Louis membeku. Matanya melebar, menatap Hanna dengan keterkejutan yang sulit ia sembunyikan. Tetapi hanya sesaat. Sedetik kemudian, ia tertawa sinis. "Kau memintaku menidurimu?" Suaranya penuh cemooh, matanya menyipit tajam. "Kau benar-benar tidak tahu diri, Hanna!" Hanna menelan salivanya, tapi ia tetap tidak mundur. "Apa yang salah, Pak?" suaranya bergetar. "Aku istri Anda juga, kan? Aku ... aku juga butuh nafkah batin. Aku mau ... hamil anak Anda." Tangannya mengepal, dadanya bergemuruh oleh emosi yang bercampur aduk, takut, malu, tapi juga penuh tekad. Louis menatap Hanna lebih lama kali ini, sebelum ia kembali tertawa, lebih keras dari sebelumnya. "Istri? Nafkah batin?" Louis mendekat, matanya berkilat tajam. "Minta sana pada pria lain!" Hanna tersentak. "Aku tidak bisa melakukannya! Suamiku adalah Anda, bukan pria lain!" Louis makin frustasi. "Bisakah kau keluar sekarang dan tidak mengatakan omong kosong, hah? Aku sedang lelah dan aku tidak mau diganggu, jadi keluar
Last Updated : 2025-03-10 Read more