Home / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Bab 116 Menjadi rebutan

Share

Bab 116 Menjadi rebutan

Author: SILAN
last update Huling Na-update: 2025-02-25 11:12:31

Ruangan mewah itu terasa seperti sangkar emas bagi Luna. Dinding-dindingnya yang dihiasi lukisan mahal, lampu kristal yang memancarkan cahaya lembut, dan perabotan mewah seolah menciptakan ilusi bahwa ini adalah tempat yang aman dan nyaman.

Tapi bagi Luna, semua itu hanya menambah rasa terperangkap yang semakin menguat. Ia masih mencoba mencerna kenyataan pahit yang baru saja dihadapkan padanya. Ayahnya, orang yang selama ini ia pikir tak akan ia temui lagi, ternyata adalah Russel Calderon, musuh bebuyutan Jacob.

Luna duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat sprei yang halus. Matanya menatap kosong ke arah lantai, mencoba mengingat-ingat momen terakhir ia bertemu dengan ayahnya. Tapi ingatannya masih kabur, seperti potongan puzzle yang tak bisa disatukan. Yang jelas, satu hal yang tak bisa ia terima, Russel Calderon adalah ayahnya.

Suasana hening itu tiba-tiba pecah oleh suara Luna yang memecah kesunyian. “Di mana Hazel?” tanyanya, suaranya tegang penuh rasa ingin tahu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 117 Rumah baru 

    Setelah satu malam terkurung di ruangan mewah yang dijaga ketat, Luna akhirnya diizinkan keluar. Namun, kebebasan yang ia dapatkan hanyalah ilusi. Beberapa orang berbadan tegap dengan wajah serius mengelilinginya, membuatnya merasa seperti tahanan berstatus tinggi.Setiap langkahnya diawasi, setiap gerak-geriknya dicatat. Luna menundukkan kepala, mencoba menghindari pandangan orang-orang yang penasaran. Rasanya seperti menjadi selebritas yang tak pernah ia inginkan.Begitu sampai di depan mobil mewah yang sudah menunggu, salah satu anak buah Russel dengan sigap membukakan pintu untuknya. Luna tidak banyak bicara. Ia langsung masuk ke dalam mobil, lebih memilih menghindari tatapan orang-orang yang membuatnya tidak nyaman. Begitu pintu tertutup, ia merasa sedikit lega, meski hanya sesaat.“Kalian akan membawaku ke mana?” tanya Luna pada pria yang duduk di depan kemudi. Pria itu adalah asisten pribadi Russel, wajahnya tenang namun matanya tajam.Pria itu melirik Luna melalui kaca spion, s

    Huling Na-update : 2025-02-25
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 118 Kebencian Nico

    Hal yang tidak pernah Luna bayangkan dalam hidupnya adalah duduk di satu meja makan dengan ayahnya, Russel Calderon dan juga saudara yang bahkan tampak sangat membencinya. Suasana makan malam itu begitu kaku, seperti udara yang dipenuhi oleh ketegangan yang tak terucapkan. Hanya suara denting sendok yang beradu dengan piring yang memecah keheningan. Luna mencoba menikmati makanannya, tapi setiap suapan terasa seperti batu yang sulit ditelan. Pandangan tajam Nico yang sesekali meliriknya membuat Luna semakin tidak nyaman.“Sialan, ayahku menemukan perempuan ini lebih dulu,” batin Nico, matanya menyipit seperti sedang mempelajari musuh. Ia menatap Luna dengan tatapan dingin, seolah mencoba mengirim pesan tanpa kata-kata. 'Kau tidak diinginkan di sini.'Makan malam akhirnya selesai, tapi tak satu pun dari mereka yang langsung meninggalkan meja. Russel menatap putranya di sebelah kiri, lalu beralih ke Luna yang duduk di sebelah kanannya.“Nico, Luna,” ucapnya, suaranya tegas namun pe

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 119 Keluarga baru

    Kamar yang luas dan mewah itu seharusnya menjadi tempat yang nyaman untuk beristirahat, tapi bagi Luna, itu justru terasa seperti penjara. Jam telah menunjukkan pukul dua belas malam, dan Luna masih terjaga, matanya menatap langit-langit kamar yang tinggi.Pikirannya berputar-putar, tak bisa tenang memikirkan segala hal yang terjadi di luar dugaannya. Kehidupan yang tiba-tiba berubah drastis, ayah yang ternyata adalah Russel Calderon, semua itu membuatnya sulit memejamkan mata.Setelah berjam-jam hanya berbaring di ranjang, Luna akhirnya memutuskan untuk bangkit. Ia berjalan menuju balkon kamarnya, berharap hembusan angin malam bisa menenangkan pikirannya yang kacau. Begitu ia membuka pintu balkon, udara segar langsung menyambutnya. Luna menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sambil matanya menatap langit malam yang dipenuhi bintang.Pikirannya melayang ke Keith. Sebelumnya, Keith mengaku sebagai anak Russel Calderon. Tapi sekarang, setelah Russel menemukan Luna, apa arti

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 120 Kebingungan Luna

    Tiba di rumah megah keluarga Calderon yang terpencil jauh dari jalan utama, Luna langsung melesat menuju kamarnya. Namun, alih-alih berbaring di tempat tidur yang nyaman, ia justru masuk ke toilet dan dengan cepat mengunci pintu dari dalam. Ruangan kecil itu terasa seperti satu-satunya tempat di mana ia bisa merasa aman, jauh dari pengawasan kamera atau alat penyadap yang mungkin tersembunyi di sudut-sudut rumah ini.Duduk di atas closet, Luna segera mengeluarkan ponsel barunya. Ia ingat peringatan dari Jacob, kediaman orang kaya mungkin terlihat indah dan mewah, tapi di balik kemewahan itu, ada bahaya yang mengintai. Kamera pengawas, alat penyadap suara, semua itu bisa saja terpasang di tempat yang tak terlihat. Meski Luna tidak yakin apakah Russel sampai melakukan hal seperti itu, ia memilih untuk tetap waspada. Bagaimanapun, ini adalah rumah orang asing baginya, dan ia tidak bisa mempercayai siapapun sepenuhnya."Aku tidak boleh diam saja," batin Luna, matanya menatap layar ponsel d

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 121 Bertemu Jacob

    Tiga hari telah berlalu sejak Luna tinggal di kediaman megah keluarga Calderon. Tiga hari yang terasa seperti tiga tahun bagi Luna. Setiap hari, ia harus berhadapan dengan Nico, saudara tirinya yang selalu menatapnya dengan tatapan dingin dan penuh kebencian. Meski begitu, Luna berusaha bertahan, mencoba menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang serba asing ini.Namun, sejak kemarin, Luna mulai menyadari sesuatu yang menarik. Penjagaan di sekitar rumah yang biasanya ketat, tiba-tiba mulai berkurang. Biasanya, para penjaga lalu-lalang di sekitar rumah, mengawasi setiap sudut. Tapi sekarang, hanya tiga penjaga yang terlihat masih menjalankan tugasnya. Luna diam-diam memperhatikan semua ini, dan ia yakin, Russel mulai percaya bahwa Luna tidak akan melarikan diri.Pagi itu, Luna sedang berada di dapur, mengambil segelas air ketika Russel tiba-tiba muncul di belakangnya. "Apa kamu senang tinggal di sini?" tanya Russel, suaranya lembut namun penuh perhatian.Luna tersenyum tipis, mencoba

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 122 Luna Patricia Calderon

    Gaun merah muda dengan taburan payet yang berkilauan di bawah cahaya lampu membuat Luna terlihat seperti bintang yang baru saja turun dari langit. Gaun itu melekat sempurna di tubuhnya, dipadukan dengan sepatu heels hitam yang menambah kesan elegan.Rambutnya yang ditata dengan sempurna oleh penata rambut profesional membuat penampilannya semakin memukau. Luna berdiri di depan cermin besar, matanya menatap pantulan dirinya yang terlihat begitu berbeda. Untuk pertama kalinya, ia merasa asing dengan penampilannya sendiri namun juga mengagumi tampilan barunya.Suara pintu yang terbuka di belakangnya tidak langsung menarik perhatian Luna. Tapi begitu ia melihat pantulan bayangan Russel di cermin, ia segera berbalik. Russel berdiri di sana, matanya penuh kekaguman."Kau terlihat luar biasa, Luna," puji Russel, suaranya penuh kebanggaan.Luna tersenyum tipis, tapi senyum itu terasa kaku. Ia tidak tahu harus merespons seperti apa. Hari ini adalah hari besar, hari di mana Russel akan memperken

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 123 Menghamili Luna?

    Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh malam, suasana kamar terasa hangat sejak mereka menghabiskan waktu bersama beberapa waktu lalu. Jacob duduk dengan santai di sofa, tangannya dengan cekatan menuangkan wine merah ke dalam gelas kristal. Saat ia mengangkat gelasnya, ujung matanya menangkap bayangan Luna yang perlahan mendekat, tubuhnya terbungkus jubah mandi sutra yang mengikuti setiap gerakannya. Rambutnya yang terurai sedikit berantakan, menambah aura misterius yang selalu membuat Jacob terpana."Apa kau akan segera pergi?" tanya Luna, matanya menatap Jacob yang terlihat begitu tenang menikmati wine-nya, seolah tidak ada yang bisa mengganggu ketenangannya.Saat Luna sudah hampir berada di sampingnya, tiba-tiba Jacob bergerak cepat. Tangannya yang kuat menarik pergelangan tangan Luna, membuatnya terjatuh dengan lembut ke pangkuannya."Malam ini tidak," bisik Jacob, suaranya dalam dan wajahnya menunjukkan ekspresi jahil. "Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu."Gelas wine yang ia pe

    Huling Na-update : 2025-03-01
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 124 Hampir ketahuan

    Luna bangkit dari tempat tidur dengan nafas yang masih tersengal-sengal, dadanya naik turun tak beraturan. Matanya menatap Jacob yang dengan tenangnya berbalik dan berjalan menuju kamar mandi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Suara air yang mengalir dari balik pintu kamar mandi memecah kesunyian ruangan. Luna duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat seprei, mencoba menenangkan diri.Ketika Jacob kembali, rambutnya setengah basah, dan tubuhnya hanya mengenakan celana pendek sederhana. Luna menatapnya, bibirnya bergerak seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya ia memilih untuk melontarkan pertanyaan yang telah mengganggu pikirannya."Tuan," ucap Luna, suaranya gemetar penuh keraguan. "Barusan itu... apa itu akan membuatku hamil?"Jacob tersenyum tipis, senyum yang penuh dengan makna tersembunyi. Bahunya sedikit membungkuk saat ia mendekati Luna, lalu tangannya yang hangat menyentuh wajah gadis itu dengan lembut. "Aku tidak tahu," jawabnya, suaranya rendah namun teg

    Huling Na-update : 2025-03-02

Pinakabagong kabanata

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 136 Kenapa harus begini

    Hari sudah gelap, langit malam dipenuhi bintang-bintang yang seolah menjadi saksi bisu dari segala kejadian yang sedang berlangsung hari ini. Luna baru saja menaiki tangga menuju kamarnya, langkahnya berat seperti membawa beban yang tak terlihat. Namun, saat kakinya menapak di lantai dua, pandangannya tertarik pada sosok yang bersandar di dinding. Nico menatap Luna dengan ekspresi yang sulit dibaca.“Aku tak ingin bicara apa pun denganmu,” ucap Luna dengan suara datar, mencoba melewati Nico begitu saja. Tapi Nico dengan sikapnya yang selalu provokatif, ia tak membiarkan Luna pergi dengan mudah.Melihat Luna yang mengabaikannya, Nico menyeringai. Tangannya terlipat di depan dada, sikapnya santai tapi penuh dengan nada mengejek. “Kau akan menikah dengan Xavier, tapi apa kau tahu siapa pria itu dan seperti apa wajahnya?” tanyanya, suaranya penuh dengan nada menggoda.Langkah Luna akhirnya berhenti. Ia berbalik, matanya penuh dengan rasa penasaran yang tak bisa ia sembunyikan. Nico tersen

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 135 Kembali ke rumah

    Pada akhirnya, semua usaha kabur itu sia-sia. Luna kembali ke kediaman megah Russel Calderon, tempat yang seharusnya menjadi rumahnya, tapi justru terasa seperti sangkar emas yang mengurungnya. Saat mobil hitam berhenti di depan rumah, Russel sudah menunggu di depan pintu, seolah tahu bahwa Nolan akan membawa pulang putrinya yang memberontak.Wajah Russel dingin, matanya tajam seperti pedang yang siap menghunus. Luna turun dari mobil dengan langkah berat, kepalanya menunduk, tak berani menatap langsung ke arah ayahnya. Ia tahu, amukan dan kemarahan Russel pasti akan segera menghujaninya. Tapi yang lebih membuatnya takut adalah rasa bersalah yang menggerogoti hatinya. Ia telah membawa Hazel dan Jacob ke dalam masalah, dan sekarang, ia harus menghadapi konsekuensinya.“Kau berhasil membawanya pulang, Xav… maksudku, Nolan,” ucap Russel, suaranya datar namun penuh makna. Pandangannya lurus ke arah Nolan yang berdiri di belakang Luna, seolah ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-katan

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 134 Pasrah

    Jacob baru saja tiba di apartemennya, tubuhnya terasa berat seperti membawa beban yang tak terlihat. Ia langsung terjatuh ke sofa, menghembuskan nafas panjang sambil tersenyum kecil.“Rasanya aku sedang menyembunyikan harta karun yang diincar oleh banyak orang,” gumamnya, mencoba mencairkan suasana dalam pikirannya sendiri. Tapi senyum itu tidak bertahan lama. Detik berikutnya, ia terdiam, bahunya bersandar ke belakang sementara kepalanya setengah mendongak, menatap langit-langit apartemen yang kosong.Pikirannya melayang ke Luna. Saat ini, ia hanya bisa mempercayakan Luna pada Hazel. Tapi satu hal yang tak bisa ia lupakan, ia hanya punya waktu satu bulan untuk menyelesaikan semua masalah ini. Tekanan itu terasa begitu berat, seperti batu besar yang menindih dadanya.Jacob menyentuh keningnya, memijatnya perlahan. Bukan perusahaan yang ia khawatirkan, ia yakin bisa mengatasi itu. Yang membuatnya gelisah adalah Luna. Ia harus memastikan bahwa Russel tidak akan menemukan keberadaan gadi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 133 Masih berlanjut

    Suasana persaingan semakin memanas, tiada hari tanpa kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran. Sudah tiga hari berlalu sejak Jacob membawa Luna menjauh dari cengkeraman Russel Calderon. Tiga hari yang penuh dengan ketegangan, di mana setiap langkah Jacob selalu diawasi oleh mata-mata yang dikirim oleh Russel. Jacob tahu betul bahwa ia harus berhati-hati, setiap gerak-geriknya bisa menjadi bumerang yang membahayakan Luna.Di dalam ruang kerjanya yang megah, Jacob sibuk mengurus tumpukan dokumen yang berserakan di atas meja. Tangannya bergerak cepat, matanya fokus pada setiap detail yang tertulis di sana. Namun, ketenangan itu tiba-tiba pecah ketika pintu ruangannya terbuka dengan keras. Ayahnya masuk dengan langkah yang penuh wibawa. Wajahnya keras, tatapannya tajam seperti pedang yang siap menghunus.“Ada yang ingin aku bicarakan padamu,” ucap Dustin, suaranya berat dan penuh otoritas.Jacob yang langsung paham arti di balik kalimat itu, segera menghentikan pekerjaannya. Ia bangkit

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 132 Bersembunyi lagi

    Di sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota New York, di mana alam masih begitu liar dan tak tersentuh oleh hiruk-pikuk kehidupan modern, terdapat sebuah rumah kecil yang tersembunyi di tengah hutan lebat. Pohon-pohon tinggi menjulang, seolah menjadi penjaga alami bagi tempat itu.Tak jauh dari rumah, sebuah sungai mengalir dengan air yang jernih, menciptakan suara gemericik yang menenangkan. Namun, ketenangan alam itu tidak sepenuhnya mampu menenangkan hati Luna, yang saat ini duduk di atas batu besar di pinggir sungai, pandangannya kosong menatap air yang mengalir.Hazel keluar dari rumah, matanya langsung mencari Luna. Ia melihat gadis itu duduk sendirian, terlihat seperti tenggelam dalam lamunan yang dalam. Perlahan Hazel mendekat, langkahnya pelan agar tidak mengganggu ketenangan Luna. Ia memperhatikan Luna dengan penuh perhatian. Menjadi seseorang yang diperebutkan seperti ini pastilah tidak menyenangkan. Luna hanya menginginkan kebebasan, tapi orang-orang di sekitarnya terlal

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 131 Tamu tidak diundang

    Hari sudah semakin larut, langit malam dipenuhi bintang-bintang yang seolah menjadi saksi bisu dari segala kejadian yang sedang berlangsung. Jacob bangkit dari duduknya, tubuhnya terlihat tegap meski kelelahan terpancar dari sorot matanya. Ia mengulurkan tangannya ke arah Luna, mengajak gadis itu untuk berdiri. Tanpa ragu, Luna menerima tangan Jacob, dan mereka pun berdiri saling berhadapan, tatapan mereka saling bertaut dalam keheningan yang penuh makna. “Aku tidak ingin menjadi beban untukmu,” ucap Luna, suaranya lirih namun sarat dengan emosi. Sorot matanya menunjukkan kebingungan yang mendalam, pertarungan batin antara rasa cintanya pada Jacob dan kekhawatirannya akan perseteruan sengit antara Jacob dan Russel yang tak kunjung usai. Tapi, Jacob dengan tenang hanya tersenyum lembut. Tangannya terulur, membelai rambut Luna dengan penuh kelembutan. “Sama sekali tidak,” katanya, suaranya tegas namun hangat. “Aku tidak pernah menganggap dirimu sebagai beban sejak pertama kali kita be

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 130 Ini tidak mudah

    Beberapa saat sebelumnya, suasana tegang sudah mulai terasa. Setelah Nico menjauh dari Luna, ponsel Luna bergetar singkat. Sebuah pesan dari Jacob muncul di layar, “Dimana posisimu?” tanyanya singkat, namun penuh urgensi.Luna dengan jantung berdebar kencang, segera menghubungi Jacob sambil berjalan menjauh. Begitu telepon tersambung, suara Jacob yang tegas langsung terdengar. “Luna, kau di sebelah mana?”“Aku ada di lantai tiga,” jawab Luna dengan suara cemas, matanya terus melirik ke sekeliling, takut ketahuan oleh siapa pun.“Sekarang ikuti arahanku. Keluar melalui tangga darurat. Aku akan menunggu di bawah,” perintah Jacob dengan nada yang tidak bisa ditawar.Luna mengangguk, meskipun Jacob tidak bisa melihatnya. Ia segera mematikan panggilan, tapi langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat Russel dan George keluar dari ruangan tempat pertemuan mereka berlangsung. Luna mundur perlahan, bersembunyi di balik dinding, menunggu kedua pria tua itu pergi. Detak jantungnya semakin kencang

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 129 Kabur 

    Di depan cermin besar yang memantulkan cahaya redup kamarnya, Luna berdiri tegak, mengenakan dress hitam tanpa lengan yang sederhana namun elegan. Dress itu sengaja ia pilih tidak terlalu formal atau ketat agar ia bisa bergerak leluasa, terutama jika situasi memaksanya untuk berpacu dengan waktu.Detak jantungnya masih berdegup kencang, seperti drum yang dipukul tak beraturan. Pikirannya melayang pada Jacob. Ia khawatir, sangat khawatir, kalau-kalau Russel akan mengetahui niat Jacob. Jika itu terjadi, Jacob bisa berada dalam masalah."Aku sepertinya sangat egois," batin Luna, menatap bayangannya sendiri di cermin. Matanya menyiratkan konflik batin yang mendalam. Di satu sisi, ia tidak ingin menjerumuskan Jacob ke dalam masalah. Disisi lain, ia juga tidak ingin dipaksa menjalani hidup dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal, apalagi dijodohkan tanpa persetujuannya.Tiba-tiba, suara langkah kaki yang tegas memecah kesunyian. Russel muncul di balik pintu, wajahnya seperti biasa, dingi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 128 Rencana

    Setelah Nolan mengantarkannya ke depan ruangan Russel, Luna mengambil nafas dalam-dalam sebelum melangkahkan kakinya. Ruangan itu terasa megah dan berwibawa, dipenuhi dengan aroma kayu mahoni yang segar dan elegan. Meja kaca besar terpajang di pinggir ruangan, sementara Russel duduk di baliknya, bersandar di kursi kulit hitam yang terlihat sangat mahal. Saat melihat Luna masuk, Russel langsung bangkit dari kursinya, wajahnya dihiasi senyum ramah yang membuat Luna merasa sedikit tidak nyaman."Kau sudah datang," ucap Russel, suaranya hangat tapi ada sesuatu di baliknya yang membuat Luna waspada.Luna mencoba tersenyum, tapi senyumnya terasa kaku. Pandangannya segera tertarik pada sebuah bingkai foto di atas meja Russel. Foto itu adalah foto dirinya, foto yang sama yang ada di kamarnya, hanya berbeda ukuran."Aku tidak mengerti kenapa kau menyuruhku datang ke sini," ucap Luna, mencoba menjaga suaranya tetap tenang meski hatinya berdebar kencang. Ia tidak ingin menunjukkan kegugupannya, t

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status