Semua Bab Nafkah Dari Mantan Suami: Bab 31 - Bab 34

34 Bab

31. Malam Indah

Setelah resepsi pernikahan yang berlangsung sederhana dan penuh kehangatan, Surya dan Nadia memasuki suite hotel mereka. "Ini kamar kita," ucap Surya di depan pintu. "Aku udah gak sabar lihat isi dalamnya," bisik Nadia. "Mau aku gendong?" goda Surya. "Gak usahlah. Memangnya di film-film." Gelak tawa keduanya menghema di lorong hotel. Surya mengambil kunci yang diberikan oleh resepsionis di saku  celananya.  Keduanya sudah berganti pakaian. Surya bahkan memakai kaus longgar dan celana jeans. Nadia bahkan sudah menghapus make up. Wanita itu memakai gaun selutut dengan penghiasan lengkap di leher dan jarinya.  Mereka berjalan berdampingan, diiringi tatapan penuh cinta dan sedikit rasa canggung.  "Silakan masuk, Tuan Putri." Ketika pintu suite mereka tertutup dengan lembut di belak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

32. Meniti Harapan

Nadia dan Surya duduk bersebelahan di ruang tunggu bandara Changi. Mereka menanti penerbangan ke Singapura untuk menjalani program bayi tabung yang telah lama di diskusikan. Suasana hening menyelimuti mereka berdua. Hanya suara pengumuman penerbangan dan derap langkah orang-orang yang terdengar di sekitar. Nadia menatap ke depan, matanya menerawang jauh. Surya merasakan kegelisahan istrinya dan menggenggam tangannya lembut.“Kamu tegang?” Surya membuka percakapan dengan nada lembut.Nadia tersenyum samar. “Nggak juga, cuma... ya, mungkin agak cemas. Kita beneran mau program, ya?” Nadia menoleh menatap suaminya, mencoba mencari kepastian.“Iya, Sayang. Tapi kita lakukan ini karena sama-sama mau, bukan karena tekanan atau paksaan,” Surya menenangkan.“Kita sudah sepakat, apa pun hasilnya nanti, kita tetap akan bersama.”Nadia terdiam, lalu mengangguk.&ldquo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

33. Ikhtiar Dan Doa

Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka akhirnya tiba kembali di Indonesia. Program bayi tabung di luar negeri yang selama ini mereka jalani membawa hasil yang tak ternilai harganya. Ketika pesawat mendarat, Surya meraih tangan Nadia dan menggenggamnya erat. “Sudah sampai, sayang,” bisiknya lembut. “Akhirnya kita pulang.” Nadia tersenyum samar. Namun di balik senyum itu jelas tampak kelelahan yang mendalam. Sejak kehamilannya memasuki minggu keenam, kondisinya semakin melemah.  Rasa mual yang datang sepanjang hari, bukan hanya di pagi hari seperti yang sering ia baca di buku-buku kehamilan. Setiap kali mencoba makan, perutnya langsung menolak. Surya terus mengamati wajah istrinya yang tampak semakin pucat. “Apa kamu mau istirahat begitu sampai rumah?” tanya Surya, menatap wajah Nadia dengan cemas. “Ya… mungkin. Aku cuma ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

34. Segala Puji Bagi-Mu

Rasa sakit yang tak tertahankan mulai menyelimuti tubuh Nadia. Napasnya tersengal dengan keringat dingin yang membanjiri pelipis. Nadia menggenggam erat lengan Surya yang duduk di samping ranjang rumah sakit. Wanita itu mencoba menarik napas dalam-dalam. Namun setiap tarikan terasa seperti menggores paru-parunya.  Kontraksi datang semakin sering dan wajah Nadia memucat. “Sayang, kamu kuat, ya? Sebentar lagi ketemu bayi kita." Surya mencoba menenangkan Nadia. Meski raut cemas tak dapat disembunyikan dari wajahnya. Lelaki itu berusaha menyeka keringat yang terus membasahi wajah istrinya. “Aku mau lahiran normal, please." Nadia berkata dengan suara lemah. Wanita itu terisak menahan rasa sakit yang berdenyut-denyut di perutnya. "Tapi kamu gak kuat, Sayang. Jangan dipaksakan," bujuk Surya. "Baiknya jangan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status