Home / Fantasi / Penakluk Sihir Iblis / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Penakluk Sihir Iblis : Chapter 81 - Chapter 90

99 Chapters

Denting Guqin yang Menyembunyikan Rahasia

Denting guqin dan guzheng berpadu dengan tiupan seruling, gesekan erhu, serta petikan pipa, menciptakan harmoni yang mengalun merdu di Jiǔ Yīn Gé. Alunan musik itu seakan menyatu dengan semilir angin musim semi yang membawa aroma wisteria dan dupa cendana. Menghangatkan hati setiap tamu yang menghadiri Festival Harmoni Musim Semi Sekte Musik Abadi."Sungguh menyejukkan hati dan jiwa," gumam Qing Yǔjiā perlahan. Jemarinya dengan lembut menyentuh kelopak wisteria yang menjuntai dari pergola, lalu mendekatkannya ke hidungnya, menghirup aroma lembut bunga itu. Di sisinya, sang adik, Qing Héng Zhì, berjalan dengan langkah tenang, matanya menelusuri keindahan sekeliling mereka."Jiě, apakah menurutmu rumor itu benar?" tanya Qing Héng Zhì dengan suara pelan, seolah takut seseorang mendengar."Rumor yang mana?" Qing Yǔjiā menoleh padanya, ekspresinya tetap lembut. Namun, ada ketajaman tersembunyi dalam sorot matanya."Muse, Amulet Es Hitam, Tuju
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Keputusan Yang Disesali Di Masa Depan

Huànyǐng duduk tenang di gazebo, membiarkan angin sepoi-sepoi membawa melodi halus dari Jiǔ Yīn Gé. Musik yang dimainkan begitu lembut, mengalun seperti untaian embun yang jatuh satu per satu dari dedaunan. Di hadapannya, aneka kudapan tersaji dalam keranjang bambu. Sementara di tangannya, segumpal gula-gula kapas putih diputar-putarnya dengan santai.Baili Yunhua duduk di sampingnya. Huànyǐng menyeringai kecil, menggigit sedikit gula-gula kapas sebelum bertanya, "Jiějie, apakah benar kau akan menikah?"Baili Yunhua sedikit tersentak. "Dari mana Dìdi tahu berita itu?" tanyanya, alisnya terangkat tipis."Héxié Zhìzūn yang memberitahuku, Jiě," sahut Huànyǐng ringan, mengangkat bahu seolah itu bukan hal besar.Baili Yunhua menghela napas pelan lalu mengangguk. "Ah, begitu…" Suaranya terdengar mengerti. Wajar jika Héxié Zhìzūn mengetahui rencana pernikahannya—sesuai adat dan prinsip Klan Yue, harus ada perwakilan dari Ketua Klan saat menerima keluarga
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Apa Kau Tulus Melakukannya?

Festival Harmoni telah berakhir, meninggalkan Jiǔ Yīn Gé dalam ketenangan yang perlahan kembali ke asalnya. Alunan musik dan aroma dupa yang sempat memenuhi udara kini menghilang, berganti dengan keharuman wisteria yang samar terbawa angin malam. Kediaman Aroma Wisteria kembali menutup gerbangnya untuk umum. Hanya beberapa murid tamu dari Sekte Musik Abadi yang masih bertahan, enggan beranjak dari ketenangan tempat ini.Di antara mereka, Tiānyin melangkah pelan di jalan berbatu, menyusuri Jiǔ Yīn Gé yang mulai lengang. Cahaya lentera gantung berpendar redup di sela-sela cabang pohon, menciptakan bayangan yang menari di tanah. Dia mencari Huànyǐng—pemuda itu seharusnya menunggunya, tetapi kini entah ke mana perginya.Akhirnya, Tiānyin menemukannya di sudut Jiǔ Yīn Gé yang sunyi."Jian Yi." Suara Tiānyin terdengar tenang, nyaris seperti bisikan yang melebur dengan desir angin.Huànyǐng tak menjawab. Dia tertidur, bersandar di batang wisteria tua den
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Kenangan Persahabatan di Kediaman Aroma Wisteria

"Huànyǐng, apa kau sudah berpamitan pada Yue Èr Gōngzǐ?" Jian Xia bertanya dengan lembut pada sang adik.Jian Xia tengah merapikan barang-barang mereka dengan cermat. Besok pagi mereka akan meninggalkan Kediaman Aroma Wisteria dan melanjutkan perjalanan ke Tiānyá Shān, di Pegunungan Lingxiao. Cahaya lentera berpendar lembut, menciptakan bayangan samar di dinding kayu. Sementara semilir angin malam membawa aroma bunga wisteria yang khas. Mengingatkan mereka pada waktu-waktu yang telah berlalu di tempat ini.Huànyǐng menggelengkan kepalanya. Bibirnya mencebik, seolah tengah merajuk. "Jiějie, aku dilarang menemuinya," keluhnya dengan nada memelas."Bukan dilarang! Dia tidak mau menemuimu!" Jian Lei menyahut asal saja. Pemuda itu sengaja menggoda sang adik."Lei! Bukan begitu! Dia akan memulai kultivasi tertutup hingga tiga bulan ke depan!" Huànyǐng membantah dengan tegas. Karena memang itulah yang dikatakan Tiānyin padanya malam itu.
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Janji Dan Sumpah di Bawah Langit Nirwana

Huànyǐng melompati batu-batu yang berserakan di tengah sungai, gerakannya secepat bayangan yang menari di atas air. Kabut pagi masih menyelimuti permukaan sungai, menciptakan kilauan samar di bawah sinar mentari yang mulai meninggi. Di kejauhan, denting senar guqin terdengar. Melodi lembut yang berbaur dengan gemuruh air terjun.Sejak fajar, ia sudah bersiap untuk berpamitan pada Tiānyin. Namun, He Yun Dàshī hanya memberitahu bahwa pemuda itu telah memasuki meditasi di Shuǐyùn Tíng dan tidak dapat ditemui.“Tapi dia masih memetik guqin-nya. Dia belum bermeditasi,” gumam Huànyǐng. Matanya menatap lurus ke arah air terjun yang menjulang di hadapannya.Ia tidak bisa pergi tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Dengan satu tarikan napas, tubuhnya melesat melintasi sungai, menuju air terjun. Ia terpaksa menerobos Zǐténg Jū dan Sungai Ungu Gelap untuk mencapai kediaman pribadi Yue Tiānyin, Shuǐyùn Tíng. Sejak beberapa hari lalu, tempat itu telah disegel oleh He
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Meninggalkan Kediaman Aroma Wisteria

Huànyǐng sekali lagi menoleh, menatap dua pilar putih dan tangga batu di belakangnya yang dipayungi pohon-pohon wisteria yang tengah berbunga lebat. Kelopak-kelopak ungu muda berguguran diterpa angin, menari di udara sebelum jatuh perlahan ke tanah berbatu. Ada perasaan enggan sekaligus senang yang bercampur di dalam hatinya. Kediaman Aroma Wisteria telah mencuri hatinya—meninggalkan jejak yang tak kalah dalam dari kenangannya akan Teluk Laut Biru."Huànyǐng, ayo!" Jian Lei menggenggam lengannya dengan lembut, suaranya sarat pengertian. Dia tahu betul adiknya tidak ingin pergi—terutama karena seseorang yang dinantikannya tidak juga menampakkan diri. "Dia akan menyusul setelah enam bulan. Jangan memasang tampang sedih seperti itu. Kau berubah jelek, tahu!" Lei mencubit hidung adiknya, menggoda dengan nada ceria."Lei!" Huànyǐng berseru kesal. Dia menghentakkan kaki sebelum mengguncang lengan kakaknya dengan penuh rajukan. Dadanya terasa sesak karena tidak dapat meli
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Kekhawatiran Jian Fū Rén

Debur ombak terdengar di kejauhan, mengalun dan menghantam batu-batu karang serta tebing tinggi yang mengelilingi Jìng Fēng Gé di Bì Hǎi Wān, kediaman resmi Sekte Pemecah Langit. Angin laut bertiup sejuk, membawa aroma asin bercampur kelembapan khas perairan. Dari kejauhan, burung camar melintas, suaranya melengking di antara hempasan ombak.Di dalam paviliun yang menjorok ke laut, seorang pelayan wanita bergegas masuk. Ia membawa gulungan surat. Dengan kedua tangan terangkat, kepalanya sedikit menunduk sebagai tanda penghormatan, dia menyapa sang majikan, "Fū Rén, Da Xiǎojiě baru saja mengirimkan kabar."Sang Majikan yang berdiri di tepi jendela paviliun menoleh perlahan. Wajah cantiknya begitu tenang dan sorot matanya teduh tetapi sulit ditebak. Dia adalah Bǎihé Chéng, istri sah Wúshuāng Jian Shèng, seorang wanita yang dikenal bukan hanya karena keanggunannya, tetapi juga keteguhan hatinya."Kemarikan," perintahnya dengan suara lembut dan tegas.Pelayan itu segera maju selangkah, me
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Perjalanan Menuju Akademi Bìxiāo

Perjalanan menuju Lingxiao memakan waktu dua minggu, seperti yang Yāo Ming katakan pada Huànyǐng. Selama perjalanan, langit tetap cerah dengan angin sepoi-sepoi yang membuat perjalanan terasa nyaman. Kereta-kereta kuda mereka melaju santai melewati berbagai kota, singgah di beberapa tempat untuk beristirahat. Setiap pemberhentian menjadi momen kegembiraan bagi Huànyǐng dan kawan-kawannya. Selain mengenal kehidupan di kota-kota lain di Kekaisaran Bìxiāo, mereka juga menikmati kesempatan untuk mencicipi berbagai jajanan dan membeli mainan khas daerah setempat."Hei, kita sudah sampai di kaki Pegunungan Lingxiao!" seru Ling Qingyu penuh semangat."Wah, indah sekali!" Jian Xia berseru kagum, diikuti beberapa kultivator wanita lainnya yang memandang puncak-puncak berselimut awan itu dengan mata berbinar. Pegunungan tertinggi di Kekaisaran Bìxiāo itu menjulang megah, dengan lereng-lereng hijau yang diselimuti kabut tipis bak jubah dewa.Mereka singgah di sebuah
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Tiba Di Tiānyá Shān

Seperti yang telah diperkirakan, dua hari kemudian, di pagi yang cerah, mereka tiba di Tiānyá Shān. Tempat di mana Akademi Bìxiāo didirikan. Bangunan megah itu menjulang tinggi, diselimuti kabut tipis yang berkilauan diterpa sinar mentari pagi. Dari kejauhan, bangunan akademi tampak kokoh, tersembunyi di balik pepohonan pinus yang tertata rapi. Kini, di hadapan mereka berdiri sebuah gerbang batu yang tinggi dan berlumut, seolah menjadi batas antara dunia luar dan kehidupan disiplin yang menanti di dalamnya."Aiyo, sepertinya tempat ini lebih mengerikan daripada Kediaman Aroma Wisteria," keluh Huànyǐng, suaranya dipenuhi kesal.Pemuda bermata ungu itu bergidik ngeri, membayangkan hari-hari panjang yang akan ia jalani di dalam akademi yang tertutup, penuh aturan ketat. Bak hidup di dalam sangkar emas, tapi tetap saja terasa seperti penjara."Kalau soal peraturan, tidak ada yang mengalahkan Kediaman Aroma Wisteria dan Sekte Musik Abadi," Yāo Ming menimpali de
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Kabur Dari Kelas Yang Membosankan

Hari-hari di Akademi Bìxiāo berjalan begitu lambat. Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Jian Huànyǐng. Membayangkan enam bulan berada di tempat ini membuatnya lesu. Dan ini baru permulaan dari kehidupannya sebagai murid akademi yang telah berdiri sejak pendiri Kekaisaran Bìxiāo merajut kejayaannya beribu tahun silam. Huànyǐng mendesah panjang, menyandarkan kepalanya ke meja kayu yang terasa hangat karena diterpa matahari. Musim panas kali ini sungguh menyebalkan. Cahaya matahari membakar hingga ke dalam ruang kelas, membuat udara gerah tak tertahankan. Jendela yang terbuka hanya membawa angin malas yang nyaris tak berdaya melawan hawa panas. Keringat membasahi tengkuk dan punggungnya, membuat pakaian dalamnya melekat tidak nyaman. Tak hanya Huànyǐng yang tersiksa, murid-murid lain pun tampak gelisah. Beberapa sibuk mengipas-ngipas dirinya dengan lengan baju, sementara yang lain mencoba fokus pada kitab di hadapan mereka. Meski sebagian besar justru t
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status