Home / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Diam-Diam Menikmati : Chapter 111 - Chapter 120

152 Chapters

Bab 111 Dihadapkan pilihan sulit

Jacob merasa seperti terjebak dalam pusaran yang tak berujung. Pekerjaannya semakin menumpuk, bukannya berkurang, meski ia sudah mengerahkan segala tenaga dan pikiran untuk melawan Russel.Tapi kali ini, segalanya terasa berbeda. Russel bukan lagi musuh yang bisa diremehkan. Dia telah berkembang, menjadi lebih kuat, lebih licik, dan lebih berbahaya. Setiap langkah yang Jacob ambil seakan sudah diantisipasi oleh Russel, membuatnya seperti bermain catur dengan langkah yang selalu tertebak.Saat Jacob baru saja tiba di lobi, Hazel yang melihatnya langsung mengejar saudaranya yang terlihat buru-buru keluar. Wajah Hazel dipenuhi kekhawatiran, matanya menyiratkan pertanyaan yang tak terucap."Jacob, kau mau kemana?!" seru Hazel, suaranya memecah kesunyian lobi yang megah.Jacob tidak menjawab. Alih-alih berhenti, ia justru melangkah lebih cepat, masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu dengan asistennya siap membukakan pintu. Namun, sebelum pintu tertutup rapat, Hazel dengan gesit menerobos
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 112 Luna sakit

Sekitar pukul dua dini hari, Jacob mendengar kabar kalau Luna sudah tiba di rumah sakit. Jantungnya berdegup kencang, darahnya serasa membeku. Tanpa berpikir panjang, ia melesat keluar apartemen hingga akhirnya tiba di rumah sakit.Ruangan itu sunyi, hanya terdengar suara mesin yang berdetak monoton. Jacob melangkah pelan, matanya langsung tertuju pada sosok Luna yang terbaring lemas di atas tempat tidur. Wajahnya pucat bagai bulan yang kehilangan cahaya, tubuhnya lemas tak berdaya.Ketika Jacob menyentuh tangannya, ia merasakan dingin yang menusuk. Tangan Luna terasa tak bertenaga, seperti jelly yang kehilangan bentuknya. Tidak ada kekuatan, tak ada kehangatan. Jacob menahan nafas, dadanya sesak. Ia menoleh ke arah dokter yang baru saja selesai memeriksa Luna, matanya memancarkan kecemasan yang tak terbendung.“Apa yang terjadi padanya?” tanya Jacob.Dokter itu menghela nafas sebelum menjawab, “Pasien mengalami tekanan darah yang sangat rendah, membuat kondisinya tidak stabil. Kami pe
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 113 Bersiap untuk menjemput

Jacob dan Hazel berdiri di koridor yang sunyi, menunggu dengan sabar hingga dokter selesai memeriksa Luna. Begitu pintu ruangan terbuka dan dokter keluar, Jacob langsung melangkah cepat, menghadang dokter dengan wajah penuh kecemasan. Sebuah pertanyaan yang mengusik pikirannya akhirnya meluncur dari bibirnya.“Dokter, bagaimana kondisinya?” tanya Jacob, suaranya tegang dan penuh harap.Dokter membuka mulut, bersiap untuk menjawab, tapi tiba-tiba Hazel menyela dengan pertanyaan yang lebih langsung. “Apa gadis itu hamil?”Pertanyaan itu membuat dokter tersenyum tipis, seolah memahami kecemasan yang melanda kedua orang di depannya.“Sayangnya tidak,” jawab dokter dengan tenang. “Pasien hanya mengalami kekurangan darah. Setelah diperiksa lebih lanjut, tidak ada masalah serius lainnya dalam tubuhnya. Pasien tidak dalam kondisi hamil. Setelah transfusi darah selesai, kemungkinan besar kondisinya akan membaik.” Dokter mengangguk ramah sebelum beranjak pergi, meninggalkan Jacob dan Hazel deng
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 114 Kemana perginya?

Jam telah menunjukkan pukul dua siang, dan sejak kedatangannya, Hazel nyaris tak pernah meninggalkan Luna sendirian. Bahkan ia membawa MacBook-nya, duduk di sofa, dan fokus mengerjakan pekerjaan sambil sesekali melirik ke arah Luna yang terbaring lemah. Kebaikan Hazel membuat Luna merasa bersalah. Ia tak ingin menjadi beban bagi orang lain, apalagi Hazel yang sudah begitu baik padanya.“Hazel, kau bisa kembali ke kantor,” ucap Luna, Hazel mengalihkan pandangan dari layar, matanya bertemu dengan tatapan Luna yang penuh rasa bersalah. “Aku tidak apa-apa sendirian. Kau sudah menjagaku sejak pagi tadi,” lanjut Luna, mencoba meyakinkan.Hazel menghela nafas panjang, menutup MacBook-nya dengan perlahan. Ia berdiri dan menghampiri Luna yang sedang bersandar di tempat tidur. Bagaimana cara memberitahu Luna bahwa meninggalkannya sendirian adalah risiko besar? Hazel tak ingin membuat Luna khawatir, apalagi jika itu bisa memperlambat proses penyembuhannya.“Apa kondisimu sudah lebih baik sekaran
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 115 Ayahku?

Setengah jam sebelumnya, suasana di koridor rumah sakit terasa tenang dan sunyi. Dua orang bodyguard yang Hazel tugaskan untuk menjaga ruangan Luna masih berdiri tegak di depan pintu, matanya awas memindai sekeliling. Hanya sesekali petugas medis atau pengunjung lalu lalang, tapi tak ada yang mencurigakan. Koridor itu terasa aman, terlalu aman.Namun, ketenangan itu tiba-tiba terganggu oleh suara derit roda yang perlahan mendekat. Seorang petugas kebersihan muncul, mendorong alat kebersihan sambil sesekali menyemprotkan cairan ke lantai. Dua bodyguard itu sempat melirik, tapi tak menaruh curiga. Mereka menganggapnya sebagai hal biasa. Tapi tanpa mereka sadari, petugas kebersihan itu diam-diam menyemprotkan obat bius ke udara, tepat di sekitar mereka.Tak lama setelah itu, dua bodyguard itu mulai merasakan sesuatu yang aneh. Mata mereka terasa berat, pandangan mulai kabur. Mereka mengerjapkan mata, mencoba melawan rasa pusing yang tiba-tiba menyerang. Tapi usaha itu sia-sia. Obat bius
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 116 Menjadi rebutan

Ruangan mewah itu terasa seperti sangkar emas bagi Luna. Dinding-dindingnya yang dihiasi lukisan mahal, lampu kristal yang memancarkan cahaya lembut, dan perabotan mewah seolah menciptakan ilusi bahwa ini adalah tempat yang aman dan nyaman.Tapi bagi Luna, semua itu hanya menambah rasa terperangkap yang semakin menguat. Ia masih mencoba mencerna kenyataan pahit yang baru saja dihadapkan padanya. Ayahnya, orang yang selama ini ia pikir tak akan ia temui lagi, ternyata adalah Russel Calderon, musuh bebuyutan Jacob.Luna duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat sprei yang halus. Matanya menatap kosong ke arah lantai, mencoba mengingat-ingat momen terakhir ia bertemu dengan ayahnya. Tapi ingatannya masih kabur, seperti potongan puzzle yang tak bisa disatukan. Yang jelas, satu hal yang tak bisa ia terima, Russel Calderon adalah ayahnya.Suasana hening itu tiba-tiba pecah oleh suara Luna yang memecah kesunyian. “Di mana Hazel?” tanyanya, suaranya tegang penuh rasa ingin tahu.
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 117 Rumah baru 

Setelah satu malam terkurung di ruangan mewah yang dijaga ketat, Luna akhirnya diizinkan keluar. Namun, kebebasan yang ia dapatkan hanyalah ilusi. Beberapa orang berbadan tegap dengan wajah serius mengelilinginya, membuatnya merasa seperti tahanan berstatus tinggi.Setiap langkahnya diawasi, setiap gerak-geriknya dicatat. Luna menundukkan kepala, mencoba menghindari pandangan orang-orang yang penasaran. Rasanya seperti menjadi selebritas yang tak pernah ia inginkan.Begitu sampai di depan mobil mewah yang sudah menunggu, salah satu anak buah Russel dengan sigap membukakan pintu untuknya. Luna tidak banyak bicara. Ia langsung masuk ke dalam mobil, lebih memilih menghindari tatapan orang-orang yang membuatnya tidak nyaman. Begitu pintu tertutup, ia merasa sedikit lega, meski hanya sesaat.“Kalian akan membawaku ke mana?” tanya Luna pada pria yang duduk di depan kemudi. Pria itu adalah asisten pribadi Russel, wajahnya tenang namun matanya tajam.Pria itu melirik Luna melalui kaca spion, s
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 118 Kebencian Nico

Hal yang tidak pernah Luna bayangkan dalam hidupnya adalah duduk di satu meja makan dengan ayahnya, Russel Calderon dan juga saudara yang bahkan tampak sangat membencinya. Suasana makan malam itu begitu kaku, seperti udara yang dipenuhi oleh ketegangan yang tak terucapkan. Hanya suara denting sendok yang beradu dengan piring yang memecah keheningan. Luna mencoba menikmati makanannya, tapi setiap suapan terasa seperti batu yang sulit ditelan. Pandangan tajam Nico yang sesekali meliriknya membuat Luna semakin tidak nyaman.“Sialan, ayahku menemukan perempuan ini lebih dulu,” batin Nico, matanya menyipit seperti sedang mempelajari musuh. Ia menatap Luna dengan tatapan dingin, seolah mencoba mengirim pesan tanpa kata-kata. 'Kau tidak diinginkan di sini.'Makan malam akhirnya selesai, tapi tak satu pun dari mereka yang langsung meninggalkan meja. Russel menatap putranya di sebelah kiri, lalu beralih ke Luna yang duduk di sebelah kanannya.“Nico, Luna,” ucapnya, suaranya tegas namun pe
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 119 Keluarga baru

Kamar yang luas dan mewah itu seharusnya menjadi tempat yang nyaman untuk beristirahat, tapi bagi Luna, itu justru terasa seperti penjara. Jam telah menunjukkan pukul dua belas malam, dan Luna masih terjaga, matanya menatap langit-langit kamar yang tinggi.Pikirannya berputar-putar, tak bisa tenang memikirkan segala hal yang terjadi di luar dugaannya. Kehidupan yang tiba-tiba berubah drastis, ayah yang ternyata adalah Russel Calderon, semua itu membuatnya sulit memejamkan mata.Setelah berjam-jam hanya berbaring di ranjang, Luna akhirnya memutuskan untuk bangkit. Ia berjalan menuju balkon kamarnya, berharap hembusan angin malam bisa menenangkan pikirannya yang kacau. Begitu ia membuka pintu balkon, udara segar langsung menyambutnya. Luna menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sambil matanya menatap langit malam yang dipenuhi bintang.Pikirannya melayang ke Keith. Sebelumnya, Keith mengaku sebagai anak Russel Calderon. Tapi sekarang, setelah Russel menemukan Luna, apa arti
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 120 Kebingungan Luna

Tiba di rumah megah keluarga Calderon yang terpencil jauh dari jalan utama, Luna langsung melesat menuju kamarnya. Namun, alih-alih berbaring di tempat tidur yang nyaman, ia justru masuk ke toilet dan dengan cepat mengunci pintu dari dalam. Ruangan kecil itu terasa seperti satu-satunya tempat di mana ia bisa merasa aman, jauh dari pengawasan kamera atau alat penyadap yang mungkin tersembunyi di sudut-sudut rumah ini.Duduk di atas closet, Luna segera mengeluarkan ponsel barunya. Ia ingat peringatan dari Jacob, kediaman orang kaya mungkin terlihat indah dan mewah, tapi di balik kemewahan itu, ada bahaya yang mengintai. Kamera pengawas, alat penyadap suara, semua itu bisa saja terpasang di tempat yang tak terlihat. Meski Luna tidak yakin apakah Russel sampai melakukan hal seperti itu, ia memilih untuk tetap waspada. Bagaimanapun, ini adalah rumah orang asing baginya, dan ia tidak bisa mempercayai siapapun sepenuhnya."Aku tidak boleh diam saja," batin Luna, matanya menatap layar ponsel d
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
16
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status