Semua Bab Mendadak Talak : Bab 41 - Bab 45

45 Bab

Manja

“Wahda, lihat di luar!” seru Teratai ketika melihat sebuah mobil memasuki halaman kafe. Wahda meluruskan badannya ketika mengenali mobil itu. Ia terus menatap mobil itu hingga pemiliknya keluar dari mobil, masuk kafe dan tak lama sudah ada di ruang mereka. “Wahda, bisa bicara sebentar?” Wahda terdiam. Enggan menjawab. Melihat dari matanya saja, sudah dapat ditebak maksud kedatangan Bagus.“Kita bicara di sana saja!” tunjuk Wahda pada meja yang biasa diduduki Angga dan Rania setelah kedua sahabatnya itu pergi.Bagus mengangkat alisnya. “Aku tidak boleh duduk di situ?” Wahda berdiri. “Aku tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman.”Bagus mengerutkan keningnya, tetapi ia mengikuti saja di mana Wahda duduk. Ia mengeluarkan sebuah kotak cincin lalu meletakkannya di atas meja dan langsung membukanya.Wahda sedikit terkejut. Ia sudah curiga dengan kedatangan Bagus. Kenyataannya tetap saja membuatnya kaget ketika melihat cincin itu. “Aku sudah menemukan rumah. Lebih besar dari yang kita lih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Kangen

Arsa berdiri. "Ayo!" Arsa menarik kedua tangan Wahda, sehingga gadis itu terdiri, dan membimbingnya hingga keluar kafe dan memasuki mobil.Bagus terdiam tanpa berkedip. Mata memerah saga. Jantungnya berdenyut nyeri, menyaksikan Wahda merengek manja kepada laki-laki lain. *** “Kok, tiba-tiba nongol di kafe?” tanya Wahda.Arsa menoleh sesaat, lalu kembali fokus ke jalan. “Biasanya sesudah pulang dari kantor,” tambah Wahda. “Ada masalah di kantor. Mungkin beberapa hari ini aku akan lembur.”“Lalu?” “Aku pikir istirahat dulu sebentar ke kafe. Ternyata ….”Seketika Wahda diserang panik “Kami tidak janjian. Sumpah!” Wahda mengacungkan dua jempolnya. Arsa tertawa. “Iya, aku percaya kok.”Wahda merengut. “Jadi setelah ini mau ke mana? Ke kafe atau pulang dulu?” Arsa terdiam. Terlihat sedang memikirkan sesuatu. “Bagaimana kalau aku istirahat di rumahmu saja?! Sekalian
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Ulat Bulu

“Kenapa?”Wahda mengedikkan bahunya. “Moodku lagi kurang bagus. Jadi pingin cepat istirahat.”Teratai mengalihkan perhatiannya. “Sudah kangen ya?” goda Teratai. Wahda duduk. “Entahlah. Rasa kurang aja. Tiap hari selalu ada dia, tiba-tiba nggak ada jadi berasa banget. Kamu sendiri kenapa belum pulang? Biasanya cepat! Pak macan nggak jemput?"“Kasihan Yanti kalau ditinggal sendiri. Biasanya ada Rania. Di mana ada Rania, ada Angga Jadi nggak masalah meninggalkan kafe. Mana Arsa nggak ada lagi. Meski dia ke sini sekadar istirahat, keberadaan dia tetap lumayan membantu.”Wahda kembali menyandarkan punggungnya. Kali ini sedikit berbaring. "Tambah karyawan napa?"“Kalau rindu tengoklah!” Wahda mengernyit. Begitulah Teratai. Sampai sekarang ia belum berhasil mengorek keterangan siapa gadis penjual kembang misterius itu dari mulut Teratai.“Dia akan besar kepala, kalau aku menjenguknya sekarang!”Teratai meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Rayuan

“Sudah berapa minggu?” tanya Teratai pada Kembang yang perutnya sudah kelihatan membesar. “12 minggu, Kak,” jawab Kembang sambil duduk di samping kaki ibunya. Tangannya langsung saja memijat kaki itu. Tak jauh dari situ, di samping Sanad, Arbain khusyu menyimak berita di layar televisi sambil ngemil kacang goreng. “Sebentar lagi Evan akan punya adik. Senang nggak?” tanya Teratai pada Evan yang duduk di sampingnya, asik melipat kertas origami bersama Sanad. Evan mengangguk. Tiba-tiba Sanad mengocok rambut ikal Evan dengan gemas. Serta merta Evan merapikan rambutnya dengan wajah kesal. Kembang tertawa melihat pemandangan itu. “Benar Evan senang punya adik?” tanya Kembang. Evan menjawab dengan anggukan. “Minta sama Mama Papa!” Seketika senyum Teratai memudar. "Biar Evan bisa melihat adik setiap hari." Teratai tidak lagi mendengar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Kebersamaan

“Gimana?” tanya Cintia dengan mata berbinar. Arsa yang menggigit kue keringnya terlihat begitu memesona di matanya. “Enak," ucap Arsa setelah menggigitnya.“Benar ‘kan? Benar kata teman saya Silakan dimakan, biar Bapak tidak ngantuk. Lumayan juga pengganjal lapar. Bukankah Bapak belum makan dari sore tadi?”Arsa mengangguk dengan wajah keheranan. Cintia berdiri, lalu kembali duduk ke kursinya. Sesaat hening. Arsa kembali menaruh perhatiannya ke dokumen. Ia mengangkat wajahnya ketika mendengar suatu bunyi asing. Terlihat Cintia sedang mengusap-ngusap kedua lengannya. Dari raut wajah, gadis tengah itu kedinginan. Arsa berdiri, mengambil jas di kursinya, lalu mendekati Cintia. Sebuah ketukan berbunyi ketika ia hendak menyampirkan jas itu ke bahu Cintia. “Wahda?!” Arsa melempar jas itu ke sofa bekas duduknya. “Kamu ke sini?”Wahda mengangkat lunch boxnya. “Aku membawa ini. Kamu belum makan kan? Kita makan bareng ya.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status