Beranda / Romansa / Tawanan Hasrat sang Penguasa / 153. Surat dari Adik Ipar

Share

153. Surat dari Adik Ipar

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-06 19:34:57
Poppy kembali melanjutkan langkah. “Tidak mungkin. Robin malah menyuruhku untuk menjaga Alice.” Dia kemudian terdiam dengan berbagai pikiran setelah mengatakannya.

Ucapan Marcello ada benarnya. Namun, Poppy tetap yakin jika Robin tak mungkin mau membantu Alice, apalagi sampai menyuruhnya tinggal di kediaman jika memang ada kecurigaan seperti dugaan Marcello.

“Kalau dia bisa menembak sebaik itu, bukankah mustahil anak buah Saul bisa menculiknya?” gumam Poppy.

Marcello tak mendengarkan Poppy selagi berpikir keras, kemudian dia berkata, “Nyonya, demi keamanan, saya harap Anda menjaga jarak dengan Nona Alice untuk sementara waktu. Saya akan bertanya dulu kepada Tuan Robin, siapa sebenarnya gadis itu.”

“Tidak usah! Aku saja yang bertanya pada Robin.”

Poppy sudah cukup mahir menyembunyikan kekhawatirannya. Fakta bahwa Alice bisa menembak seperti profesional memang cukup meresahkan.

Ucapan Marcello pun sebenarnya juga sempat terpikir dalam benaknya. Terlebih lagi, Poppy tadi melih
VERARI

Pengen nulis surat pakai kertas-kertas cantik, tapi tulisan tangan V seperti grafik EKG 🥹

| 7
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
dududuh~ ingat poppy, dlu babang rob pernah blg kan . cm dia yg hrs dipercayai, jd smoga ga gampang nurut sm pesan rafael yaa pop !! kalo bsa jujur sm robin . toh robin udh byk brubah blkgn ini, jgn nambah mslh dgn nantinya muncul kesalah pahaman lg diantara kalian brdua . kalian couple favku <3
goodnovel comment avatar
Keiko
isi suratnya gak disebut sekalian ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   154. Jangan Percaya

    [Keluarlah dari rumah kakakku tiga hari lagi. Pengawal Robin selalu berjaga di area batas rumah, tapi ada satu tempat yang tidak boleh dimasuki siapa pun. Pergilah ke tempat itu dan aku akan menjemputmu. Percayalah padaku kali ini saja, Poppy. Aku berjanji akan melindungimu. Satu hal lagi, jangan percaya siapa pun di rumah kakakku, termasuk gadis yang mengaku sebagai teman Robin.]Ada sebuah peta kediaman Robin yang digambar kasar di bawah tulisan tangan Rafael. Serta, titik yang ditandai dengan tinta merah yang dimaksud Rafael untuk melarikan diri.“Untuk apa aku keluar diri dari sini?”Robin sebelumnya menegaskan jika Poppy tak perlu mengkhawatirkan apa pun selama tidak keluar dari kediaman. Sementara adik Robin justru mengatakan hal yang sebaliknya.“Sebenarnya, apa yang sedang terjadi? Apa Robin dan Rafael sedang bertengkar hebat?”Rasa penasaran Poppy pada Alice belum terjawabkan. Kini, Rafael menambah beban pikirannya semakin banyak.[Bakar surat ini setelah kau membaca dan mel

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   155. Menahan Robin

    “Kita tidak perlu mengkhawatirkan keluarga mafia lain yang saat ini saling bertikai.” Usaha Robin sedikit demi sedikit telah berhasil. Ada beberapa kepala mafia dikabarkan menghilang setelah dia menjadi penguasa keluarga mafia Luciano. Namun, nama Robin tak pernah terseret dalam perselisihan mereka. Robin yang telah mendapatkan akses penuh pada klien-kliennya dengan mudah mengadu domba para keluarga mafia itu. Memang cara itu terkesan pengecut, tetapi Robin berusaha sebisa mungkin melindungi orang-orangnya dari kematian akibat pertarungan dengan orang-orang kejam itu. Sementara itu, dia akan fokus menghancurkan yang terdekat lebih dulu, yaitu Pulau Solterra, sebelum mencari target lain yang termudah dan sedang dalam masa keterpurukan akibat perkelahian dengan kelompok lain. “Buat orang-orang di markas Luciano mabuk saat Saul menyerang. Biarkan mereka kalah telak sehingga kita punya alasan untuk membalas. Setidaknya kita harus menunjukkan pada pemimpin lain kalau kita tidak meny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   156. Jangan Pergi Lagi

    Pengakuan Poppy bagaikan rentetan tembakan yang tepat menembus jantungnya. Robin Luciano baru kali ini mengalami kekalahan. Poppy menyerangnya dengan kata-kata yang sesungguhnya sangat ingin didengarnya, mengalahkan dirinya dengan telak.“Aku merindukanmu, Robin.”Ledakan dalam dada Robin semakin besar setelah mendengar kata rindu dan namanya disebut dengan mesra. Dia tak kuasa lagi menahan diri atau melanjutkan rencana ‘hanya pulang sebentar’.Robin berbalik, melihat kesungguhan Poppy dalam sekejap. Wanita itu langsung menunduk malu setelah secara impulsif menyatakan kasih sayangnya.“Aku tidak mendengarmu bicara. Apa yang kau katakan?”‘Mustahil! Aku mengatakannya dengan suara yang cukup keras!’ jerit Poppy dalam hati, tak kuasa menatap Robin setelah mulutnya sudah kurang ajar mengungkap rahasia hatinya.“Kau selalu bicara dengan suara pelan. Katakan sekali lagi,” titah Robin.“Aku merindukanmu!” seru Poppy sambil memejamkan mata, wajahnya terlihat merah padam.Sedetik kemudian, Pop

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   157. Nanti

    Pada akhirnya, ‘hanya pulang sebentar’ menjadi kalimat yang terlupakan. Robin memutuskan untuk tidur di kediaman, menemani Poppy yang tak berhenti memohon agar dirinya tidak pergi. Poppy juga menyerangnya terus-menerus dengan pengakuan hati. Bagaimana mungkin Robin bisa meninggalkan istri yang begitu membutuhkannya? Dia setidaknya akan memberi kepuasan pada istrinya agar tak begitu merindukannya nanti. Meski Poppy memohon, dia tetap akan pergi selama beberapa waktu dan belum tahu pasti kapan akan kembali.“Kau mau pergi lagi? Kau bilang tidak akan pergi ke mana-mana malam ini,” rengek Poppy, matanya masih terpejam. Dia tampaknya belum puas memeluk suaminya, tak membiarkan Robin melangkah keluar kamar, bahkan sampai hampir tengah malam dan di saat dia masih sangat mengantuk.Robin saat ini duduk di tepi ranjang kamar istrinya. Dia hanya akan ke toilet sebentar, tetapi Poppy kembali terbangun sambil menarik tangannya.“Aku ingin buang air. Apa kau mau ikut?”“Tidak. Kau pasti berbohon

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   158. Kebohongan

    “Kau tahu aku tidak suka mengulang perkataanku.” Robin bersikeras tak ingin menjawab sekarang.Poppy menunduk lesu, lalu ambruk di dada Robin, menikmati hangat tubuh suaminya dan air yang merendam tubuhnya. Tubuh bawahnya tak lupa menggoda. Dia ingin membuat Robin kelelahan sehingga tak bisa pergi ke mana-mana.“Masukkan kalau kau ingin,” bisik Robin tenang.Saat ini, Robin sedang membayangkan rencananya. Dia tergoda pada istrinya, tapi menghancurkan Pulau Solterra bukan main-main semata. Sayangnya, konsentrasinya langsung buyar ketika merasakan miliknya telah bersarang dalam tubuh istrinya.Robin membuka mata selagi menggerakkan pinggang Poppy. “Apa yang kau bicarakan dengan Rafael tadi pagi?” Sekaligus ingin mengetes kejujurannya.“Rafael hanya datang memberiku bu … ah … jangan digerakkan seperti ini ….” Poppy menahan badan dengan kedua tangan mencengkeram pundak suaminya.Meski Robin sendiri yang bertanya tentang Rafael, tetapi dia jadi kesal sendiri. Pengawalnya melapor jika Rafae

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   159. Titik Merah

    “Nyonya, saya akan patroli dulu,” pamit Marcello. Setelah kepergian Robin, suasana di kediaman terasa sepi. Robin mengajak hampir separuh pengawal kediaman, tetapi menambah pengawal khusus untuk berjaga di luar rumah. Alhasil, pekerjaan pengawal di kediaman cukup sibuk. Para pengawal baru Robin hanya berjaga di area depan, terutama di pintu-pintu masuk, berjaga jika ada penyusup menyerang selagi Robin tak ada. Karena itu, Poppy sangat berterima kasih pada Marcello yang meluangkan waktu untuk melindunginya. “Ya. Terima kasih sudah menjagaku, Marcello. Mari kita makan malam bersama seperti biasa nanti.” “Baik, Nyonya.” Begitu masuk ke dalam kamar, Poppy sekilas melihat ke arah jendela. Dia lalu berhenti sejenak, memandang ke bawah. Dari lantai dua itu, dia bisa melihat halaman rumah cukup jelas. Mendadak, Poppy ingat surat Rafael. “Haruskah aku ke sana?” Setelah menimbang-nimbang sebentar, Poppy memutuskan akan memeriksa tempat yang dimaksud Rafael, sebelum waktu pertemuan dua h

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   160. Bertamu

    Poppy awalnya takut pada Stefan. Namun, setelah melihat warna matanya yang sama dengan Robin, dia bisa memastikan jika pria itu berhubungan dengan keluarga Luciano, warna mata yang cukup langka di dunia.‘Apa aku pernah melihat orang ini sebelumnya? Siapa dia?’Stefan berkedip lambat seperti baru saja terbangun. “Maaf, Sayang, aku tidak bermaksud membentakmu.”Genggaman di pergelangan tangan Poppy mengendur. Tangan Stefan gemetaran dan ekspresinya menunjukkan kekhawatiran. Takut Sienna palsu di depannya marah, lalu meninggalkannya.Poppy yang melihat mata Stefan berembun menjadi kasihan padanya. Dia bisa saja kabur, namun penasaran dengan sosok di depannya.“Kau tidak marah, ‘kan? Tolong jangan marah padaku,” pinta Stefan dengan suara gemetar.“Tidak. Aku yang justru minta maaf karena berniat menerobos wilayahmu.”“Tunggu di sini dulu. Aku akan membukakan pintu ini.” Genggaman Stefan kembali mengencang. “Jangan pergi ke mana-mana,” ucapnya memelas.Poppy mengangguk, tapi Stefan tampak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   161. Papa Mertua

    Poppy ternganga, panik bukan main hingga membeku di tempat. Dia tak sempat bereaksi dan hanya memejamkan mata dengan erat ketika Stefan sudah berada di hadapannya, seakan-akan ingin menusuknya.“Pengawal sialan! Kau berani menyentuh istriku, hah?! Aku akan membunuhmu!”“Hentikan!” jerit Poppy dengan suara melengking tinggi. Dia segera membuka mata ketika tak mendengar pergerakan di sekitarnya.Stefan yang sudah berada di dekatnya, hampir menusuk pengawal yang tetap diam dengan tenang, tiba-tiba berhenti bergerak setelah mendengar teriakannya. Pisau dapur di tangan Stefan langsung terjatuh dari genggaman, beruntung tak mengenai kakinya.“M-maaf … aku tidak bermaksud berteriak …,” sesal Poppy, takut membuat Stefan semakin marah. Poppy mundur perlahan, menatap salah satu pengawal untuk meminta pertolongan. Namun, tak ada yang mendekat atau hanya terlihat ingin menolongnya.Para pengawal itu tetap waspada meski diam saja. Mereka tak mau membuat kemarahan Stefan semakin menjadi-jadi.Stef

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09

Bab terbaru

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   X

    Karya ini spesial untuk seseorang yang mengalami trauma serupa. Saya menulis ini dengan harapan X bisa jadi seperti Poppy yang akhirnya menemukan kebahagiaan sejati, serta dijadikan penghiburan dan motivasi. Respons trauma pada setiap individu itu berbeda-beda--saya tahu-- tapi saya yakin jika kamu bisa melaluinya. Waktu akan menyembuhkan lukamu, semua orang di sekitarmu akan selalu membantu. Kalau memang masih ada orang-orang toxic yang menghakimi nasib burukmu/hidupmu, abaikan saja ... seperti Rafael mengabaikan kebencian kakeknya. Maafkan kesalahan mereka untuk membuat hidupmu lebih nyaman dan damai, seperti Poppy memaafkan kesalahan besar ibu tirinya. Semua orang berhak bahagia, begitu pula denganmu ... 🌞 Sedikit dari Author ... Sebenarnya V tipe yang ... ini loh karyaku, mau suka atau nggak itu dari perspektif masing-masing, mungkin ada penulis lain yang baca cuma butuh inspirasi tanpa meninggalkan jejak, mungkin orang tertentu yg kalau pas cerita nggak sesuai dengan kei

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   223. Poppy

    “Oh, jangan menangis, Nick,” pinta Robin, berusaha menidurkan putranya. Namun, suara tangisan Nick semakin kencang. Poppy lantas ikut membantu Robin menenangkannya. “Lihat wajah Nick, suamiku. Dia menangis, tapi seperti sedang marah … seperti kau yang sering marah tidak jelas.” Poppy terkekeh. “Dia akan menjadi pria yang lebih tampan dariku kelak.” Poppy tiba-tiba mencium pipi Robin. “Tapi, kau tetap jadi pria yang paling tampan untukku.” Meski telah hidup bersama lebih dari setahun, wajah Robin masih merona setiap kali mendengar pujian istrinya. Debaran dalam dadanya pun masih sama seperti awal-awal menyadari cintanya. Perasaan Robin tak berubah. Hanya sikapnya yang berubah menjadi lebih penyayang. “Jangan terlalu banyak membaca novel! Awas saja kalau kau juga merayu pria lain!” “Itu tidak akan pernah terjadi.” Poppy malah mengusap-usap wajahnya ke wajah suaminya sambil terkekeh. “Aku tahu kau suka dirayu.” Robin masih menyimpan aura misterius. Namun, Poppy merasa lebih ban

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   222. Ratu

    “Dokter! Cepat periksa istriku!” titah Robin.Poppy tampak begitu lemas. Napasnya berat dan matanya tertutup rapat.“Istri Anda hanya kelelahan, Tuan.”Robin bernapas lega. Dia kembali menggenggam tangan istrinya. Seandainya dia bisa melahirkan, dia akan menggantikan peran Poppy daripada melihatnya begitu tak berdaya.Menyaksikan istrinya melahirkan, Robin sontak teringat pada Sienna. Apa pun kesalahannya, Sienna juga pernah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.Robin merenung sambil menciumi punggung tangan Poppy. Dia yang merasa lebih tinggi dari para wanita, sampai membeli seorang istri, juga bersikap buruk pada ibunya, ternyata hanya pria lemah yang tak lebih kuat dari mereka.“Silakan menunggu di luar, Tuan. Kami akan bersiap memindahkan Nyonya Poppy ke kamar.”Robin keluar dari ruang bersalin dengan wajah bahagia. Keluarganya menyambut dengan pelukan hangat sambil memberikan selamat.Ketika memeluk Sienna, ucapan lirih lolos dari mulutny

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   221. Kemarahan Capri

    Capri akan makan siang ketika Antonio meneleponnya. Dia sampai tersedak suapan pertama saat mendengar Poppy keguguran dan sedang diperiksa dokter.Dengan kecepatan penuh, Capri mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang dikatakan Antonio. Dia bahkan kena tilang karena melanggar rambu lalu lintas jalan. Untung saja, dia tak mengalami kecelakaan.Melihat orang-orang berkumpul di ruang pemeriksaan, serta rekan sejawatnya yang pucat pasi, Capri merasakan firasat buruk. Tanpa basa-basi, dia segera mengikuti dokter itu untuk memeriksa kondisi Poppy.Setelah menunggu beberapa menit, Capri keluar sambil menunduk.“Jangan katakan itu,” gumam Robin, enggan mendengar berita buruk.Capri membuka mulut akan bicara. Namun, teriakan seorang wanita dari kejauhan menghalanginya.“Robin!!!” seru Sienna sambil menangis.Dia langsung memeluk putranya. “Tidak apa-apa. Yang penting Poppy selamat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   220. Keguguran

    “Istriku!!” Robin panik bukan main. Poppy tak pernah menunjukkan wajah kesakitan seperti itu, bahkan ketika dia menyiksanya.Poppy memegangi perutnya yang terasa melilit kencang. Bayi dalam perutnya seakan memberontak ingin keluar, berputar-putar di dalam perutnya.Robin dapat merasakan gerakan bayi dari perut istrinya yang begitu jelas, seperti menendang tangannya. Bayi itu bahkan ikut menyalahkannya, pikir Robin.Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor telepon Antonio di ponselnya sampai ibu jarinya hampir salah menekan nomor orang lain.“Cepat kemari! Istriku kesakitan!”“Baik, Tuan!”Antonio yang menunggu di luar, bergegas lari kencang ke dalam bersama para pengawal. Kedatangan mereka membuat pengunjung lain kaget dan panik.Sementara itu, Robin sudah berhasil menggendong istrinya. Cukup berat, namun dia tak begitu merasakannya.Mereka akhirnya bertemu di koridor. Para pengawal segera mengawal Robin, juga Antonio yang membawa sepatu Poppy yang terjatuh.“Cepat ke rumah sakit!” t

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   219. Dua Kali ...

    “Wah! Terima kasih banyak, Tuan Robin! Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Wanita muda itu lalu pergi tanpa melihat Poppy.Robin berdiri canggung, tak berani menatap istrinya. “Ayo, makan … makan dulu.”Robin jelas menyembunyikan sesuatu!Ketika akan digandeng suaminya, Poppy segera menarik tangannya. “Apa-apaan itu tadi? Sejak kapan kau jadi ramah pada orang lain?!”Sebelum pertanyaan Poppy terjawab, seorang pelayan restoran mendekati mereka. “Tuan Robin, saya akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.”Dengan bibir cemberut, Poppy akhirnya menunda kemarahannya. Sampai di dalam ruangan VIP restoran, dia langsung menatap tajam suaminya yang duduk berseberangan darinya.“Kau belum menjawabku!”Sepanjang mengenal Robin, baru kali ini Poppy melihat kegugupan suaminya itu.Robin bingung … harus dari mana dia mulai menceritakannya?‘Tidak, itu bukan rahasia. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan sesuatu dari istriku,’ batin Robin.“Kenapa kau membiarkan wanita lain mendekatimu? J

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   218. Wanita Asing

    Dante tak punya niat lagi untuk membesarkan seorang Luciano yang bisa membangkitkan kerajaan mafianya. Dia sudah pasrah dengan hidupnya yang akan segera berakhir.“Yang penting, istri dan anakmu sehat. Kuharap, Poppy dapat melahirkan cicitku tanpa masalah,” ucap Dante tulus selagi menahan sakit di jantungnya.Sebelum mengunjungi Dante, Robin ingin membicarakan banyak hal. Termasuk menunjukkan bahwa dia telah mengubah Pulau Luciano seperti keinginannya selama ini. Robin selalu ingin menyalahkan keputusan kakeknya. Namun sekarang, dengan keadaan Dante yang seperti itu, ucapannya hanya terkunci dalam hati.“Bagaimana keadaan Stefan?” Meskipun begitu, Dante masih belum bisa menerima sosok Sienna. Sejak dulu hingga saat ini, Dante merasa jika keluarganya berantakan karena wanita itu.“Papa sudah semakin sehat dengan hadirnya mama.”“Baguslah.” Tapi, Dante tak menunjukkan kebenciannya pada Sienna secara gamblang. Dia khawatir Robin tak mau menjenguknya lagi.“Rafael juga menemukan bakat b

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   217. Sulitnya Berubah

    “Maaf, Tuan.” Antonio lupa pada kecemburuan Robin yang semakin bertambah kuat selama istrinya mengandung. Bahkan, Robin pernah menugaskan tiga pengawal untuk ikut membangun proyek di Pulau Luciano hanya karena tersenyum menyapa Poppy dalam jarak dekat.Beruntung, penggunaan senjata sekarang diawasi ketat oleh Rafael supaya tak terjadi kekacauan yang tidak perlu. Kalau tidak, Robin mungkin akan menembak semua orang yang dipikirnya mencoba merayu Poppy.“Jangan keterlaluan, Antonio! Cepat cari pendamping daripada merayu istri orang lain!” Robin berdecak sebal selagi menuntun istrinya.“Baik, Tuan. Saya akan memikirkannya.”Mereka pun segera melaju ke rumah tahanan wanita.Awalnya, Carita menolak bertemu. Namun, Robin menggunakan kekuasaannya untuk memaksa Carita tanpa sepengetahuan Poppy.Dibalik kaca pembatas, Poppy akhirnya bisa menatap wajah ibu tirinya dari dekat. Carita terlihat kurus dan lusuh. Matanya tampak sayu, tak bisa menatap lurus ke arah anak tirinya.“Bagaimana kabarmu?”

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   216. Di Bawah Satu Atap yang Sama

    Robin mewujudkan harapan Poppy sesuai ucapannya. Setiap hari selama berbulan-bulan, dia selalu memanjakan istrinya itu.Dengan kasih sayang yang Poppy dapatkan dari keluarga barunya, traumanya menghilang sepenuhnya. Dan kini, dia siap menemui ibu tirinya yang mendekam di balik jeruji besi.“Apa kau yakin akan menemuinya? Tidak bisakah menunggu setelah kau melahirkan?” Robin mengusap perut buncit istrinya yang duduk di pangkuannya. Wajahnya sesekali mengernyit ketika Poppy bergerak.Berat … namun, Robin tak mengeluh sedikitpun.“Aku yakin. Seminggu lagi aku akan melahirkan. Aku ingin dia mengetahuinya. Biar bagaimanapun, dia adalah orang yang membesarkanku selama ini.” Kebencian Poppy pada Carita berangsur menghilang, meski dia belum bisa memaafkan sepenuhnya. “Aku akan mendampingimu, sekaligus menjenguk kakek.”Dante Luciano dirawat di rumah sakit kepolisian. Sebulan lalu, Dante mengalami gagal ginjal parah, juga komplikasi penyakit lainnya.Robin juga baru tahu jika Dante ternyata

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status