Home / Rumah Tangga / Nafkah Dari Mantan Suami / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Nafkah Dari Mantan Suami: Chapter 21 - Chapter 30

34 Chapters

21. Liburan Penghilang Lelah

Sore itu, Surya dan Nadia bersiap-siap menikmati hari pertama mereka di Bali dengan mencoba berbagai water sport di Pantai Kuta. Ombak yang tenang dan angin laut yang segar membuat suasana semakin menyenangkan. “Jadi, kita mau coba yang mana dulu?” tanya Surya dengan semangat, sambil melihat daftar aktivitas yang ditawarkan di tepi pantai. Nadia tertawa kecil. “Kayaknya kita mulai dari yang ringan dulu deh. Gimana kalau banana boat?” Surya mengangguk setuju. “Oke, banana boat. Setelah itu baru kita coba parasailing.” Surya segera mendaftar dan mengenakan jaket pelampung. Saat banana boat siap, mereka duduk di atasnya dengan beberapa wisatawan lain. Begitu perahu penarik mulai melaju, banana boat bergerak cepat membelah ombak. “Pegangan, Nad!” seru Surya sambil tertawa. Wajahnya tampak sangat bersemangat. Nadia m
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

22. Sebuah Prinsip yang Tak Boleh Dilanggar

Angin pantai Jimbaran berhembus lembut, membawa aroma laut dan menyelimuti suasana romantis di tepi pantai. Surya dan Nadia duduk di meja yang terletak tak jauh dari bibir pantai. Dengan lilin-lilin kecil yang menerangi meja makan mereka. Di hadapan mereka sebuah pemandangan luar biasa terbentang. Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, memberikan gradasi warna oranye dan ungu di langit yang seakan menyatu dengan lautan.“Ini indah banget, ya. Aku nggak nyangka kalau makan malam di tepi pantai bisa seromantis ini."Nadia menatap laut yang seakan tak berujung.Surya mengangguk setuju. Tangannya kini tak sungkan membelai rambut Nadia yang melambai karena tertiup angin. Sedangkan Nadia menggenggam jemari Surya dengan erat seakan tak ingin berpisah. Dia telah menaruh banyak harapan pada pundak lelaki itu. "Jimbaran memang terkenal sama seafood dan suasananya.”Seorang pelayan datang membawa piring besar be
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

23. Usaha Mengambil Hati

Siang itu, Hendra kembali ke toko kue bersama Hana dan Raya. Sejak terakhir kali mereka bertemu, lelaki itu merasa ada yang mengganjal di hati setiap kali memikirkan Nadia.  Terutama setelah mengetahui bahwa Nadia telah bertunangan dengan Surya. Ia tidak tahu mengapa, tetapi rasa cemburu itu semakin hari semakin sulit ia abaikan. "Papa, kita ke tempat Tante Nadia lagi, ya?" tanya Hana sambil menggandeng tangan Hendra. Hendra tersenyum tipis. "Iya, Nak. Kita mau ke sana lagi." Setibanya di toko, bel pintu berdenting lembut saat mereka masuk. Nadia yang sedang menghitung pendapatan segera menoleh dan tersenyum melihat kedatangan mereka. Setelah empat hari tutup, akhirnya Nadia memutuskan untuk membuka toko hari ini. Walaupun tubuhnya masih terasa lelah.  "Hai, selamat datang. Wah, kalian sering ke sini sekarang," sapa Nadia ramah. 
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

24. Cincin di Jari Manis

"Cucu sendiri?"Rahma mengangguk mantap. “Apalagi Hana, dia suka cerita kalau dia senang sama Tante Nadia. Anak-anak itu benar-benar menganggap kamu istimewa.”Nadia terdiam. Hatinya seketika penuh dengan campuran emosi yang sulit dijelaskan. Sedih, bingung, dan juga sedikit bersalah.“Tapi aku kan nggak mungkin balik lagi sama Hendra. Aku sama Surya sekarang,” gumamnya lirih.Rahma tersenyum bijak. “Ibu nggak bilang kamu harus balik lagi sama Hendra. Ibu cuma ngasih tau kalau ada yang peduli sama kamu. Bukan cuma Surya, tapi Hendra juga."Nadia menggigit bibir, mencoba mencerna kata-kata ibunya. “Tapi... kenapa ibu biarkan dia datang? Gimana kalau Surya tahu?”“Surya nggak perlu tahu. Lagian, Hendra nggak pernah tanya soal Surya. Dia datang bukan untuk ngomongin kalian," jelas Rahma. Nadia mengucap syikur dalam hati. Dia tak mau Surya salah p
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

25. Naluri Keibuan

Suasana di ruang keluarga rumah Hendra terasa tegang malam itu. Lelaki itu mondar-mandir tak tenang. Matanya terus melirik ke arah kamar Raya. Putri bungsunya yang tengah terbaring dengan tubuh panas dan wajah memerah.  Di sudut lain, Sukma berusaha menenangkan Hana, anak pertama Hendra, yang tampak gelisah melihat adiknya sakit. Dokter sudah datang, memberikan obat dan saran agar Raya diopname jika demamnya tak turun dalam beberapa jam ke depan. Namun, Hendra tak tega jika anak sekecil itu dirawat di rumah sakit.  Sebisa mungkin, Hendra ingin anaknya dirawat di rumah. Keputusasaan memenuhi hati lelaki itu saat Raya terus-menerus menangis tanpa bisa ditenangkan. Akhirnya, Hendra mengambil ponsel dan mengetikkan pesan untuk seseorang yang ia harap bisa membantu. Nadia.  Meski kini hanya sebatas teman, wanita itu punya ikatan emosional kuat denga
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

26. Cepat Pulih, Sayang

Hari itu terasa panjang bagi Nadia. Sejak pagi, semua berjalan lancar di tokonya. Namun, pesan singkat dari Hendra yang tiba-tiba masuk ke ponselnya membuat dunia Nadia seolah berhenti seketika. "Nadia, maaf ganggu. Raya dirawat di rumah sakit. Dokter bilang dia kena demam berdarah. Tolong doakan dia, ya." Nadia merasa dadanya sesak saat membaca pesan itu. Jari-jarinya gemetar dan ponsel hampir terlepas dari genggaman.  Raya yang manis, begitu lincah dan ceria, kini terbaring lemah di rumah sakit? Nadia langsung merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Dengan cepat, Nadia memberi tahu karyawan untuk menutup toko lebih awal. Beberapa pelanggan yang baru saja datang memandangnya dengan heran.  Nadia hanya tersenyum minta maaf dan memberikan penjelasan singkat bahwa ada keadaan darurat keluarga. Begitu selesai, wanita itu segera menjemput ibunya yang sedang berada di rumah.
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

27. Terikat Akan Rasa

Hari kedua Nadia datang ke rumah sakit terasa lebih tenang. Pagi itu, setelah memastikan tokonya berjalan dengan baik, wanita itu memutuskan untuk mampir melihat kondisi Raya. Nadia mengenakan blus sederhana dan celana panjang yang nyaman. Dia menenteng paper bag berisi camilan kesukaan Hana dan boneka kelinci mungil untuk Raya. Saat memasuki ruang rawat, Nadia melihat Sukma, mantan mertuanya, sedang duduk di sisi tempat tidur Raya yang masih terbaring. Wajah Sukma berubah cerah begitu melihat kehadiran Nadia di pintu. Tanpa ragu, Sukma berdiri dan menyambut Nadia dengan senyum lebar. "Assalamualaikum, Ma," sapa Nadia lembut.  "Waalaikumsalam." Sukma menyambut Nadia yang mencium tangannya. Walaupun pernah menyakiti, dia tetap berlaku santun.  Tidak ada dendam di hati Nadia karena dia sudah berdamai dengan masa lalu. Apalagi saat
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

28. Ungkapan Rasa

Sepuluh hari Raya dirawat dan selama itulah Nadia setiap hari datang menjenguk. Sehingga dia dan sukma menjadi akrab.  Nadia tak canggung bersenda gurau bersama mereka layaknya keluarga. Namun, sikapnya menjadi canggung jika ada Hendra.  Tatapan dan perhatian Hendra yang berbeda memabuat Nadia risih. Wanita itu merasa semua orang telah bersekongkol untuk mendekatkan mereka, termasuk ibunya sendiri. "Kamu mau ikut ke rumah?" tanya Hendra ketika mereka bersiap-siap hendak pulang. Raya sudah sehat dan pulih seperti sedia kala. Sehingga hari ini anak itu sudah boleh pulang. "Tapi sebentar aja ya, Mas. Aku kan harus jaga toko." "Toko terus yang ada dipikiran kamu. Anak-anak juga, Nad." "Anak-anak kamu, Mas." "Yaaa kan anakmu juga, Nad." Nadia membuang pandangan mendengar itu. Sementara Hendra
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

29. Diskusi dan Ketulusan

Nadia menghembuskan napas panjang sebelum menekan tombol hijau di layar ponsel. Nama Surya tertera jelas. Kali ini Nadia merasa perlu membicarakan sesuatu yang sudah lama mengganjal di pikirannya. Setelah beberapa kali nada sambung, suara hangat Surya terdengar dari seberang. “Halo, Sayang?” Surya menyapa dengan ceria seperti biasanya. Lelaki itu sedang berada di ruangannya di kafe. Namun, dia mengerjakan proyek render gambar sebuah bangunan.  “Halo, Sur,” balas Nadia dengan nada lembut. Ada sedikit kegugupan yang terselip di suaranya. “Kenapa? Suara kamu kayaknya aneh," tanya Surya lembut. "Nggak apa-apa," lirih Nadia serak. "Kamu habis nangis?" tanya Surya lagi. "Enggak. Aku cuma lagi kangen aja." "Ada yang mau kamu bicarain?” tanya Surya seperti bisa merasakan ada yang berbe
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

30. Suatu Hari Di Taman Bunga

Langit cerah membentang di atas taman yang dipenuhi dengan hamparan bunga-bunga cantik. Pohon-pohon besar menaungi tempat itu dengan teduh. Suara aliran air dari kolam kecil di sudut taman menambah suasana tenang yang romantis.  Pernikahan Surya dan Nadia diadakan dengan sederhana tetapi penuh kehangatan. Hanya keluarga dan sahabat dekat yang hadir, membuat suasana lebih intim dan bermakna. Nadia dan Surya duduk di kursi yang dihias bunga mawar putih dan eucalyptus. Wanita itu mengenakan gaun putih sederhana tanpa banyak aksen tetapi tetap elegan.  Rambut Nadia disanggul rapi. Senyum hangatnya memancarkan kebahagiaan yang nyata. Surya terlihat gagah dengan setelan jas hitam yang pas di tubuh. Wajah lelaki itu cerah. Matanya berbinar-binar menatap wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.  "Ananda Muhammad Surya Perdana, saya nikahkan engaku dengan Nadia Nur Azizah binti almarhum
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status