kalau kau ingin,” bisik Robin tenang.Saat ini, Robin sedang membayangkan rencananya. Dia tergoda pada istrinya, tapi menghancurkan Pulau Solterra bukan main-main semata. Sayangnya, konsentrasinya langsung buyar ketika merasakan miliknya telah bersarang dalam tubuh istrinya.Robin membuka mata selagi menggerakkan pinggang Poppy. “Apa yang kau bicarakan dengan Rafael tadi pagi?” Sekaligus ingin mengetes kejujurannya.“Rafael hanya datang memberiku bu … ah … jangan digerakkan seperti ini ….” Poppy menahan badan dengan kedua tangan mencengkeram pundak suaminya.Meski Robin sendiri yang bertanya tentang Rafael, tetapi dia jadi kesal sendiri. Pengawalnya melapor jika Rafae
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

159. Titik Merah

“Nyonya, saya akan patroli dulu,” pamit Marcello. Setelah kepergian Robin, suasana di kediaman terasa sepi. Robin mengajak hampir separuh pengawal kediaman, tetapi menambah pengawal khusus untuk berjaga di luar rumah. Alhasil, pekerjaan pengawal di kediaman cukup sibuk. Para pengawal baru Robin hanya berjaga di area depan, terutama di pintu-pintu masuk, berjaga jika ada penyusup menyerang selagi Robin tak ada. Karena itu, Poppy sangat berterima kasih pada Marcello yang meluangkan waktu untuk melindunginya. “Ya. Terima kasih sudah menjagaku, Marcello. Mari kita makan malam bersama seperti biasa nanti.” “Baik, Nyonya.” Begitu masuk ke dalam kamar, Poppy sekilas melihat ke arah jendela. Dia lalu berhenti sejenak, memandang ke bawah. Dari lantai dua itu, dia bisa melihat halaman rumah cukup jelas. Mendadak, Poppy ingat surat Rafael. “Haruskah aku ke sana?” Setelah menimbang-nimbang sebentar, Poppy memutuskan akan memeriksa tempat yang dimaksud Rafael, sebelum waktu pertemuan dua h
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

160. Bertamu

Poppy awalnya takut pada Stefan. Namun, setelah melihat warna matanya yang sama dengan Robin, dia bisa memastikan jika pria itu berhubungan dengan keluarga Luciano, warna mata yang cukup langka di dunia.‘Apa aku pernah melihat orang ini sebelumnya? Siapa dia?’Stefan berkedip lambat seperti baru saja terbangun. “Maaf, Sayang, aku tidak bermaksud membentakmu.”Genggaman di pergelangan tangan Poppy mengendur. Tangan Stefan gemetaran dan ekspresinya menunjukkan kekhawatiran. Takut Sienna palsu di depannya marah, lalu meninggalkannya.Poppy yang melihat mata Stefan berembun menjadi kasihan padanya. Dia bisa saja kabur, namun penasaran dengan sosok di depannya.“Kau tidak marah, ‘kan? Tolong jangan marah padaku,” pinta Stefan dengan suara gemetar.“Tidak. Aku yang justru minta maaf karena berniat menerobos wilayahmu.”“Tunggu di sini dulu. Aku akan membukakan pintu ini.” Genggaman Stefan kembali mengencang. “Jangan pergi ke mana-mana,” ucapnya memelas.Poppy mengangguk, tapi Stefan tampak
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
23
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status