Semua Bab Mendadak Talak : Bab 21 - Bab 30

42 Bab

Paket

“Tidak apa,” sahut Wahda cepat. “Oh iya, Arsa masih sering datang ke rumahmu?” Teratai mengangguk. “Tiap hari. Kamu tahu sendirilah, bagaimana Mama di hatinya, selain itu kadang memang urusan pekerjaan.” “Iya, aku tau,” jawab Wahda dengan menatap cemas. Kini tatapannya beralih ke toples yang berisi kuaci. “Paket!” Terdengar teriakan seorang laki-laki dari luar. Seketika mereka saling bersitatap. “Ada yang mesan barang?” tanya Teratai. Wahda dan Rania menggeleng. “Kak Wahda, ada paket atas nama Kakak.” Yanti, karyawan kafe Teratai muncul di balik pintu. Kening Wahda semakin mengerut. Namun, ia keluar saja untuk memastikan kebenarannya. Seketika matanya terpana. Sebuah boneka beruang warna ungu sebesar orang berdiri di depan pintu kafe. Sedang Rania ber-wah ria. Wahda mendekati boneka itu. “Dr, Wahda?” tanya kurir. Wahda mengangguk heran. Kurir menyerahkan selembar kertas. “Tanda tangan di sini, Kak.” Meski heran, Wahda tanda tangan saja. Setelah mengucapkan terima
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Hadiah Arsa

Dalam mobil, sepanjang perjalanan Teratai hanya diam. Keane berkali-kali memerhatikannya melalui kaca spion. Ia memahami perasaan Sanad yang selalu khawatir mengingat dulu Arsa ada hati padanya. Ia juga mencoba memenuhi keinginan Sanad untuk menjaga jarak dengan Arsa. Namun, malam ini mendadak ia jenuh dengan sikap posesif Sanad. Sebelumnya ia telah memberitahu akan merayakan ulang tahun Wahda, tetapi mengapa tetap saja bersikukuh menyuruhnya pulang? Padahal dirinya sendiri, mengaku sedang lembur di kantor. *** Angel tersenyum semringah ketika melihat Bagus datang ke ruang kerjanya dengan membawa boneka besar. “Ini untukku?” tanya Angel tanpa kuasa menahan senyum.Bagus mengangguk. “Boneka ini kukirim untuk ulang tahun Wahda, tetapi ia malah mengembalikannya," ucap Bagus dengan wajah kusut.Seketika senyum Angel hilang. “Aku pulang dulu!” Bagus menoleh ke arah komputer yang menyala. “Kamu juga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Tuntutan Keluarga

“Arsa.”“Hmm?”“Jangan pergi ya.”Gerakan tangan Arsa terhenti. Wahda meluruskan badanya, menatap wajah pemilik tubuh jangkung itu dengan tengadah.“Kenapa?” tanya Wahda cemas. “Aku malah berencana mempercepat keberangkatan,” jawab Arsa pelan. Wahda termundur. Ia menggelengkan kepala dengan tetap menatap lurus. “Rencananya setelah Tante Fatima pulih. Aku akan pergi.”“Kenapa?”Arsa menghempas napasnya. “Kamu sudah tahu alasannya. Aku tidak bisa move on kalau terus-terusan di sini.”“Aku? Arsa, kamu tau kan kamu satu-satunya orang yang paling dekatku?”Arsa melangkah maju, ia mengusap kerudung yang membalut kepala Wahda. “Kamu pasti bisa. Lagi pula, di sini kamu tidak benar-benar sendiri. Masih ada ibumu, saudaramu meski mereka jauh, ada Teratai dan Adeena yang care padamu. Mereka akan selalu respect selama kamu mau membuka diri pada mereka.”Wahda menggeleng. Pandangannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Kecemasan

“Secepatnya. Jadi orang jangan seperti kacang lupa kulitnya. Ingat kamu sampai sekarang ini karena Ibu dan Kakak. Ibu sudah kau kirimi belum?”“Sudah,” jawab Bagus malas. Kembali ia memijat kedua pelipisnya setelah meletakkan ponsel. Kepalanya semakin mengusut jika mengingat berapa biaya yang selama ini ia tanggung? Dan berapa banyak pengorbanan Wahda untuk menopangnya? Ia sudah berusaha untuk tidak menjadi orang pelit, tentu saja sesuai dengan kemampuannya. Setiap gajian, ia selalu menyisihkan untuk rumah tangganya, tapi tidak tahu sebenarnya seberapa besar beban yang harus ditanggungnya. Mendadak ia sangat merindukan perempuan itu. *** “Ya … Hallo!” “Kak, Ibu pingsan!”Teratai tersentak. Arsa, July kekasih baru Arsa, Wahda, Rania, bahkan Angga di lain meja jadi mengalihkan perhatian padanya. “Apa?!”“Ibu tiba-tiba roboh dan pinngsan,” sahut Kembang dengan nada panik. “Terus
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Kelalaian

Sebuah ketukan berbunyi di pintu mobil Arsa. Arsa menurunkan kacanya. Seketika mata Sanad membesar melihat istrinya yang terlelap dalam mobil Arsa. “TERA?!” pekik Sanad. Teratai mengerjap. “Jangan marah dulu! Dengarkan dulu penjelasannya,” seru Arsa. Teratai tersentak ketika menyadari tertidur di mobil Arsa. “Maaf, aku ketiduran.” Arsa mengangguk. Sanad tak bersuara. Ia pergi meninggalkan tempat itu. “Terima kasih, Arsa. Tanpa kamu, aku tidak tahu bagaimana jadinya tadi,” ucap Teratai.Arsa mengangguk. “Masuklah! Sepertinya dia akan marah padamu.”Teratai tersenyum tipis, sambil berusaha menyembunyikan kegetirannya. Ia tahu, marahnya Sanad kali ini bukan main-main. Ia keluar dari mobil Arsa. “Hati-hat di jalan.”Arsa mengangguk. Teratai menutup pintu mobil, lalu melepaskan kepergian Arsa. Ia menghempaskan napasnya sebelum memasuki rumah. Hari yang melelahkan, dan masih ada hal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Cemburu

“Dan dengan mudahnya kamu tertidur di mobil laki-laki?! Tidak ada sedikit pun ke khawatiran?”“Aku mengaku salah. Maafkan aku.” Sanad menghempaskan napas. “Aku maafkan. Tapi aku perlu waktu menghilangkan kekecewaan ini. Kuharap ke depannya ini tidak terjadi lagi.”Teratai mengangguk. “Terima kasih.”Masih dengan amarah, Sanad berbalik. Teratai meletakkan kepalanya ke bantal. Tiba-tiba saja mata dan pikirannya terjaga, meski lelah masih terasa. Ia menelan ludahnya yang terasa kesulitan melewati tenggorokan. Sanad memaafkan dan menerima pembelaannya. Namun, di sisi lain ia pun terluka. Di saat panik, bagaimana ia bisa berpikir banyak? Seharusnya Sanad memahami situasinya? Seharusnya Sanad bertanya bagaimana keadaan ibunya sekarang? Apakah ibunya bukan siapa-siapa di mata Sanad? Ia tahu, tidur di mobil seorang laki-laki kesalahan itu sangat fatal, tetapi tidakkah bertanya mengapa dan bagaimana kondisinya saat itu? Sampai sekarang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Perang Dingin

Wahda tertawa mengejek. "Diingatkan malah serang balik.""Memang benar kan?!" kali ini nadanya lebih judes. Sesaat Rania dan Angga saling bersitatap. Sedari tadi Rania cemas dengan tindakan bosnya, tetapi sungkan bertanya. Arsa pun menatap cemas, terlebih lagi jika melihat biji kuaci yang tidak sedikit di atas meja portabel. Semua orang di sana tau, kalau kuaci biji labu milik Teratai rasanya asin. Sedang Adeena cuek saja, ikut menikmati kuaci biji labu itu sambil membaca komik."Ada masalah?" tanya Wahda. Gerakan Teratai terhenti. Ia menarik kembali tangan yang tadinya masuk ke toples. "Cuma bete aja." Wahda mengerutkan kening. "Bete sampai melahap biji kuaci sebanyak itu?""Kakak sore ini sudah makan belum?" tanya Rania. "Jangan-jangan kenyang hanya dengan makan kuaci itu." Teratai tidak menjawab. Ia membuka ponselnya yang berbunyi. "Ran, aku pulang dulu. Tolong bersihkan ya," ucap Teratai sambil berdiri cepat tanpa peduli dengan reaksi teman-temannya. Ia masuk ke ruang uju
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Ancaman Paman

Evan menggeleng, lalu duduk. “Ish … pura-pura itu tidak baik! Kenapa tidak menyapa Papa tadi?!” “Mama juga pura-pura tadi,” balik Evan. Teratai membesarkan matanya. Evan malah tertawa. “Anak nakal.” Teratai menyerang perut Evan dengan cubitan. Evan makin tergelak. Teratai menghentikan gelitikannya, lalu mengacungkan bibir ke mulutnya, lalu menunjuk keluar, seketika Evan terdiam. “Tidur, yuk. Besok pagi, Evan Mama tantang bangunin Papa sebelum subuh, sanggup nggak?” “Siapa takut?!” *** Sekitar setengah lima Teratai mengajak Evan membangunkan Sanad. Ia menggendong Evan yang masih mengantuk ke kamarnya. “Pa!” ucapnya sambil mendirikan Evan di samping Sanad. “Pa, sudah hampir subuh.” "Bangunin Papa?" bisik Teratai pada Evan. Evan masih menguap. Matanya masih saja terasa lengket. "Pa!" Kali ini Teratai mengguncang bahu Sanad. "Pa, bangun!" "Mmm … aku baru saja terlelap," sahut Sanad setengah mengigau. "Tapi sudah hampir subuh,” ucapnya sambil duduk d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Dijodohkan

“Lalu kamu mau menyukai laki-laki seperti apa?” Emosi pamannya semakin meningkat. “Menyukai seperti Bagus, lihat dirimu, lima tahun menikah apa yang kamu dapatkan darinya, setelah itu dicampakkan.” Seketika mata Wahda berkaca-kaca. “Saya memang dicampakkan Bagus, tapi tidak seputus asa itu sampai harus menikah Saman yang juga suka main perempuan hanya karena lebih kaya dan dari keluarga bermartabat.” “Lalu apa kau sudah punya calon? Paman ingin lihat seperti apa dia?” desak Ardiansyah. “Jangan katakan dengan Arsa! Asal kamu tau, Paman sangat malu mendengar desas desus tentangmu. Bagaimana kamu bisa kemana-mana selalu bersamanya. Ingat, Wahda, kamu janda. Bisa mengundang banyak fitnah.” “Ayah?!” tegur istrinya dengan cara elegan, tetapi membuat Wahda ingin muak melihatnya. Mata Mauriyah mulai berkaca-kaca. Siapapun maklum kesombongan saudara suaminya. Tapi kali ini benar-benar memukul perasaannya sebagai seorang ibu. “Memangnya kenapa dengan Arsa? Dia juga seorang direktu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Nikah Yuk

Wahda menghirup udara malam dalam lalu mengembuskan pelan. "Paman menjodohkanku dengan Saman." Arsa tersentak. "Makin tua, makin gila tu pak tua." "Dia pamanmu," sahut Wahda lalu mengembuskan ingusnya. "Iya. Terus?" "Aku tolak." "Good. Lalu masalahnya apa?" tanya Arsa. "Paman mengancamku, jika tidak membawakan calon yang kaya dalam waktu dekat ini, dia akan menikahkanku dengan Saman. Huwaa …." Wahda kembali menangis. "Makin tua, makin semena-mena dia. Kenapa tidak jodohkan saja dengan putrinya?" gerutu Arsa. Wahda yang merasa tidak diperhatikan tangisannya menjadi kesal. Ia mengguncang bahu Arsa. "Arsa bantu aku dong!" "Aku bisa bantu apa? Mau dikenalkan dengan temanku atau karyawan? Rasanya tidak ada yang sesuai dengan kualifikasi diinginkan paman." Wahda kembali menangis nyaring. Seketika Arsa tertawa melihat sepupunya itu yang terlihat tak kunjung dewasa. Tiba-tiba ia menyadari satu hal. Ia menyukai Teratai karena sikapnya yang berani, mandiri, dan dewas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status