Home / Rumah Tangga / Luka Dalam Pernikahan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Luka Dalam Pernikahan: Chapter 41 - Chapter 50

55 Chapters

Bab 41. Pergi Berlibur

Andine mengamati satu per satu barang bawaannya, memastikan kalau kebutuhannya dan Arkan tidak ada yang tertinggal. Pasalnya dia tahu kalau Arkan tidak terbiasa mengenakan barang milik orang lain, dan membuatnya harus mempersiapkan semua. Tepat di kala dirinya sudah yakin semua barang sudah dibawa, dia langsung menutup koper. Andine menarik koper pelan dan keluar kamar. Tampak Arkan sudah menunggu di ruang tamu sejak tadi. Dia melihat sang suami sibuk dengan ponselnya tanpa sama sekali menyadari dirinya sudah keluar kamar. Padahal akan liburan, tapi tetap suaminya itu disibukan dengan ponselnya. “Andine, cepat. Jangan lama-lama,” seru Arkan memanggil Andine, dan dia tak melihat sama sekali kalau Andine ternyata ada di hadapannya. Pria tampan itu masih fokus berkutar pada ponselnya. “Aku di sini, Mas,” jawab Andine yang sedikit membuat Arkan terkejut, tetapi pria tampan itu langsung menatap dingin Andine. Arkan berdecak kesal. “Kamu ini lama sekali. Bisa nggak kalau apa-apa itu ng
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 42. Cemburu yang Mulai Terlihat

Mobil yang dinaiki Andine bersama dengan rombongan berhenti di depan sebuah villa dengan dua lantai. Semua yang ada di dalam segera keluar, menatap ke arah bangunan yang berada tepat di depan mereka semua. Tampak mereka semua tersenyum senang karena villa yang dipilih bukan hanya indah, tapi terlihat sangat nyaman dan damai. “Bagaimana? Kalian suka dengan suasana di sini?” tanya Yoga dengan senyuman di wajahnya. “Sangat suka, Om. Suasana di sini sangat nyaman,” jawab Reva lebih dulu, dan direspon dengan raut wajah dingin Yoga. “Om, makasih udah ajak aku,” sambung Dimas, menatap sopan Yoga. Yoga menepuk bahu Dimas. “Om juga senang kamu ikut.” Arkan tampak tak suka melihat ayahnya yang sangat ramah pada Dimas. Namun, pria itu tak bisa mengeluarkan suara, karena tidak ingin mencari masalah. “Ayo kita masuk,” kata Yoga pada semua orang. Semua orang merespon dengan anggukkan di kepala, lalu mereka semua masuk ke dalam villa, dan di kala Andine menarik koper—tampak Dimas langsung sig
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 43. Arkan yang Kasar 

Andine kini duduk di kursi taman dengan wajah tampak lesu dan tidak bersemangat sama sekali. Sejak tadi dia juga menundukkan kepala, menatap kaki yang tidak berhenti bergerak. Pikirannya masih melayang, membayangkan apa yang terjadi dengan Arkan dan Reva. Dia bahkan semakin penasaran dengan hubungan antara Arkan dan Reva. Rasanya jika hanya sekadar teman saja itu tidak mungkin. “Ngapain kamu di sini, Andine?” Dimas tiba-tiba menghampiri Andine, lalu duduk di samping wanita itu. Andine mengalihkan pandangannya, menatap Dimas yang duduk di sampingnya. “Ah, nggak apa-apa. Aku hanya ingin sendiri di sini.”“Hanya ingin sendiri? Kenapa mau sendirian? Kan sekarang kita lagi liburan,” ujar Dimas yang merasa aneh dengan sifat Andine. Andine terdiam sebentar, tampak menunjukkan keraguan. “Hm, Dimas, boleh aku tanya sesuatu sama kamu?” ucapnya pelan, dan hati-hati. Dimas mengangguk. “Ya, tentu saja. Kamu boleh tanya apa pun sama aku.” Andine tidak langsung bertanya, di kala pikirannya mer
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 44. Lebih Memilih Menyelamatkan Reva 

“Aku sudah memperingatkanmu berulang kali untuk nggak dekat dengan Dimas, Andine. Tapi sepertinya kamu nggak peduli dengan laranganku. Kamu terus mendekati Dimas. Jadi, jangan salahkan aku kalau aku terus menghukummu, Andine,” kata Arkan setelah selesai memakai kembali pakaiannya. Pria tampan itu sengaja memberikan hukuman pada Andine, karena istrinya itu tidak mematuhinya. Andine yang masih duduk di ranjang hanya diam. Manik matanya tidak menunjukkan ekspresi sama sekali. Dia bahkan tidak menatap ke arah Arkan yang saat ini sedang menatapnya. Dia hanya memikirkan mengenai kondisinya yang mulai tidak baik-baik saja. Tubuhnya terasa lemah dengan kepala yang sedikit memberat.Namun, Arkan yang melihat hal itu malah berekspektasi lain. Dia menganggap kalau Andine masih membayangkan Dimas. Hal yang malah semakin membuat hatinya memanas. Dia meraih dagu Andine dan memaksa supaya wanita itu menatapnya.“Jangan pernah membuatku marah. Jangan menguji kesabaranku dengan terus abaikan dengan l
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 45. Penyesalan Selalu Datang Terlambat 

Arkan membawa Reva ke tepi, bersamaan dengan Dimas yang membawa Andine ke tepi. Tampak Arkan bermaksud ingin menghampiri Andine, tetapi gerak Arkan terhenti di kala Reva menahan tangan pria itu. “Arkan dingin,” ucap Reva menggigil. Kedua kakinya ditekuk, merasa dingin di sekujur tubuh. Ini sudah malam dan udara di pegunungan cukup membuatnya menggigil.“Ya Tuhan, Reva! Kamu nggak apa-apa, kan, Sayang?” Melly buru-buru mendekat, dan memberikan handuk untuk Reva. Terlihat wanita paruh baya itu begitu mencemaskan keadaan Reva. Reva tersenyum. “Aku baik-baik aja, Tante. Makasih udah cemasin aku. Tante nggak usah khawatir. Arkan udah nolongin aku tepat waktu.”Melly mendesah panjang. “Iya, untung Arkan sigap nolong kamu, Reva.” Reva kembali tersenyum, merespon ucapan Melly. Andine hanya diam melihat interaksi Melly yang begitu peduli pada Reva. Bukan hanya Melly yang peduli pada Reva, tapi Arkan juga peduli. Bahkan dia ingat jelas suaminya lebih memilih menyelamatkan Reva daripada dir
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 46. Hati yang Semakin Terluka 

Arkan membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam kamar. Tampak raut wajahnya tidak bersemangat, karena mengingat perkataann ayahnya padanya. Entah, dia merasakan kegelisahan yang membentang di dalam dirinya. Perkataan ayahnya seakan menusuknya hingga ke relung hati terdalam, dan membuatnya benar-benar tak berkutik. Saat Arkan sudah masuk ke dalam kamar, dia menatap ke arah Andine yang duduk melamun di sofa. Pria tampan itu yakin ada sesuatu hal yang menggangu pikiran Andine. Dia memutuskan melangkah mendekat ke arah Andine—yang tak menyadari kehadirannya. “Bagaimana keadaanmu?” tanya Arkan dengan nada dingin, kala tiba di depan Andine. Andine mengalihkan pandangannya, menatap Arkan yang berada di hadapannya. Dia terdiam sebentar, tak langsung menjawab apa yang dikatakan oleh suaminya itu. Hatinya masih terasa sakit mengingat apa yang terjadi tadi. Kejadian suaminya lebih memilih menyelamatkan Reva, benar-benar membuat hatinya hancur. “Seperti yang kamu lihat, aku baik,” jawab Andi
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 47. Apa Kamu Hamil? 

Andine menuruni satu per satu anak tangga dengan raut wajah muram, dan terlihat jelas menunjukkan perasaan yang ditutupinya. Pikirannya benar-benar kacau. Bahkan semala, dia tidak tidur dengan nyenyak, karena banyak hal yang membebani pikirannya. Andine kini menarik napas dalam dan membuang secara perlahan. Dia mencoba untuk tegang tenang dan bersikap biasa. Dia tidak mau ada yang curiga dengan kondisi hatinya sekarang. Apalagi dirinya masih berada di lingkungan keluarga sang suami. Saat Andine berada di lantai bawah, tatapannya teralih pada Melly yang bercanda dengan Reva. Seperti biasa memang ibu mertuanya itu sangat dekat dengan Reva. Sangat berbeda jauh jika mertuanya itu berada di dekatnya. Hati Andine mendadak merasakan nyeri luar biasa. Dia bukan hanya mendapatkan luka dari suaminya saja, tetapi ibu mertuanya juga memberikan luka padanya seakan dirinya memang benar-benar tidak dianggap. Meski selama ini dia sudah berusaha sangat baik, tetap saja dirinya selalu salah di mata
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 48. Kebohongan Reva Mulai Terungkap

Andine membuka pintu kamar dan melangkah keluar. Tangannya memegang koper dan menarik koper itu tanpa semangat. Entah kenapa dia merasakan tubuhnya masih terlalu lemah. Perutnya juga masih terasa mual. Padahal dia sudah meminum obat, tapi seperti tidak ada reaksinya sama sekali. Namun, meski demikian dia masih enggan jika harus diperiksa oleh dokter. Dia hanya ingin segera pulang, dan beristirahat di rumah. Langkah kaki Andine terhenti tepat di kala dia hendak menuruni undakan tangga. Tampak jelas raut wajahnya memancarkan kemuraman dan rasa sedih yang menyelimuti dirinya. Dia menarik napas panjang, dan mengembuskan napas pelan—bersiap untuk menuruni undakan tangga sambil mengangkat koper. Namun … “Biar aku yang mengangkat kopermu.” Dimas tiba-tiba muncul, dan mengambil alih koper Andine. Andine sedikit terkejut sambil menatap Dimas yang membantunya. “Dimas? B-biar aku saja. Koperku berat.” Dimas tersenyum. “Karena kopermu berat, aku menawarkan diri untuk membantumu. Kamu kan seor
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

Bab 49. Andine yang Mulai Berani 

“Pemotretan hari ini selesai. Good job, Reva.” Sang fotografer memuji kinerja Reva. Dia tampak puas dengan hasil foto Reva berpose di kolam renang begitu menakjubkan. Tidak susah untuknya mengatur Reva. Reva tersenyum lega, seraya memakai bathrobe. “Coba aku lihat hasil fotoku. Aku ingin tahu bagaimana hasil foto-fotoku.” Sang fotografer itu langsung menunjukkan foto yang dia ambil pada Reva. “Ini hasilnya sangat bagus. Kamu memang berbakat menjadi seorang model, Reva,” pujinya dengan senyuman bangga. Reva kembali tersenyum, di kala melihat hasil foto-foto yang diambil fotografer tampak menakjubkan. “Tentu saja aku berbakat.” Sang fotografer menurunkan kameranya. “Ngomong-ngomong tadi aku lihat ada seorang pria yang terus melihatmu. Aku rasa dia mengenalmu.” Kening Reva mengerut dalam. “Seorang pria? Siapa?” tanyanya penasaran ingin tahu siapa yang menatapnya. Sang fotografer menunjuk punggung pria yang berjalan pergi menjauh. “Dia. Pria pakai kemeja biru itu terus lihat kamu. A
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 50. Andine Pingsan  

Arkan mengendarai mobil dengan sangat cepat. Pikirannya cukup kacau karena Andine mulai berani menentang dirinya. Padahal sebelumnya itu istrinya adalah sosok yang sangat penurut, dan tidak berani menentang dirinya. Namun entah kenapa sekarang istrinya mulai berani padanya. Hal paling tergila adalah Arkan mulai memikirkan Andine. Seharusnya dia tak peduli sama sekali pada Andine, tapi dia tak mengerti kenapa belakangan ini dia memikirkan tentang Andine. Bahkan di kala istrinya itu mendiaminya saja, dia sangat tidak suka. “Shit!” umpat Arkan seraya memukul setir mobilnya. Pria tampan itu melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, guna menangkan segala pikirannya yang kacau. Tiba-tiba sesuatu hal muncul dalam benak Arkan. Pria itu langsung memutar balik, dan kini menuju rumah Reva. Dia ingin mencoba menenangkan dirinya dengan bertemu dengan Reva. Dia harap setelah bertemu dengan Reva akan membuat emosi di dalam dirinya terkendali. Tak selang lama, mobil yang dilajukan Arkan mulai tiba
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status