Home / Rumah Tangga / Luka Dalam Pernikahan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Luka Dalam Pernikahan: Chapter 31 - Chapter 40

53 Chapters

Bab 31. Masakan Buatan Reva 

Andine sibuk membuat makanan di dapur. Sejak pulang tadi, dia tidak beristirahat sama sekali. Dia takut kalau sang suami akan kelaparan, jadi dia langsung menyiapkan hidangan makan malam. Dia bahkan tidak peduli dengan tubuh yang kelelahan karena sejak tadi sibuk mengerjakan catering dari Dimas. Tak selang lama, Andine selesai membuatkan makanan. Dia segera meletakkan semua masakannya ke meja makan. Hari ini Andine hanya memasak tumis kangkung, ikan bakar, ayam goreng, dan sambal. Tidak terlalu banyak menu, tetapi Andine berharap masakannya bisa membuat sang suami bahagia.Andine mendongakkan kepala, menatap ke arah pintu kamar yang masih tertutup. Dia melangkah ke arah kamar, memanggil sang suami untuk makan malam bersama. Hari ini Arkan pulang lebih awal menandakan suaminya itu belum makan malam. “Mas, ayo makan malam,” ajak Andine lembut, mengajak sang suami untuk makan bersama. Arkan yang sejak tadi sibuk dengan ponsel, melirik ke arah Andine. Di sana sang istri tersenyum manis
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 32. Mengantar Andine ke Pasar

Andine terdiam, raut wajahnya menunjukkan tanda-tanda pemikiran yang mendalam. Kenangan tentang Reva yang datang malam sebelumnya, mengantarkan makanan dengan senyum hangat dan perhatian yang tulus, terus berputar dalam benaknya. Wanita itu tidak bisa mengabaikan betapa Reva tampak begitu peduli pada suaminya. Setiap kata yang diucapkan Reva, setiap tatapan yang diberikan, seolah mengisyaratkan sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan.Kecurigaan mulai merayap masuk ke dalam pikirannya. Andine merasa ada sesuatu yang tidak beres. Apakah mungkin Reva menaruh perasaan pada Arkan? Pikiran itu membuat hatinya bergetar, menciptakan gelombang kecemasan yang sulit untuk diabaikan. Dia tidak ingin menjadi wanita yang cemburu, tetapi perasaan itu muncul begitu saja, tak terduga.“Apakah aku terlalu paranoid?” Andine bergumam pada dirinya sendiri, berusaha menenangkan hati yang bergejolak. Namun, semakin dia berpikir, semakin kuat kecurigaannya. Dia tidak ingin kehilangan Arkan, dan bayanga
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 33. Kamu Cemburu? 

Bibir Andine mengulas senyum manis, merasa lega karena dia sudah mendapatkan semua yang diperlukan. Setelah ini, dia tinggal memasak dan mengantarkan ke kantor Dimas. Membayangkan makanan yang akan dibuatnya hari ini, membuatnya benar-benar senang. “Andine, semua bahan-bahan yang diperlukan sudah kamu beli?” Dimas hangat pada Andine. “Sudah semua, Dimas. Ini juga udah buat dua hari,” jawab Andine sambil memeriksa bahan-bahan yang dia perlukan. Dimas menganggukkan kepala beberapa kali. Pria tampan itu tidak menyangka kalau membantu berbelanja di pasar akan lelah seperti ini. Keringatnya bahkan mulai bercucuran. Selain karena panas, dia juga lelah karena terus berjalan dan membawakan belanjaan Andine. Hal yang serupa pun terjadi dengan Arkan—yang sampai melepas jas akibat panas. Andine yang melihat sang suami berkeringat, dia mendekat ke arah sang suami dan berkata, “Terima kasih karena sudah mau membantuku, Mas.” Andine mengeluarkan tisu, menyeka keringat sang suami. Tampak Arkan
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 34. Memiliki Magnet Kuat 

Andine dan Dimas duduk di sofa dengan kepala menatap langit rumah. Keduanya tampak lelah karena dari pagi sudah berbelanja. Ditambah keduanya mengangkat belanjaan sendiri setelah sampai rumah, karena Asep yang sedang keluar. “Terima kasih banyak karena sudah membantuku, Dimas,” ucap Andine lembut, dan tulus. “Dari tadi kamu bilang terima kasih. Kalau dihitung-hitung mungkin udah ratusan kali kamu bilang terima kasih,” jawab Dimas dengan senyuman di wajahnya. “Dimas, kamu udah banyak bantu aku, jadi wajar aku bilang terima kasih. Ah, ya gara-gara aku, kamu sampai belum berangkat kerja. Jujur, aku jadi nggak enak.” “Hari ini aku memang nggak ke kantor, Andine. Jadi, kamu nggak perlu merasa bersalah.” “Kamu nggak ke kantor?” Andine tampak terkejut. Dimas mengangguk. “Ya, aku nggak ke kantor. Aku urus pekerjaan dari rumah aja.” Andine tersenyum menanggapi ucapan Dimas. Jujur dalam hati dia ingin sekali Arkan libur bekerja meluangkan waktu untuknya mengajaknya jalan. Namun, itu adal
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 35. Takdir Memihak 

“Aku saja yang antar kamu ke kantorku, Andine,” kata Dimas saat Andine selesai memasak. Pria tampan itu menawarkan diri untuk mengantarkan Andine ke kantornya. Dia tak tega jika Andine sendiri. “Dimas, aku ke kantormu kan sama Asep,” jawab Andine lagi. “Aku nggak mau repotin kamu, Dimas. Hari ini kamu udah banyak bantuin aku.” “Asep bukannya tadi pergi?” “Eh, iya, Asep pergi. Aku sampai lupa.” “Nah, ya udah, aku ante raja. Biar aku bantuin kamu juga pas nata makanan.” “Tapi—” “Ayolah, Andine. Kita kan teman, kenapa kamu ngerasa nggak enak? Aku cuman pengen anter kamu dan bantuin kamu aja kok.” Andine terdiam mendengar ucapan Dimas. Sebenarnya, wanita cantik itu merasa tidak enak terus menerus merepotkan Dimas. Namun, dia juga akan kerepotkan jika hanya pergi sendirian. Apalagi Asep sedang tidak ada. Detik selanjutnya, Andine mengangguk merespon ucapan Dimas. Dimas tersenyum, dia mulai mengambil satu per satu kardus berisi kotak makan dan memasukkan ke dalam mobil. Dia mengaba
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 36. Rasa Cemburu yang Tak Bisa Tersingkirkan

Arkan memarkirkan mobil di depan rumah. Pria tampan itu melangkahkan kaki, memasuki rumah yang terasa sunyi. Manik matanya menatap sekitar, mencari keberadaan Andine yang tidak terlihat sama sekali. Padahal biasanya wanita itu selalu datang menyambutnya dengan penuh semangat. Seketika dia teringat senyum Andine setiap kali berada di depan pintu menunggunya. Ada perasaan berbeda saat sebuah kebiasaan yang tidak lagi terulang. Rasanya, dia merindukan sosok Andine yang seperti biasa. Namun, Arkan yang sempat berpikir dia rindu dengan Andine langsung menggelengkan kepala. Pria itu tidak ingin terlalu larut dalam pikirannya yang konyol. Dia yakin perasaannya dirasakan saat ini bukan sebuah kerinduan, melainkan dia yang belum terbiasa saja. Jika sudah berulang kali dia mengalami hal yang sama, dia yakin tidak akan pernah memikirkan Andine lagi.Arkan membuka kulkas dan mengambil sebotol minuman dingin. Tepat saat dia tengah menengguk, tepat saat itu juga dering ponsel terdengar. Detik itu
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 37. Aku Bukan Wanita Bayaran!

Andine duduk di ranjang dengan mulut tertutup rapat. Kedua kakinya ditekuk dan didekap erat erat. Sementara tubuhnya hanya dibalut dengan selimut. Wanita cantik itu masih belum mengenakan kembali pakaian setelah permainan Arkan yang menurutnya sangat menyakitkan. Andine mengalihkan pandangan saat merasakan pergerakan di sebelahnya. Tatapannya melihat Arkan yang mengambil pakaian. Tidak ada rasa bersalah sama sekali dari pria itu. Tampak dia menarik napas dalam dan membuang perlahan. Sebisa mungkin, dia menahan emosi yang siap meledak dalam dirinya. “Mas, kenapa kamu melakukan ini? Kenapa akhir-akhir ini kamu memaksa dan nggak bersikap lembut saat berhubungan? Kamu memperilakukanku seperti wanita bayaran di luar sana?” ucap Andine, dengan nada sedikit kesal. “Kamu adalah istriku. Sudah sepantasnya kamu melayani suamimu,” jawab Arkan dingin. Andine tampak kesal. “Mas, tapi kamu benar-benar memperilakukanku seperti wanita bayaran! Padahal kamu bisa melakukan dengan baik, Mas. Aku tah
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 38. Suasana Canggung 

Andine menatap dirinya di depan cermin. Matanya memperhatikan setiap polesan di wajah, memastikan tidak ada yang salah dengan tampilannya kali ini. Meski hanya sekadar sarapan bersama sang mertua, dia tidak ingin ada yang salah. Selain itu, dia sengaja menggerai rambutnya, menutupi tanda kemerahan di leher yang telah Arkan buat. Setelah selesai berias, Andine segera bangkit berdiri, dan tepat saat itu—Arkan masuk—menatap penampilannya yang tampak berbeda. Hari itu Andine memakai midi dress rajut, dengan rambut yang tergerai. Riasan tipis di wajah wanita itu sangat memukau. Beberapa detik, Arkan Hanyut akan pemandangan yang indah di hadapannya itu. Pria tampan itu tak berkedip sedikit pun melihat penampilan Andine yang sangat memukau dan anggun. Namun, itu berlangsung hanya sebentar, karena Arkan langsung tersadar. “Mas, kita berangkat sekarang?” tanya Andine pelan. Arkan berdeham sebentar, menenangkan diri, lalu mengangguk membalas sapaan Andine. Detik selanjutnya, Arkan berbalik
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 39. Sebenarnya Siapa Reva?

Perkataan Yoga sukses membuat aura wajah Arkan menunjukkan rasa tak suka. Akan tetapi, Arkan tak bisa berontak, karena posisi ibunya sudah mengajak Reva lebih dulu di acara keluarga ini. Tentu hal ini yang membuatnya berada di posisi serba salah. Arkan tak suka jika Dimas harus hadir, apalagi ini acara keluarga. Namun, Reva juga hadir membuatnya tak bisa menyanggah. Ibunya mengundang Reva, sedangkan ayahnya mengundang Dimas. Shit! Arkan tak henti mengupat dalam hati. “Papa yakin ingin undang Dimas?” tanya Andine yang sedikit tak menyangka ayah mertuanya akan mengundang Dimas. Yoga mengangguk. “Ya, lagi pula di acara keluarga ini Mama sudah undang Reva, jadi Papa undang Dimas saja. Papa yakin Dimas nggak akan nolak kalau Papa yang ajak.” Andine memilih patuh akan ucapan Yoga, dan semua orang di sana juga tidak ada yang bisa membantah apa yang dikatakan oleh Yoga. Mereka semua seakan bungkam tak berkutik. Tentu hanya Reva yang sedari tadi senyum, karena Reva senang bisa diajak di ac
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 40. Penolakan yang Menyakitkan

“Ma, Pa, aku dan Andine pulang dulu.” Arkan berpamitan pada kedua orang tuanya untuk pulang. Dia dan Andine sudah cukup lama di rumah kedua orang tuanya, dan dia memutuskan untuk pulang, karena masih ada hal yang harus dia kerjakan. Yoga mengangguk, dan tersenyum samar. “Hati-hati di jalan, Arkan. Ah, ya, tolong kamu nanti hubungi Dimas. Tadi Papa sudah hubungi Dimas, tapi nomornya nggak aktif. Tolong kamu hubungi Dimas lagi. Kalau nanti kamu udah hubungi Dimas, nanti Papa akan hubungi Dimas.” Arkan yang mendengar nama ‘Dimas’ kembali disebut semakin merasa kesal. Dia tak suka ayahnya mengajak Dimas. Ingin dia berontak, dan menolak permintaan ayahnya, tetapi dalam hal ini dia berada di posisi yang sulit. Ibunya mengajak Reva, itu yang membuat dirinya tak bisa berkutik di kala ayahnya ingin mengajak Dimas. “Nanti aku akan ngomong sama Dimas,” jawab Arkan pada akhirnya, menahan rasa kesal dalam diri. Arkan segera masuk ke dalam mobil, dan Andine mencium tangan kedua mertuanya bergan
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status