Home / Romansa / Diam-Diam Menikmati / Bab 120 Kebingungan Luna

Share

Bab 120 Kebingungan Luna

Author: SILAN
last update Last Updated: 2025-02-27 13:07:09
Tiba di rumah megah keluarga Calderon yang terpencil jauh dari jalan utama, Luna langsung melesat menuju kamarnya. Namun, alih-alih berbaring di tempat tidur yang nyaman, ia justru masuk ke toilet dan dengan cepat mengunci pintu dari dalam. Ruangan kecil itu terasa seperti satu-satunya tempat di mana ia bisa merasa aman, jauh dari pengawasan kamera atau alat penyadap yang mungkin tersembunyi di sudut-sudut rumah ini.

Duduk di atas closet, Luna segera mengeluarkan ponsel barunya. Ia ingat peringatan dari Jacob, kediaman orang kaya mungkin terlihat indah dan mewah, tapi di balik kemewahan itu, ada bahaya yang mengintai. Kamera pengawas, alat penyadap suara, semua itu bisa saja terpasang di tempat yang tak terlihat. Meski Luna tidak yakin apakah Russel sampai melakukan hal seperti itu, ia memilih untuk tetap waspada. Bagaimanapun, ini adalah rumah orang asing baginya, dan ia tidak bisa mempercayai siapapun sepenuhnya.

"Aku tidak boleh diam saja," batin Luna, matanya menatap layar ponsel d
SILAN

Kemarin gak update, sebagai gantinya hari ini update 3 bab :)

| 11
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sma
Bila mau updated thor
goodnovel comment avatar
Sma
More chapter plezz
goodnovel comment avatar
puji amriani
huuuuh....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 121 Bertemu Jacob

    Tiga hari telah berlalu sejak Luna tinggal di kediaman megah keluarga Calderon. Tiga hari yang terasa seperti tiga tahun bagi Luna. Setiap hari, ia harus berhadapan dengan Nico, saudara tirinya yang selalu menatapnya dengan tatapan dingin dan penuh kebencian. Meski begitu, Luna berusaha bertahan, mencoba menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang serba asing ini.Namun, sejak kemarin, Luna mulai menyadari sesuatu yang menarik. Penjagaan di sekitar rumah yang biasanya ketat, tiba-tiba mulai berkurang. Biasanya, para penjaga lalu-lalang di sekitar rumah, mengawasi setiap sudut. Tapi sekarang, hanya tiga penjaga yang terlihat masih menjalankan tugasnya. Luna diam-diam memperhatikan semua ini, dan ia yakin, Russel mulai percaya bahwa Luna tidak akan melarikan diri.Pagi itu, Luna sedang berada di dapur, mengambil segelas air ketika Russel tiba-tiba muncul di belakangnya. "Apa kamu senang tinggal di sini?" tanya Russel, suaranya lembut namun penuh perhatian.Luna tersenyum tipis, mencoba

    Last Updated : 2025-02-28
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 122 Luna Patricia Calderon

    Gaun merah muda dengan taburan payet yang berkilauan di bawah cahaya lampu membuat Luna terlihat seperti bintang yang baru saja turun dari langit. Gaun itu melekat sempurna di tubuhnya, dipadukan dengan sepatu heels hitam yang menambah kesan elegan.Rambutnya yang ditata dengan sempurna oleh penata rambut profesional membuat penampilannya semakin memukau. Luna berdiri di depan cermin besar, matanya menatap pantulan dirinya yang terlihat begitu berbeda. Untuk pertama kalinya, ia merasa asing dengan penampilannya sendiri namun juga mengagumi tampilan barunya.Suara pintu yang terbuka di belakangnya tidak langsung menarik perhatian Luna. Tapi begitu ia melihat pantulan bayangan Russel di cermin, ia segera berbalik. Russel berdiri di sana, matanya penuh kekaguman."Kau terlihat luar biasa, Luna," puji Russel, suaranya penuh kebanggaan.Luna tersenyum tipis, tapi senyum itu terasa kaku. Ia tidak tahu harus merespons seperti apa. Hari ini adalah hari besar, hari di mana Russel akan memperken

    Last Updated : 2025-02-28
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 123 Menghamili Luna?

    Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh malam, suasana kamar terasa hangat sejak mereka menghabiskan waktu bersama beberapa waktu lalu. Jacob duduk dengan santai di sofa, tangannya dengan cekatan menuangkan wine merah ke dalam gelas kristal. Saat ia mengangkat gelasnya, ujung matanya menangkap bayangan Luna yang perlahan mendekat, tubuhnya terbungkus jubah mandi sutra yang mengikuti setiap gerakannya. Rambutnya yang terurai sedikit berantakan, menambah aura misterius yang selalu membuat Jacob terpana."Apa kau akan segera pergi?" tanya Luna, matanya menatap Jacob yang terlihat begitu tenang menikmati wine-nya, seolah tidak ada yang bisa mengganggu ketenangannya.Saat Luna sudah hampir berada di sampingnya, tiba-tiba Jacob bergerak cepat. Tangannya yang kuat menarik pergelangan tangan Luna, membuatnya terjatuh dengan lembut ke pangkuannya."Malam ini tidak," bisik Jacob, suaranya dalam dan wajahnya menunjukkan ekspresi jahil. "Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu."Gelas wine yang ia pe

    Last Updated : 2025-03-01
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 124 Hampir ketahuan

    Luna bangkit dari tempat tidur dengan nafas yang masih tersengal-sengal, dadanya naik turun tak beraturan. Matanya menatap Jacob yang dengan tenangnya berbalik dan berjalan menuju kamar mandi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Suara air yang mengalir dari balik pintu kamar mandi memecah kesunyian ruangan. Luna duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat seprei, mencoba menenangkan diri.Ketika Jacob kembali, rambutnya setengah basah, dan tubuhnya hanya mengenakan celana pendek sederhana. Luna menatapnya, bibirnya bergerak seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya ia memilih untuk melontarkan pertanyaan yang telah mengganggu pikirannya."Tuan," ucap Luna, suaranya gemetar penuh keraguan. "Barusan itu... apa itu akan membuatku hamil?"Jacob tersenyum tipis, senyum yang penuh dengan makna tersembunyi. Bahunya sedikit membungkuk saat ia mendekati Luna, lalu tangannya yang hangat menyentuh wajah gadis itu dengan lembut. "Aku tidak tahu," jawabnya, suaranya rendah namun teg

    Last Updated : 2025-03-02
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 125 Persaingan

    Berita tentang Luna sebagai putri Russel Calderon tiba-tiba meledak bak bom di dunia maya. Dalam hitungan jam, namanya jadi trending topik, mengalahkan segala gosip selebriti dan berita politik. Setiap media online berlomba-lomba memuat artikel tentang Luna, tapi tak satu pun yang benar-benar tahu siapa dia sebenarnya.Ada yang bilang Luna cuma anak angkat, ada juga yang bersikeras kalau dia adalah hasil hubungan gelap Russel dengan wanita simpanannya dulu. Spekulasi bertebaran, tapi Russel sendiri bungkam seribu bahasa. Setelah mengumumkan Luna sebagai putrinya, dia seperti tutup mulut. Bagi Russel, yang penting orang tahu Luna adalah anaknya, asal-usulnya? Urusan belakangan.Tapi, meski berita tentang Luna terus bergulir, wajahnya masih jadi misteri. Foto-foto yang beredar cuma menunjukkan sosok samar-samar, wajahnya kabur, atau diambil dari sudut yang sulit dikenali. Luna masih bisa berjalan-jalan tanpa terlalu banyak orang yang mengenalinya. Setidaknya, sampai hari ini.Di sebuah

    Last Updated : 2025-03-04
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 126 Jahil tapi ragu-ragu

    Beberapa hari tinggal di kediaman megah keluarga Calderon, Luna mulai merasakan sesuatu yang aneh. Meskipun ia dikelilingi oleh kemewahan, tas-tas desainer, pakaian mahal, dan perhiasan berkilauan, semua itu terasa hampa.Barang-barang mewah yang dulu hanya ia lihat di miliki orang kaya, sekarang memenuhi kamarnya. Tapi entah mengapa, semua itu tak bisa mengisi kekosongan di hatinya. Rasanya seperti memakai topeng yang terlalu besar untuk wajahnya, tak nyaman dan tak cocok."Jika Anda membutuhkan sesuatu lagi, jangan sungkan untuk mengatakannya padaku," ucap Nolan sambil meletakkan beberapa tas belanjaan terbaru di sudut kamar Luna. Suaranya datar, tapi ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Luna merasa tidak nyaman. Seperti ada niat tersembunyi di balik setiap pandangannya.Luna hanya mengangguk, mencoba tersenyum tipis. Tapi begitu Nolan pergi, ia menghela nafas lega. Ia memperhatikan bahu Nolan yang semakin menjauh, lalu menghilang di balik pintu yang tertutup rapat. Sejak Nolan

    Last Updated : 2025-03-05
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 127 Mengetahui rahasia

    Kejahilan Nico masih terus berlanjut, dan meskipun tindakannya tidak berbahaya, tetap saja itu membuat Luna merasa kesal. Pagi ini, saat Luna membuka pintu kamarnya, ia langsung dibuat kaget oleh pemandangan yang tidak terduga. Sebuah boneka dengan hanya kepala yang tersisa tergantung di depan pintu kamarnya, matanya kosong dan senyumnya mengerikan. Luna menjerit kaget, jantungnya berdebar kencang."Astaga!" teriak Luna, tangannya menutupi mulutnya yang terbuka lebar.Dari ujung lorong, Nico muncul dengan senyum puas di wajahnya. Luna memijat keningnya, mencoba menenangkan diri. "Aku pikir dia sudah berhenti dengan kejahilannya. Ternyata aku salah," batinnya, sambil menghela nafas panjang.Luna memutuskan untuk tidak membiarkan hal itu mengganggu paginya. Ia berjalan menuju meja makan, berharap bisa menikmati sarapan dengan tenang. Tapi, kali ini Russel Calderon tidak hadir di meja makan. Suasana terasa sedikit berbeda, biasanya pria itu duduk di ujung meja dengan wajah serius. Luna me

    Last Updated : 2025-03-06
  • Diam-Diam Menikmati    Bab 128 Rencana

    Setelah Nolan mengantarkannya ke depan ruangan Russel, Luna mengambil nafas dalam-dalam sebelum melangkahkan kakinya. Ruangan itu terasa megah dan berwibawa, dipenuhi dengan aroma kayu mahoni yang segar dan elegan. Meja kaca besar terpajang di pinggir ruangan, sementara Russel duduk di baliknya, bersandar di kursi kulit hitam yang terlihat sangat mahal. Saat melihat Luna masuk, Russel langsung bangkit dari kursinya, wajahnya dihiasi senyum ramah yang membuat Luna merasa sedikit tidak nyaman."Kau sudah datang," ucap Russel, suaranya hangat tapi ada sesuatu di baliknya yang membuat Luna waspada.Luna mencoba tersenyum, tapi senyumnya terasa kaku. Pandangannya segera tertarik pada sebuah bingkai foto di atas meja Russel. Foto itu adalah foto dirinya, foto yang sama yang ada di kamarnya, hanya berbeda ukuran."Aku tidak mengerti kenapa kau menyuruhku datang ke sini," ucap Luna, mencoba menjaga suaranya tetap tenang meski hatinya berdebar kencang. Ia tidak ingin menunjukkan kegugupannya, t

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 135 Kembali ke rumah

    Pada akhirnya, semua usaha kabur itu sia-sia. Luna kembali ke kediaman megah Russel Calderon, tempat yang seharusnya menjadi rumahnya, tapi justru terasa seperti sangkar emas yang mengurungnya. Saat mobil hitam berhenti di depan rumah, Russel sudah menunggu di depan pintu, seolah tahu bahwa Nolan akan membawa pulang putrinya yang memberontak.Wajah Russel dingin, matanya tajam seperti pedang yang siap menghunus. Luna turun dari mobil dengan langkah berat, kepalanya menunduk, tak berani menatap langsung ke arah ayahnya. Ia tahu, amukan dan kemarahan Russel pasti akan segera menghujaninya. Tapi yang lebih membuatnya takut adalah rasa bersalah yang menggerogoti hatinya. Ia telah membawa Hazel dan Jacob ke dalam masalah, dan sekarang, ia harus menghadapi konsekuensinya.“Kau berhasil membawanya pulang, Xav… maksudku, Nolan,” ucap Russel, suaranya datar namun penuh makna. Pandangannya lurus ke arah Nolan yang berdiri di belakang Luna, seolah ada sesuatu yang tersembunyi di balik kata-katan

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 134 Pasrah

    Jacob baru saja tiba di apartemennya, tubuhnya terasa berat seperti membawa beban yang tak terlihat. Ia langsung terjatuh ke sofa, menghembuskan nafas panjang sambil tersenyum kecil.“Rasanya aku sedang menyembunyikan harta karun yang diincar oleh banyak orang,” gumamnya, mencoba mencairkan suasana dalam pikirannya sendiri. Tapi senyum itu tidak bertahan lama. Detik berikutnya, ia terdiam, bahunya bersandar ke belakang sementara kepalanya setengah mendongak, menatap langit-langit apartemen yang kosong.Pikirannya melayang ke Luna. Saat ini, ia hanya bisa mempercayakan Luna pada Hazel. Tapi satu hal yang tak bisa ia lupakan, ia hanya punya waktu satu bulan untuk menyelesaikan semua masalah ini. Tekanan itu terasa begitu berat, seperti batu besar yang menindih dadanya.Jacob menyentuh keningnya, memijatnya perlahan. Bukan perusahaan yang ia khawatirkan, ia yakin bisa mengatasi itu. Yang membuatnya gelisah adalah Luna. Ia harus memastikan bahwa Russel tidak akan menemukan keberadaan gadi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 133 Masih berlanjut

    Suasana persaingan semakin memanas, tiada hari tanpa kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran. Sudah tiga hari berlalu sejak Jacob membawa Luna menjauh dari cengkeraman Russel Calderon. Tiga hari yang penuh dengan ketegangan, di mana setiap langkah Jacob selalu diawasi oleh mata-mata yang dikirim oleh Russel. Jacob tahu betul bahwa ia harus berhati-hati, setiap gerak-geriknya bisa menjadi bumerang yang membahayakan Luna.Di dalam ruang kerjanya yang megah, Jacob sibuk mengurus tumpukan dokumen yang berserakan di atas meja. Tangannya bergerak cepat, matanya fokus pada setiap detail yang tertulis di sana. Namun, ketenangan itu tiba-tiba pecah ketika pintu ruangannya terbuka dengan keras. Ayahnya masuk dengan langkah yang penuh wibawa. Wajahnya keras, tatapannya tajam seperti pedang yang siap menghunus.“Ada yang ingin aku bicarakan padamu,” ucap Dustin, suaranya berat dan penuh otoritas.Jacob yang langsung paham arti di balik kalimat itu, segera menghentikan pekerjaannya. Ia bangkit

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 132 Bersembunyi lagi

    Di sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota New York, di mana alam masih begitu liar dan tak tersentuh oleh hiruk-pikuk kehidupan modern, terdapat sebuah rumah kecil yang tersembunyi di tengah hutan lebat. Pohon-pohon tinggi menjulang, seolah menjadi penjaga alami bagi tempat itu.Tak jauh dari rumah, sebuah sungai mengalir dengan air yang jernih, menciptakan suara gemericik yang menenangkan. Namun, ketenangan alam itu tidak sepenuhnya mampu menenangkan hati Luna, yang saat ini duduk di atas batu besar di pinggir sungai, pandangannya kosong menatap air yang mengalir.Hazel keluar dari rumah, matanya langsung mencari Luna. Ia melihat gadis itu duduk sendirian, terlihat seperti tenggelam dalam lamunan yang dalam. Perlahan Hazel mendekat, langkahnya pelan agar tidak mengganggu ketenangan Luna. Ia memperhatikan Luna dengan penuh perhatian. Menjadi seseorang yang diperebutkan seperti ini pastilah tidak menyenangkan. Luna hanya menginginkan kebebasan, tapi orang-orang di sekitarnya terlal

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 131 Tamu tidak diundang

    Hari sudah semakin larut, langit malam dipenuhi bintang-bintang yang seolah menjadi saksi bisu dari segala kejadian yang sedang berlangsung. Jacob bangkit dari duduknya, tubuhnya terlihat tegap meski kelelahan terpancar dari sorot matanya. Ia mengulurkan tangannya ke arah Luna, mengajak gadis itu untuk berdiri. Tanpa ragu, Luna menerima tangan Jacob, dan mereka pun berdiri saling berhadapan, tatapan mereka saling bertaut dalam keheningan yang penuh makna. “Aku tidak ingin menjadi beban untukmu,” ucap Luna, suaranya lirih namun sarat dengan emosi. Sorot matanya menunjukkan kebingungan yang mendalam, pertarungan batin antara rasa cintanya pada Jacob dan kekhawatirannya akan perseteruan sengit antara Jacob dan Russel yang tak kunjung usai. Tapi, Jacob dengan tenang hanya tersenyum lembut. Tangannya terulur, membelai rambut Luna dengan penuh kelembutan. “Sama sekali tidak,” katanya, suaranya tegas namun hangat. “Aku tidak pernah menganggap dirimu sebagai beban sejak pertama kali kita be

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 130 Ini tidak mudah

    Beberapa saat sebelumnya, suasana tegang sudah mulai terasa. Setelah Nico menjauh dari Luna, ponsel Luna bergetar singkat. Sebuah pesan dari Jacob muncul di layar, “Dimana posisimu?” tanyanya singkat, namun penuh urgensi.Luna dengan jantung berdebar kencang, segera menghubungi Jacob sambil berjalan menjauh. Begitu telepon tersambung, suara Jacob yang tegas langsung terdengar. “Luna, kau di sebelah mana?”“Aku ada di lantai tiga,” jawab Luna dengan suara cemas, matanya terus melirik ke sekeliling, takut ketahuan oleh siapa pun.“Sekarang ikuti arahanku. Keluar melalui tangga darurat. Aku akan menunggu di bawah,” perintah Jacob dengan nada yang tidak bisa ditawar.Luna mengangguk, meskipun Jacob tidak bisa melihatnya. Ia segera mematikan panggilan, tapi langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat Russel dan George keluar dari ruangan tempat pertemuan mereka berlangsung. Luna mundur perlahan, bersembunyi di balik dinding, menunggu kedua pria tua itu pergi. Detak jantungnya semakin kencang

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 129 Kabur 

    Di depan cermin besar yang memantulkan cahaya redup kamarnya, Luna berdiri tegak, mengenakan dress hitam tanpa lengan yang sederhana namun elegan. Dress itu sengaja ia pilih tidak terlalu formal atau ketat agar ia bisa bergerak leluasa, terutama jika situasi memaksanya untuk berpacu dengan waktu.Detak jantungnya masih berdegup kencang, seperti drum yang dipukul tak beraturan. Pikirannya melayang pada Jacob. Ia khawatir, sangat khawatir, kalau-kalau Russel akan mengetahui niat Jacob. Jika itu terjadi, Jacob bisa berada dalam masalah."Aku sepertinya sangat egois," batin Luna, menatap bayangannya sendiri di cermin. Matanya menyiratkan konflik batin yang mendalam. Di satu sisi, ia tidak ingin menjerumuskan Jacob ke dalam masalah. Disisi lain, ia juga tidak ingin dipaksa menjalani hidup dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal, apalagi dijodohkan tanpa persetujuannya.Tiba-tiba, suara langkah kaki yang tegas memecah kesunyian. Russel muncul di balik pintu, wajahnya seperti biasa, dingi

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 128 Rencana

    Setelah Nolan mengantarkannya ke depan ruangan Russel, Luna mengambil nafas dalam-dalam sebelum melangkahkan kakinya. Ruangan itu terasa megah dan berwibawa, dipenuhi dengan aroma kayu mahoni yang segar dan elegan. Meja kaca besar terpajang di pinggir ruangan, sementara Russel duduk di baliknya, bersandar di kursi kulit hitam yang terlihat sangat mahal. Saat melihat Luna masuk, Russel langsung bangkit dari kursinya, wajahnya dihiasi senyum ramah yang membuat Luna merasa sedikit tidak nyaman."Kau sudah datang," ucap Russel, suaranya hangat tapi ada sesuatu di baliknya yang membuat Luna waspada.Luna mencoba tersenyum, tapi senyumnya terasa kaku. Pandangannya segera tertarik pada sebuah bingkai foto di atas meja Russel. Foto itu adalah foto dirinya, foto yang sama yang ada di kamarnya, hanya berbeda ukuran."Aku tidak mengerti kenapa kau menyuruhku datang ke sini," ucap Luna, mencoba menjaga suaranya tetap tenang meski hatinya berdebar kencang. Ia tidak ingin menunjukkan kegugupannya, t

  • Diam-Diam Menikmati    Bab 127 Mengetahui rahasia

    Kejahilan Nico masih terus berlanjut, dan meskipun tindakannya tidak berbahaya, tetap saja itu membuat Luna merasa kesal. Pagi ini, saat Luna membuka pintu kamarnya, ia langsung dibuat kaget oleh pemandangan yang tidak terduga. Sebuah boneka dengan hanya kepala yang tersisa tergantung di depan pintu kamarnya, matanya kosong dan senyumnya mengerikan. Luna menjerit kaget, jantungnya berdebar kencang."Astaga!" teriak Luna, tangannya menutupi mulutnya yang terbuka lebar.Dari ujung lorong, Nico muncul dengan senyum puas di wajahnya. Luna memijat keningnya, mencoba menenangkan diri. "Aku pikir dia sudah berhenti dengan kejahilannya. Ternyata aku salah," batinnya, sambil menghela nafas panjang.Luna memutuskan untuk tidak membiarkan hal itu mengganggu paginya. Ia berjalan menuju meja makan, berharap bisa menikmati sarapan dengan tenang. Tapi, kali ini Russel Calderon tidak hadir di meja makan. Suasana terasa sedikit berbeda, biasanya pria itu duduk di ujung meja dengan wajah serius. Luna me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status